Tattoo Artist

494 37 1
                                    

"Kau ambil kelas seperti ini, tapi tidak mau men-tattoo orang lain. Buang-buang uang saja,"

Jisung mengemasi barang-barangnya, nampak tidak bergeming dari ucapan tersebut. Dirinya adalah seorang mahasiswa yang kebetulan mengambil kelas tattoo karena iseng.

"Aku pernah kok, mentattoo orang," ujar Jisung santai.

Temannya tergelak mendengar jawaban datar itu, "Bohong banget."

"Beneran. Dah ya, cabut dulu," ujar Jisung.

Jika bertanya apakah dirinya pernah men-tattoo seseorang? Maka jawabannya adalah,

Pernah.

Seumur hidupnya, dirinya pernah men-tattoo seseorang sebanyak satu kali. Dan setelah itu, dia merasa bahwa tattoo adalah hal yang sakral.

Bagaimana jarum-jarum itu menusuk halus, membenamkan tinta yang akan terpantri seumur hidup di kulit sang pemilik. Dan sebagai seorang calom tatto artist, Jisung merasa hal tersebut adalah hal yang sakral.

Dan orang yang ia tattoo pertama kali adalah kakak tingkatnya kuliah saat ini.

Katakanlah dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama. Jisung menarik kilas balik memorinya ketika hendak men-tattoo laki-laki itu untuk pertama kalinya.

Bagaimana laki-laki itu dengan tenang menjadi 'kelinci percobaan' nya pada saat itu. Kala itu, perasaan Jisung sungguh campur aduk, bagaimana nanti kalau hasilnya jelek?

Namun laki-laki itu dengan tenang menggenggam tangannya yang bergetar, mulutnya tersenyum indah.

"Aku percaya padamu,"

Cukup dengan tiga kata itu, seakan membuat dunia Jisung seakan terhenti. Mata dan telinganya merekam kejadian itu dengan sangat lambat, bahkan bibirnya pun seakan lupa bagaimana caranya merespon.

Kalau diingat-ingat, Jisung merasa malu pada dirinya pada saat itu karena dia terlihat gugup dan salah tingkah.

Ah, kak Minho.

Dirinya melihat Minho tengah merokok bersama teman-temannya di cafetaria falultas. Minho cukup terkenal di lingkup fakultasnya, salah satu menteri di jajaran BEM dengan segudang prestasi akademik yang didambakan sebagian besar orang.

Dengan tatapan menunduk, Jisung berusaha melewati meja Minho dan teman-temannya. Berharap besar Minho tidak akan menyapanya.

"Eh, Jisung!"

Sial!

Jisung menoleh ke arah Minho dan tersenyum kikuk. Badannya semakin menciut kecil ketika Minho menghampirinya.

"Habis kelas tattoo lagi?"

Minho menelisipkan kedua tangannya di saku celananya. Memberikan senyuman terbaik kepada adik tingkatnya yang tengah gugup setengah mati.

"I-iya kak, hehe. Kak Minho habis kelas?"

"Lagi nungguin kelas berikutnya sih. Eh tapi,"

Tiba-tiba Minho merangkul bahu Jisung dan mengajaknya untuk menjauh dari meja teman-temannya. Jantung Jisung berdebar kencang, ada apa ini?

"Ji, boleh minta tolong ga?"

Jisung sontak menoleh ke arah Minho, "Minta tolong apa ya, Kak?"

Tiba-tiba Minho menangkupkan kedua telapak tangannya, seperti memohon, "Aku mau minta tolong di tattoo lagi, tapi jangan sampai ketahuan orang-orang. Nanti citra BEM jadi jelek," ujar Minho.

"Eh?"

Dirinya tidak salah dengar kan? Jisung tidak salah dengar kan?

"Desainnya yang ini, Ji. Susah ga menurutmu?"

Book of MinsungWhere stories live. Discover now