Epilog

155 16 50
                                    

Selamat berbuka puasa buat kalian yang menjalankan, jangan lupa berbukalah dengan senyuman Jimin eh maksudnya berbukalah dengan yang manis-manis 😊
.
.
.

Jimin.

Ibuku belum pernah menelepon untuk menanyakan kabarku sesering ini seumur hidupku.

Aku hampir mengabaikan panggilannya pagi ini, tapi aku menyerah, karena takut dia mungkin benar-benar membutuhkanku.

"Aku ingin cucu perempuan ku hari ini. Kami sedang mendekorasi pohon Natalnya. Jam berapa kau bisa membawanya kemari? Atau aku saja yang datang dan menjemputnya?"

Sambil menghela nafas, aku bersandar di kursi kantorku dan meraih kopi ku. Ibu dan Ayah tiriku sudah berada di rumah selama seminggu, dan aku tahu rumahnya aman.

Jihan perlu jalan-jalan, dan aku yakin Yeorin tidak akan keberatan sendirian.

“Aku akan membawanya satu jam lagi. Dia dan Yeorin sedang melukis beberapa hiasan tanah liat yang mereka buat kemarin.”

Apakah kau sudah memberi tahu Yeorin bahwa kau mencintainya?” tanya Ibu.

"Eomma," aku memperingatkan.

Aku sudah memberitahunya untuk berhenti membicarakan kami seperti itu. Jihan bisa mendengarnya dan menjadi bingung.

"Aku menganggap itu sebagai tidak. Baiklah, sebaiknya kau segera melakukannya sebelum pria tampan lain masuk dan mencurinya langsung dari depan matamu."

“Sampai jumpa satu jam lagi,” kataku, lalu mengakhiri panggilan, membanting ponselku dengan kekuatan lebih dari yang diperlukan.

Bayangan Yeorin dengan pria lain membuatku marah. Pikiran bahwa dia bisa jatuh cinta dengan orang lain dan menikah. Punya keluarga.

Sial, itu membara jauh di dadaku. Aku tidak bisa membayangkan dia bersama orang lain. Tidak ada keluarga lain.

Hanya kita.

Yang ini.

Brengsek!

Kenapa semua alasan untuk tidak mengejarnya masuk akal di siang hari, tapi di malam hari, semua itu tidak penting?

Aku memeluknya, dan aku merasa seperti raja, sialan.

Berdiri, aku mulai meninggalkan ruangan ketika aku melihat sekilas Yeorin dan Jihan di halaman belakang. Mereka sedang meletakkan hiasan mereka untuk dijemur di bawah sinar matahari. Jihan mengatakan sesuatu kepada Yeorin, lalu berbalik dan berlari menuju ayunan pohon sambil tertawa, saat dia pergi, Yeorin mengejarnya.

Jihan melompat ke ayunan, dan Yeorin berada di belakangnya untuk mendorong.

Yeorin akan menjadi ibu yang hebat. Dia pantas mendapatkannya. Tapi pikiran membiarkan orang lain memberinya anak, aku bahkan tidak bisa mempertimbangkannya. Setiap otot di tubuhku menegang, dan aku merasa siap untuk membunuh bajingan mana pun yang mencoba menyentuhnya.

Mengambil Yeorin dari kami. Dariku.

Aku mencengkeram ambang jendela dan mengamatinya, dan satu kata yang terus terngiang-ngiang di kepalaku adalah, MILIKKU.

Dia milikku.

Menutup mata, aku menarik napas dalam. Aku tidak bisa terus menyangkalnya. Mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku bisa mengendalikannya.

Bertingkah seperti aku pernah benar-benar berhenti memujanya. Aku jatuh cinta pada Kim Yeorin dan kepribadiannya yang unik, kecerdasan yang tajam, besar hati, dan kemampuan untuk memaafkan. Untuk menerima. Kekuatannya membuatku rendah hati.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 12 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AshesWhere stories live. Discover now