Prologos

19 2 0
                                    

Ratusan tahun lampau. Masa dimana ribuan kerajaan menjajaki muka bumi. Mulai dari penjajah ratusan pulau dan daerah, hingga negara yang bahkan untuk memberi makan penduduknya saja tersendat-sendat. Kehidupan sederhana masih mendarah daging di masa ini. Tumbuhan masih menjadi penghuni mayoritas bagi setiap sudut bumi.

Dari semua negara yang berdiri, sebuah kerajaan besar tengah menjadi primadona dalam kabar dunia. Tak heran karena putri mahkota dari pasangan pemimpin mereka hadir di dunia. Meski baru beberapa hari menginjakkan kaki di bumi, tapi kecantikannya mampu menarik perhatian siapapun di penjuru bumi. Bahkan keelokan putri kecil itu terdengar sampai ke telinga dewa-dewi. Membuat salah satu dari mereka bersedia memberikan anugerah baik kepada sang bayi maupun seluruh penjuru kerajaan yang menaunginya.

Waktu berlalu secepat angin berhembus. Bayi itu tumbuh menjadi gadis muda yang ceria. Dengan kecantikannya yang kian bertambah setiap harinya membuat banyak pangeran dari berbagai negara menyukainya. Belum lagi kebaikan dan kebijaksanaan yang dikabarkan merupakan salah satu anugerah sang dewa membuatnya semakin dicintai oleh seluruh rakyat. Dengan kehidupan penduduk di sana yang kian makmur dan sejahtera, kerajaan itu menjadi salah satu yang perlu diperhitungkan keberadaannya di mata dunia.

"Sayang, semua itu kini tidak lebih bongkahan batu tak berarti." Wanita itu menggerakkan telunjuknya di udara, men-scroll tulisan di internet yang mengambang di udara.

"Well. Tapi pada saat itu semua memang indah kalo bukan karena bajingan itu. Auchh-" Tangannya reflek memegang kepalanya. Tiba-tiba dalam pikirannya muncul gambaran orang-orang berlarian dan ledakan yang memekakkan telinganya. Si jago merah dengan cepat melahap apapun di sekelilingnya.

"Sial!" Setelah mengumpat, wanita itu meneguk segelas air di meja kecil sampingnya dan melepas kacamata yang sedari tadi ia kenakan. Begitu terlepas, hologram yang ada di depannya lenyap begitu saja. Selepas meletakkannya pada rak, ia membaringkan dirinya pada tempat tidur.

"Kapan semua ini akan berakhir?" keluhnya dengan nada lirih sebelum terlelap dalam mimpi.


CassandraWhere stories live. Discover now