Dalam setiap aksara yang ditulis takdir, ada satu coda yang menutup segalanya.
Bagi Aksara, coda-nya bernama Mezzaluna-gadis dengan senyum lembut yang hadir lewat melodi sederhana, namun meninggalkan gema paling panjang di hidupnya.
Dari pertemuan y...
"Serius deh, Kak. Aku tuh kan udah bilang mau tidur seharian ini." Aksara bersuara sambil mengangkat dua kantong belanja dari bagasi mobil.
"Tapi ga jadi deh, karena tuan putri Aisha AcquilaAdhwa harus healing ke danau kota." "Bawa adiknya untuk jadi supir pribadi, sekalian juru foto. Mantap banget kan, Kak." Sarkasnya
Aisha menoleh sekilas dan mengacungkan kedua ibu jarinya kepada sang adik yang berjalan dibelakangnya dengan tas kamera yang dikalungkan. Tak lupa kedua tangannya yang penuh dengan kantong belanja. "Namanya juga healing, Sa. Aku butuh udara segar, bukan tumpukan makalah dan drama kamu ini."
"Udara segar? Tuh, di belakang rumah banyak tanaman bunda!" Aksara meletakan kantong belanjaan dan tas kamera setelah Aisha menggelarkan tikar pikniknya diatas rerumputan hijau.
"Kamu ga kasihan sama aku kah, Kak? Hari libur ku yang berharga~" rengeknya, sambil mengeluarkan makanan dari kantong.
Aisha terkekeh melihat tingkah kekanakan adiknya. "Aduh, kasihan banget cowok umur tujuh belas tahun ini. Masih muda udah butuh libur buat rebahan," ledeknya. "Jompo banget kamu, Sa."
"Eyy, rebahan itu kebutuhan dasar manusia,"balas Aksara cepat. "Kayak oksigen. Sama.... Americano."
Keduanya tertawa tak habis pikir dengan tingkah mereka yang sebelas-duabelas. Perlahan langit berubah jingga, sinar mentari mulai meredup.
Aksara berhasil mengabadikan beberapa momen untuk kakak tersayangnya. Tentu, dengan sang kakak sebagai modelnya.
Kini giliran Aisha yang sibuk memotret pemandangan yang tak kalah indah dari dirinya.
Sambil menyeruput kopi yang tersisa, Aksara menatap danau yang tenang. Tak lama, sayup-sayup suara terdengar- alunan gitar dengan senandung lagu yang belum ia dengar sebelumnya.
Melodi itu mengalun lembut ke telinganya. Aksara menoleh ke arah sumber suara dan mendapati seorang gadis bersenandung bersamaan dengan senar gitar yang dipetiknya.
Aksara terdiam. Walau tak tahu lagu apa yang gadis itu nyanyikan, entah kenapa rasanya- seperti dipeluk oleh dunia dengan kehangatan.
"Sa!" Teriakan Aisha membuat Aksara tersadar dari lamunannya. "Aku panggilin dari tadi loh, Sa. Itu sandwich-mu habiskan, nanti jatuh."
Aksara langsung tersentak, buru-buru ia habiskan sandwich dan Americano di tangannya.
"Kak." Aisha yang semula fokus dengan kameranya menoleh, agak heran dengan panggilan sang adik yang menurutnya agak serius.
"Kamu sering dengar orang nyanyi di sini kah?" Pertanyaan Aksara membuatnya mengernyit. Aksara hanya mengangguk sambil sesekali mencuri pandang ke arah gadis tadi.
Aisha pun ikut menoleh ke arah gadis itu, "ohh, cewek rambut pendek itu?" Katanya sambíl menunjuk gadis itu yang agak jauh dari tempat mereka.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aksara menurunkan tangan sang kakak, takut ada yang memperhatikan. "Dia kayanya emang sering ke sini deh. Soalnya setiap aku ke sini pasti dia udah ada duluan. Kenapa?"
Aksara kelabakan dengan pertanyaan sang kakak. Belum sempat menjawab, Aisha langsung menimpali, "Kamu terganggu? Perasaan suara dia bagus kok, ga jelek."
Aisha terverifikasi ga peka👍🏻
Bukan.. bukan karena itu alasannya. Tapi, kenapa jantungnya berdetak lebih cepat setiap gadis itu bernyanyi? Dan juga senyum itu- ia sempat melihatnya sekilas.
Manis, pikirnya.
"Apa kita pindah aja? Kamu kan ga suka kebisingan." Lagi dan lagi Aisha mengganggunya dari lamunan yang begitu indah ini.
"Enggak kok Kak, bukan gitu." Aksara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Aisha malah menatap bingung sang adik, "Aku gak apa-apa, cuma aneh aja kok dia bisa senyaman itu nyanyi di tempat umum gini." Alibinya.
Aisha melihat sekelilingnya, "mungkin karena sepi." Aksara pun mengangguk pelan melihat sekelilingnya.
"Dia selalu diam di tempat sepi gini." Lanjut Aisha. "Makanya kadang kalo aku ke sini dan butuh tempat sepi, aku cari tempat dia."
"Kok Kak Ai bisa tau itu dia?" Tanya Aksara heran.
Klingg~
Suara lonceng bersahutan dengan keychain lainnya. Mereka menoleh ke arah yang sama.
"Nggak banyak orang bawa gitar kesini. Dan terlebih itu..."
Ia menunjuk ke arah tas gitar si gadis, di mana banyak keychain bertengger pada tasnya, ada dua lonceng softpink beradu dengan boneka MinnieMouse kecil, tak lupa akrilik gitar serenity dan mawar rosequartz.
Gadis itu berdiri, sepertinya hendak pergi. Aksara terus memperhatikan langkahnya yang semakin menjauh, sampai menghilang dibalik pepohonan tinggi.
"Sa, ayo pulang sebelum makin gelap." Aksara merapikan kembali barang bawaannya. Tubuhnya memang bergerak, tapi pikirannya entah berada dimana.
Aksara merasakan hal yang aneh dari dirinya.
Hatinya terasa hampa, baru sejenak ia dengar melodi itu tapi ia sudah merasakan rindu yang mendalam. Entah pada melodi itu atau nyanyiannya.
Atau mungkin- sosok yang membawakan keduanya. Terlebih senyuman tadi.
Kenapa semudah itu membuatnya terpesona?
Terlihat begitu manis, sampai bisa melelehkan hatinya yang semula tidak tertarik pada wanita selain keluarga kecilnya.
Mungkin setelah ini ia akan sukarela menawarkan diri untuk jadi supir pribadi sang kakak setiap kali mengunjungi taman kota ini.
Tentu saja untuk melihat gadis berambut sebahu dengan poni tipis itu bernyanyi.
Tapi, akankah mereka bertemu lagi?
Akankah takdir mengizinkannya?
Haruskah ia mengajaknya berkenalan tadi?
Tidak semua orang ditakdirkan bertemu lagi bukan?
|semoga Tuhan mengizinkan kita bertemu lagi, bersamaan dengan takdir yang akan tertulis nama kita di sana|