1. Pencari Kos

707 74 3
                                    

Tayangan televisi sekarang terasa sangat membosankan dibandingkan dulu kalau di siang hari. Kalau dulu masih banyak kartun yang bisa dilihat, kalau sekarang yang bisa diandalkan hanyalah upin ipin. Terlalu banyak tontonan gosip, tapi Neela tetap menontonnya.

Neela sedang berada di rumah sendirian, karena Mamanya baru saja keluar untuk arisan. Dia memilih untuk mengubah saluran televisi ke siaran film. Kaki perempuan itu diletakkan di atas bantal kaki, dengan tangan memegang sekotak camilan manis.

Baru menonton lima menit, suara bel terdengar yang menandakan ada tamu di luar. Tanpa berganti pakaian, Neela keluar dengan menggunakan celana dan baju pendeknya.

"Cari siapa kak?" tanya Neela ketika mendapati seorang laki-laki berbadan tinggi mengenakan hoodie abu-abu dan tas ransel besarnya. Penampilannya seperti orang penikmat anime aliran kental.

"Bu Nada ada? Saya Juna yang kemarin chat mau cek kamar kosan," ucap laki-laki itu dengan suara yang terdengar sedikit berat. Neela bisa melihat kalau dia sedang gugup.

"Herjuna Sudibyo kan?" Neela keluar rumahnya lalu berjalan menuju rumah di depannya. "Pesen kamar nomor berapa kak?"

Laki-laki bernama Juna itu tampak sibuk membuka ponselnya untuk mencari informasi terkait kamarnya. Dia memperlihatkan gambar yang dikirimkan Bu Nada padanya.

"Ohhh, kamar nomor dua." Neela tampak luwes melayani orang ketika mencari kosan, karena dia sudah terbiasa membantu Mamanya.

Perempuan itu membuka kamar dengan nomor dua terpasang di depan pintu lalu mempersilahkan Juna untuk melihat bentuk asli dari kamar kosan ini.

"Semua biaya udah include listrik, air, sama wifi. Tapi kalau mau bawa mejikom ada biaya tambahan ya, kak," jelas Neela yang hanya dibalas anggukan paham dari Juna.

Dalam hati Neela merasa calon penyewa ini tidak akan seribet orang-orang lain. Dijelaskan sekali langsung paham dan tidak menuntut banyak hal.

"Bisa bawa motor, ntar taruh sini bisa," tunjuk Neela pada area depan kamar yang luas, "Mandi, cuci, sama jemur baju ada di area sana. Ada yang outdoor sama indoor."

Juna tampak membuka tas besarnya dan mengeluarkan sebuah amplop, "DP dulu ya kak, sisanya minggu depan sekalian pindahan."

Neela menerima uang tersebut dan mengangguk senang karena menerima uang, "Oke, kabarin ke mama saya aja ya kak kalo mau dateng buat pindahan. Biar disiapin juga kamarnya."

Juna termasuk penyewa kosan yang mudah bagi Neela. Datang sendiri, lihat sebentar, langsung DP, terus pindahan. Semoga saja, orang ini tidak membawa masalah untuk kosannya.

Film yang baru saja terputar lima menit itu akhirnya dilanjutkan oleh Neela. Perempuan itu kembali santai setidaknya hingga 20 menit ke depan.

Karena ternyata ada lagi yang memencet bel rumahnya dan membuat Neela menghentikan aktifitas menonton filmnya.

"Cari siapa kak?" tanya Neela dengan ramah.

Dia bisa melihat dia laki-laki dengan pakaian khas orang selesai berolahraga. Keduanya memiiliki wajah yang segar seperti habis mandi.

Satu orang yang membuat Neela sedikit salah fokus, laki-laki yang di depan sangat manis ketika tersenyum.

"Saya Seno kak, diminta Bu Nada buat cek kamar lagi. Soalnya besok mau pindahan," ucap laki-laki itu dan Neela mengangguk paham.

Lagi-lagi, dia keluar rumah untuk berjalan ke rumah di depannya. Kembali membuka gerbang dan berjalan menuju kamar yang masih kosong.

