"Sayang, kamu butuh apa lagi?" tanya Sapphire sambil melirik troli yang belum penuh.

"Kamu mau makan masakan aku nggak?" tanya Raven.

"Mau," Sapphire menjawab cepat. "Kamu mau masak apa?"

"Kamu mau apa? Salmon teriyaki mau?" tawar Raven sambil menyatukan kembali wajah mereka.

"Mau," Sapphire kembali menjawab semangat.

"Baiklah, mari kita pilih salmon." Raven terkekeh dan merangkul pinggang Sapphire menuju tempat ikan. "Pakai kentang atau nasi?" lanjutannya saat mereka melewati rak beras.

"Nasi,"

Mereka berhenti di lorong tempat beras. Raven memilih salah satu beras berkualitas tinggi dengan kemasan kecil yang cukup untuk mereka berdua.

Selanjutnya keduanya memilih ikan salmon. Sapphire menekan-nekan telunjuknya pada daging ikan yang dilapisi plastik wrap.

Setelah mendapatkan ikan, mereka memilih beberapa bumbu. Sapphire sama sekali tidak paham soal bumbu perdapuran. Sehingga dia sangat mengagumi Raven yang mandiri.

***

"Sayang, kalau masak nasi berasnya dicuci dulu atau langsung masukin air?" tanya Sapphire setelah menuang beras ke wadah rice cooker.

Dia dan Raven sedang sibuk mengeluarkan barang belanja yang mereka tadi beli.

Sapphire tertarik dengan beras berukuran kecil dalam kemasan. Memainkan beras seperti menggenggam, menyusun satu persatu di atas meja juga memindahkan ke wadah.

"Cuci dulu dong," jelas Raven sambil meminta wadah rice cooker dari Sapphire untuk dicuci dan dimasak.

Sapphire memperhatikan secara seksama. Raven sengaja memasak nasi terlebih dahulu agar nanti saat mengolah ikan matang bersamaan.

Sapphire tampak nyaman berada di apartemen Raven. Sudah terbiasa mampir ke sana. Kadang kalau tidak ada kegiatan di luar, mereka di apartemen Raven seharian.

"Sayang, aku bantu kamu ngapain?" tanya Sapphire.

"Kamu duduk aja," suruh Raven, tidak membutuhkan bantuan Sapphire karena dia bisa menanganinya sendiri.

Sapphire sangat penurut, dia duduk di seberang meja. Mengupas buah jeruk dan memakannya.

"Sayang, nanti aku ikut les masak ya? Supaya nanti masakin buat kamu," ucap Sapphire dengan antusiasme.

Aroma masakan Raven menggunggah selera. Sapphire juga ingin memiliki banyak kemampuan untuk berbagi dengan Raven.

"Kamu mau masakin buat aku?" goda Raven sambil mendekat. Mengecup bibir Sapphire dengan lembut dan mesra.

"Iya," jawab Sapphire menganggukkan kepalanya.

Raven menyeringai, jika Sapphire ingin les memasak. Maka ada dua kemungkinan, Sapphire mengajaknya ikut atau dia hanya sendiri sehingga waktu luang Raven semakin banyak.

"Kamu sendiri?"

"Kamu ikut,"

Senyum Raven memudar. Sapphire memilih opsi pertama. Dengan begitu, waktu kebersamaan mereka akan semakin banyak.

"Aku udah bisa masak," jelas Raven lembut.

"Kamu temenin aku." ucap Sapphire manja.

Lelaki itu terkekeh, tidak langsung menyetujui. Dia harus berhati-hati agar tidak terjebak. Raven tidak ingin membuat Sapphire curiga dengan terlalu banyak alasan.

"Nanti kalau kamu sudah benar-benar siap ya?" saran Raven tanpa menyakiti perasaan Sapphire.

"Serius kamu mau temenin aku?" tanya Sapphire berbinar-binar bahagia.

"Heum," jawab lelaki itu dengan pandangan lembut.

"Sayang, makasih," Sapphire melebarkan kedua tangannya dan memeluk leher Raven. Mengecup pipi lelaki itu dengan gemas dan beruntun.

"Asal kamu senang, aku juga ikut senang." gumam Raven lembut.

Mereka membuat jarak, Raven kembali pada pan melanjutkan kegiatannya. Sapphire memandang kekasihnya tersebut sambil senyum-senyum. Mengagumi Raven yang sempurna.

"Sayang, sebenarnya kak Rasya mau mengundang aku makan malam ke rumahnya." jelas Sapphire dengan hati-hati dan mengerucutkan bibirnya.

Raven memutar badannya dan mengerutkan dahi. "Oh iya? Kapan?"

"Rabu,"

Raven manggut-manggut sambil berpikir keras. Jadwalnya kosong di hari Rabu, jika Sapphire pergi makan malam ke rumah Rasya, kemungkinan besar mereka sudah pulang setidaknya sore untuk persiapan.

Raven sedang memilih gadis yang akan dia kencani selanjutnya. Lelaki itu sangat beruntung, dengan kepulangan Rasya, Sapphire sepertinya akan sangat sibuk.

"Yaudah, nggak apa-apa makan malam ke rumah om kamu," kata Raven.

"Boleh?"

"Iya," Raven membenarkan. "Aku nggak akan menghalangi kamu kok. Namanya keluarga harus menjaga silaturahmi."

"Sayang ...," gumam Sapphire terharu. Raven sangat perhatian, dia mengira lelaki itu akan kesal atau cemburu.

Raven memeluk Sapphire lagi, mengecup bibirnya lembut dan beruntun. Sapphire menerima dengan sukacita.

Dia akan mengabari pada Rasya, Sapphire bersedia dengan undangan makan malam keluarga.

***

Jakarta, 05 Februari 2024

REDFLAG Where stories live. Discover now