Chapter 5 : Sneak and Explode

2 0 0
                                    

Dalam gelapnya langit malam, tampak satu bangunan yang masih terang benderang. Beberapa orang berpakaian seragam polisi berjalan mengitari baik dalam maupun luar bangunan. Memastikan tidak ada yang orang asing berkeliaran. Berbeda dengan kebanyakan gedung yang mematikan lampunya kala malam, bangunan ini justru menyalakan lampu di sepanjang waktu. Menyulitkan penyusup untuk berbaur dengan kegelapan.

Dinobatkan sebagai salah satu bangunan paling aman se-Asia, tempat ini tidak hanya dijaga oleh puluhan polisi kelas atas, namun juga terdapat puluhan robot AI yang selalu berpatroli lengkap dengan deteksi wajah dan persenjataan lengkap. Belum lagi ratusan CCTV yang bertebaran di setiap sudut. Tidak ada satupun penyusup bisa masuk apalagi keluar dengan mudah. Namun, terdapat satu kelemahan pada bangunan ini. Kelemahan yang juga berlaku di setiap bangunan, bagaimanapun sistem keamanannya. Masalah yang telah menjadi momok selama berabad-abad dan sepertinya mustahil untuk dihilangkan. Itu adalah ...

"Orang dalam."

"Hei! Aku baru saja mau mengatakannya," protes wanita dengan rambut two ponytails dengan seragam baju biru lengan panjang dan celana panjang berwarna serupa

"Itu mah gampang banget ketebak. Kalo kamu dari awal telah bekerja di dalam sini dan ternyata merupakan salah satu sindikat penyusup, kamu bisa melewati CCTV dan Police-AI dengan mudah," jawab rekannya yang juga seorang perempuan berseragam sama sembari membersihkan figura foto di dinding dengan kemoceng.

"Tapi kau tahu." Ia mengangkat telunjuknya dan mengarahkannya tepat beberapa senti dari hidung rekannya itu. "Ada satu hal lagi yang bisa menyusup ke bangunan ini. Itu adalah ..."

"Hacker."

"Kakkk! Aku baru saja mau mengatakannya." Kini ia memprotes ke arah senior kerjanya yang juga seorang wanita dengan rambut coklat yang dibentuk sanggul.

Berbeda dengan kedua juniornya yang mengenakan seragam biru, ia mengenakan seragam kemeja hitam lengan panjang dengan corak merah marun di beberapa bagian. Rok hitam selutut dan stocking panjang berwarna serupa membuatnya tampak tinggi. Bros berbentuk persegi panjang berwarna emas bertuliskan "Emily" tergantung di bagian dada kiri pakaiannya. Ketika kedua wanita itu mengenakan make-up natural, ia justru dituntut untuk mengenakan make-up yang lebih tebal. Namun, hal itu justru menambah nilai kecantikannya. Kedua tangannya memegang troli dengan penutup makanan di atasnya.

"Jika ada hacker yang mampu meretas sistem keamanan di sini. Menyusup akan menjadi hal mudah," ujar rekannya yang baru saja selesai membersihkan figura dan kini beralih ke foto lainnya.

"Tapi, itu hampir mustahil karena sistem keamanan di sini sangat kuat," jawab wanita berseragam bagus itu. "Lebih baik kalian kembali bekerja sebelum CCTV menangkap kalian pemalas dan memotong gaji kalian."

Wanita berikat dua itu melirik ke arah salah satu CCTV yang tepat berada di sudut salah satu tiang bangunan dan dengan cepat kembali ke tugasnya. "Siapa yang masih di sini malam-malam, ya?" tanyanya sembari mengelap salah satu vas keramik berharga jutaan rupiah.

"Barangkali ada pejabat rajin yang masih kerja hingga larut malam," jawab wanita di sampingnya yang kini tengah sibuk merapikan rambut hitamnya yang ia ikat kuda.

Mendengar jawaban rekannya, ia pun terkikik. "Pejabat rajin, ya ... Kalo beneran ada aku ingin bertemu."

CLAKK

"Hei! Kenapa seluruh lampu tiba-tiba mati?"

"Aneh. Bukankah tempat ini memiliki pembangkit listrik sendiri. Apalagi harusnya mereka memiliki generator."

"Yahh ... apapun itu lebih baik kita kembali ke ruang service. Aku tidak suka berada di tempat ini saat gelap."

"Oh ... kau takut dengan hantu korban perang dunia ketiga di bangunan ini, ya?" Sontak wanita berambut ikat kuda itu mendapat pukulan keras dari rekannya yang lebih pendek lima senti itu.

CassandraWhere stories live. Discover now