"Kamar nomor berapa?" tanya Neela seraya mencari dari kumpulan kunci di tangannya.

"Nomor tiga yang deket kamar mandi," jawab Seno dengan senyum yang tampak sangat ramah dan merekah.

Neela suka keramahan ini.

"Kalau sekamar berdua nanti harganya beda ya kak, soalnya nanti bakalan ada tambahan fasilitas juga," jelas Neela ketika Seno membuka lemari kamar. Laki-laki itu kembali tersenyum seraya melirik Yudi temannya.

"Sendirian kok, ini temen saya cuma nganterin."

Neela mengangguk paham dan hanya tersenyum dan melirik Yudi sekilas. Orang yang dilirik pun sedikit keheranan dengan tatapan yang diberikan oleh Neela.

"Jangan judes-judes kak, serem tahu nggak," keluh Yudi yang langsung dihadiahi pukulan kecil di perutnya oleh Seno.

Yudi mengaduh kesakitan yang tidak dihiraukan oleh Neela. Perempuan itu memilih untuk keluar kamar untuk melihat sekitar.

"Saya udah bayar lunas ke bu Nada, besok mau langsung pindahan." Seno kembali berbicara, "sama mau naruh barang ini kak, nyicil."

Seno memasukkan tas besar yang isinya entah apa itu ke dalam kamar. Dia juga meminta kunci dari kamar agar bisa dia bawa untuk memudahkan untuk pindahan besok.

Dua orang itu Neela tinggalkan ketika mereka pamit untuk pulang. Sedangkan dia masih ada yang harus dilakukan. Menyelesaikan filmnya.

Belum sempat Neela mendaratkan bokongnya di sofa depan televisi. Sebuah suara bel kembali muncul dengan sedikit brutal. Neela menggeram sebal, bisakah dia menonton dengan tenang di hari liburnya ini.

Dengan berat, Neela melangkah keluar untuk menyambut tamu yang datang itu.

Ketika dia membuka gerbang, dia terkejut ketika mendapati seseorang yang dia kenal.

"Ngapain lo kesini?" tanyanya dengan nada sebal.

Orang tersebut malah membuka ponsel untuk memastikan kalau dia tidak salah rumah.

"Rumah bu Nada bukan sih? Tapi kok yang keluar lo si Nil?" tanya orang itu dengan nada tidak terima.

"Nada itu Mama gue, ada urusan apa lo?"

Suara Neela kemungkinan besar bisa disalahartikan oleh kebanyakan orang. Karena suaranya yang tinggi dan terkesan mengajak bertengkar.

Tapi kalau dengan orang ini, Neela memang sering beradu mulut sejak awal semester satu.

"Pindah kosan kesitu," tunjuk orang itu ke sebuah rumah tepat di depan rumah Neela.

Orang itu adalah Wanda Ari Pambudi, teman seprodinya dan pernah sekelas dengan Neela untuk beberapa mata kuliah. Orang ini pendiam, tapi jika dengan Neela sering beradu mulut untuk hal sepele.

"Pindah lagi aja, nggak usah di sini," keluh Neela yang tidak ingin Wanda pindah ke kosan miliknya ini.

Wanda berkacak pinggang tidak terima, "enak aja, gue udah bayar lunas ya. Tinggal pindah aja. Bentar lagi barangnya dateng."

"Alaaah Wan, jangan di sini dong."

"Kenapa sih? Naksir lo sama gue?"

"Najisssss," ucap Neela seakan akan muntah karena tidak terima dengan ucapan Wanda yang mengatakan kalau dirinya menyukai Wanda.

"Ayo bukain kosannya, mau beres-beres nihhh," pinta Wanda dengan mendorong Neela untuk segera membuka rumah ini.

"Kamar nomer satu lo?" tanya Neela yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Wanda.

Ketika Neela membuka kamar tersebut, gagang pintu kamarnya terasa lebih berat. Saat berhasil dibuka seekor hewan terbang melewati kepala Neela dan Wanda.

"Kecoaak bangsaat," teriak Wanda yang langsung bersembunyi di belakang badan Neela yang tampak kecil dibandingkan dengan Wanda.

Next Door!Where stories live. Discover now