Part 21 - Kantor Baru

Mulai dari awal
                                    

"Finn kayaknya rewel karena udah ngantuk. Kamu coba timang-timang dulu ya?"

"Iya, Bu. Yaudah, Bu. Saya timang-timang lagi ya?"

"Nanti kabari saya ya?" Julia melirik ke pintu, Allen kembali masuk ke ruangan. Dia ingin segera menyelesaikan telepon dengan Saren agar Allen tidak ikut campur.

"Iya, Bu."

Segera setelah panggilan terputus, Julia meletakkan ponselnya dan kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Allen melirik Julia. Dia penasaran dengan siapa Julia menelepon sehingga terlihat buru-buru seperti itu.

"Saren sudah menelepon kamu? Gimana Finn? Dia rewel?" tanya Allen tidak bisa menahan diri untuk tidak bicara dengan Julia.

"Ya, Finn sudah tidur siang," jawab Julia singkat.

"Dia nggak rewel?"

"Nggak."

Allen tidak puas dengan jawaban Julia. "Kamu nggak ingin pulang sebentar untuk memastikan Finn aman? Kita bisa pulang sebentar."

"Nggak! Saya sudah ada janji."

"Baiklah, kalau begitu saya mau ke apartemen kamu sebentar."

Julia memandang Allen serius. Jarak apartemen Julia ke kantor tidak jauh, sekitar sepuluh atau lima belas menit. Namun, Julia tidak menyangka Allen memikirkan hal sejauh itu.

"Saya hanya ingin memastikan Finn, dia belum terbiasa jauh dari kamu."

"Terserah," jawab Julia singkat.

"Baiklah," Allen tersenyum tipis. Perasannya membuncah, Julia memperkenankan Allen mengunjungi Finn meskipun dengan waktu yang sangat terbatas. "Saya langsung pergi sekarang," lanjut Allen sambil melirik arloji yang melingkar di tangannya. Tepat waktunya istirahat, Allen tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengan Finn.

Julia diam saja. Dia melirik kepergian Allen dengan langkah ringan. Julia menghela napas panjang setelah Allen menghilang dari pandangannya. Dia juga segera keluar dari ruangan dan menemui rekan kerjanya.

Sementara Allen langsung menuju apartemen Julia tanpa memikirkan menu makan siangnya. Baginya, bertemu dengan Finn tidak bisa ditunda lagi.

Saren terkejut melihat kedatangan Allen. Dia mengira lelaki itu datang bersama Julia. Gadis muda itu sedang menenangkan Finn yang rewel.

"Berikan padaku," pinta Allen setelah mencuci kedua tangannya.

Saren memberikan bayi tersebut dan menghela napas lega. Pasalnya, Finn langsung tenang dan menggosok-gosokkan wajahnya pada dada Allen sehingga kemejanya basah. Bayi itu juga menggunakan tangannya menggosok hidungnya yang gatal dan berair. Allen membawa Finn ke sofa dan memeluk dengan sayang. Mengajak bicara seolah-olah Finn mengerti apa yang sedang dia ucapkan.

"Finn sudah ngantuk, Pak. Tapi dia rewel dan nggak mau tidur," jelas Saren takut-takut.

"Sudah dikasih minum sama makan?"

"Sudah, Pak?"

"Sudah telepon ke Ibu?"

"Sudah, katanya timang-timang dulu."

Allen mengangguk dan mengelap ingus Finn yang keluar dengan tisu. Saren segera menerima bekas tisu dan membuangnya ke tempat sampah.

"Kamu sudah makan? Ada makanan?" tanya Allen pada Saren.

"Belum, Pak. Tapi ada makanan di dapur," jawab Saren hati-hati.

"Ya sudah, kamu makan dulu. Biar saya yang jagain Finn," kata Allen.

"Iya, Pak," jawab Saren patuh dan segera bergegas ke dapur.

Allen mengangkat Finn sejajar dengan wajahnya. Memandang bayi itu tengah menghisap tangannya.

"Kamu nggak mau tidur, heum? Sekarang waktunya tidur siang!" kata Allen.

Finn tertawa lebar dan berusaha menaikturunkan kedua tangannya memukul-mukul udara. Kedua kakinya yang begitu lincah, ingin melompat-lompat di atas paha Allen.

"Mau main sama Papa?" tanya Allen sambil terkekeh. "Rindu Papa, ya?"

Finn menjawab dengan ocehan panjang. Dia melompat-lompat di atas paha Allen dengan riang gembira.

Sepertinya Finn tidak mau tidur siang. Allen menurunkan bayi itu di atas karpet dan memberikan beberapa mainan.

Allen duduk bersila dan berhadap-hadapan dengan Finn. Mereka saling melempar bola sambil tertawa lebar.

Finn merangkak mengambil mainan yang dia lempar kuat. Dengan semangat melempar pada Allen, setelah itu dia merangkak mengejar mainan.

"Finn keren!" puji Allen. Mengangkat Finn tinggi-tinggi dan pura-pura memakan perutnya.

Finn tidak bisa mengendalikan gelak tawanya. Wajahnya memerah, menahan kepala Allen dan menarik-narik rambutnya. Lalu Allen memeluknya dengan gemas, mencium pipinya bertubi-tubi.

Finn membuat suara berdengung. Membuka mulutnya lebar-lebar dan berusaha memakan hidung Allen. Memukul-mukul wajah lelaki itu lalu membenturkan kepala mereka.

Setelah puas bermain, Finn sudah menunjukkan tanda-tanda mengantuk. Dia menguap lebar dan menggosok-gosokkan wajahnya.

Allen meletakkan Finn di bahunya. Menepuk-nepuk punggungnya sambil bersenandung kecil. Menunggui Finn tertidur sebelum dia kembali bekerja.

***

Jakarta, 13 Maret 2023

Untuk Karyakarsa soon update ya

Novel ini bisa di baca duluan di Karyakarsa

Novel ini bisa di baca duluan di Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BROKEN VOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang