Chapter 5

16 15 20
                                    

Happy Reading
__________________

Jika pekerjaan adalah alasan kenapa kamu melewatkan shalat, maka tidak akan ada keberkahan dari penghasilan yang kamu peroleh dan pekerjaan itu tidak layak bagimu Karena shalat tetap harus diutamakan

_Rania Putri Anaya_


"Dari mana aja, kamu?" suara berat milik Ayahnya membuat ia terhenti berjalan.

"Dan kenapa baru pulang?!" tekannya.

Rania berbalik tanpa berani menatap wajah ayahnya, ia yakin bahwa ayahnya sangat marah kepadanya sekarang.

"Ma-"

"Kamu tau? Kamu itu perempuan, Rania! Kalau kamu sampai terjadi sesuatu di luar sana kamu bisa apa?!"

"Kamu nggak mikir sampai situ hah?!"

Degh...
Rania sangat terkejut dengan ucapan ayahnya sang baru saja keluar dari mulutnya, sebelumnya ia tidak pernah melihat ataupun mendenggar ucapan ayahnya sampai sepanik ini. Belum pernah sedikitpun.

"Maafin Rania, yah. Rania nggak bilang dulu kalau mau ngin-"

"Ayah tau kamu nginap semalam di rumah, saskia. Ayah tau tanpa kamu jelasin kembali ayah sudah tau, Rania. Dan ayah dengar kamu semalaman habis di gangguin sama preman-preman, kan? Rania udah ya! Jangan bikin ayah stres."

"Maafin Rania, yah." Rania tak lagi menatap wajah ayahnya dan ia tak bisa berucap lagi ia tau ayahnya sekarang sangat marah.

Baru kali ini ia melihat ayahnya sangat marah kepadanya, baru kali ini ia melihat ayahnya khawatir. Ayah nya membuang nafas gusar.

"Itu punya siapa?"

Degh...
Rania seketika mematung dan melihat barang yang di tunjuk oleh ayahnya.

"Itu, yah puny-"

"Rania! Ayah nggak habis pikir sama kamu."

"Ayah tapi ini tuh jaket teman aku dia pakaiin ini sama aku karena rok bagian bawah robek."

"Nggak usah banyak ALASAN RANIA! Ayah nggak pernah ngajarin sama kamu begini! Kamu tau? Di luar sana banyak perempuan yang salah pergaulan karena lelaki bi4dap dan tak ingin bertanggung jawab. Emang kamu mau? Kamu nggak mikir apa sampai situ? Hah?!"

"Udah? Udah ngata-ngatain aku? Yah asal ayah tau ya!" Rania meneteskan air matanya ia menghela nafasnya lalu membuangnya pelan.

"AKU ITU PEREMPUAN YANG TAU JAGA DIRI, YANG TAU BATASANNYA, JANGAN PERNAH SAMAIN ATAUPUN BANDING-BANDINGKAN AKU DENGAN ORANG YANG DI LUAR SANA! AKU ADALAH AKU BUKAN MEREKA!" Setelah berucap sedemikian Rania segera pergi dari hadapan ayahnya menuju kamar.

"Rania! Ayah belum selesai ngomong sama kamu!"

Brak...
Pintu di banting kuat oleh Rania membuat sang ibu yang kini berada di ruang tamu bersama sang suami kaget dan sekejap mengusap dadanya.

"Kurang ajar!" gumamnya geram ia ingin menyusul anaknya namun di cegat oleh sang istri.

"Mas udah mas." ujar Ibu menenangkan.

Kisah Rania (ON GOING)Where stories live. Discover now