4. Lookout

3 0 0
                                    


Kondisi di Gold Connoiseur siang itu cukup sibuk. Setiap meja dipenuhi pengunjung yang tengah menghabiskan waktu makan siang sambil bercengkerama satu sama lain.

Di saat yang sama, hawa panas tetap dirasakan Lee dan teman-temannya walau mereka bekerja di dalam ruangan. Penyejuk udara yang menyala seperti tak berfungsi sebagaimana mestinya. Bukannya tanpa alasan, namun pekerjaan mereka memang mengharuskan untuk melangkah kesana kemari demi melayani para tamu, dan aktivitas tersebut tentu akan meningkatkan produksi keringat.

Meski demikian, mereka semua tetap tersenyum, tak terkecuali dengan Lee. Tidak peduli betapa melelahkannya pekerjaan yang ia lakoni, dirinya tetap harus bersikap profesional.

Seragam kerjanya yang terdiri atas kemeja lengan panjang berwarna putih, apron hitam berukuran sedikit lebih panjang dibandingkan apron biasanya, serta celana berbahan kain dengan warna sama membalut sempurna keseluruhan tubuhnya.

Bahu dan punggungnya yang lebar tidak hanya sekali menjadi pusat perhatian para tamu. Postur tubuh tinggi dengan kaki jenjang Lee turut membuatnya makin digandrungi. Pakaian yang menempel di tubuhnya terasa begitu pas.

Siapa yang tidak senang melihat sosok semenawan itu datang menghampiri mejamu dan menuangkan minuman untukmu? Semua mata pasti enggan berkedip untuk menikmati ciptaan Tuhan yang satu ini.

Sampai akhirnya, Lee yang sejak tadi menyambangi meja demi meja berisi dua atau lebih pengunjung menemukan sebuah meja yang hanya ditempati oleh satu orang.

Pengunjung tersebut duduk sambil memandang ke arah jendela, entah apa yang tengah dilihatnya. Lee pun segera menghampirinya sambil membawa sebotol wine.

Tidak butuh waktu lama bagi lelaki tersebut untuk menyadari kehadiran Lee.

"Oh–"

"Would you mind if I pour some wine for you, Sir?" tanya Lee ramah.

"I'd love to, thank you."

Lelaki itu kemudian mendekatkan gelas kosong miliknya ke arah Lee.  Selagi Lee menuangkan cairan berwarna keemasan dari botol ke dalam gelasnya, satu sudut bibirnya terangkat.

"Moscato! You've got great taste. Bagaimana bisa kau tahu ini wine favoritku?"

Ucapannya membuat Lee terkekeh.

"Ini hanya perkiraan saya saja. Karena sekarang masih terhitung jam makan siang, saya khawatir jika setelah ini Anda masih harus menyetir ke suatu tempat. You gotta stay sober and drive safe, unless you got someone else's driving for you, am I right?"

"Bingo!"

Tampaknya sang pengunjung terkesan dengan penuturan Lee. Sementara ia meneguk minuman yang telah disajikan, Lee memperhatikannya dalam diam.

Menurutnya, laki-laki di hadapannya saat ini kemungkinan besar adalah tipe lelaki metroseksual yang senang merawat diri serta memiliki status cukup terpandang. Sekalipun penampilannya cenderung kelewat santai dengan lengan kemeja yang digulung serta dua kancing atas dibiarkan terbuka, aura yang dipancarkan olehnya begitu kuat.

Hal itu terlintas begitu saja dalam pikiran Lee setelah melakukan quick scanning terhadap pengunjung tersebut.

"Apa ada lagi yang bisa saya bantu?"

Lelaki itu menggeleng menanggapi pertanyaannya. "Just get me the bill. Aku harus segera pergi setelah ini."

"Baiklah, mohon menunggu sebentar."

Ketika langkah Lee semakin menjauh, sepasang mata penyuka Moscato tersebut seakan tak bosan untuk terus mengikutinya. Ia senantiasa memandangi Lee, tak peduli kemanapun pria bertubuh tinggi besar itu pergi.

Cold-hearted ClementineWhere stories live. Discover now