Chapter 2 🌻

121 46 44
                                    

Waktu sudah menujukan sekitar pukul 07:30 pagi, ketiga gadis itu kini sudah bersiap siap, menunggu mobil jemputan mereka datang, akhirnya selama enam bulan kuliah mereka bisa pulang juga.

Beberapa jam menunggu, mobil yang mereka tunggu telah tiba. Tanpa menunggu lama lagi ketiga gadis itu masuk kedalam mobil.

"Ngga ada yang ketinggalan kan?" Tanya Ara memastikan.

"Ada ra" Ujar Aya

"Apa?"

"Hati gue raa yang ketinggalan hehehe" Nyengir Aya tanpa dosa. Mendengar perkataan Aya membuat Ara mendengus kesal.

"Selain hati ada lagi?"

"Kek nya nggak ada deh" Timpal Evi sambil memakan keripik kentang yang ia beli tadi.

"Yakin? " Tanya nya lagi.

"Iya"

"Tadi pintu kontrakan udah di kunci? "

"Udah" Ucap Aya santai.

"Kompor udah di matiin kan? sama keran air?dan jangan lupa lampu tadi udah di matiin semua?"

"Udah raa, udahh yallah!"

"Hehehe hanya memastikan ay, biar kalau di perjalanan nggak balik lagi" Tutur Ara sambil mencolek dagu Aya, sedangkan yang di colek hanya menatap jijik ke arah Aya.

"Biasa aja muka lo bangsat" Timpal Evi, gadis itu melempar kulit kacang ke depan muka Aya, saat melihat ekspresi wajah Aya yang menurutnya agak aneh.

"Loh kok lo yang nyolot sih! " Ujar Aya tak terima. Gadis itu mengambil kulit kacang tadi lalu melempar nya kembali ke arah Evi.

"Ihh kok di balikin!" Gadis itu kembali melempar kulit kacang ke arah muka Aya, sontak melihat itu membuat Aya tidak terima lalu melemparnya kembali ke arah Evi, hingga beberapa detik kemudian terjadi lah perang lempar kulit kacang antara Aya dan Evi.

"Udah woyy, nggak malu apa di lihat pak jono!" Lerai Ara, untung saja gadis itu berada di antara Aya dan Evi sehingga ia bisa melerai kedua gadis itu.

"Nggak apa apa kok dek, saya sudah terbiasa kok" Ucap jono salah satu supir pribadi milik papa Aya.

"Dia duluan ra!" Adu Aya, gadis itu tidak terima jika dia yang dimarahi padahal Aya sama sekali tidak membuat keributan, salahkan Evi selalu suka cari masalah biar orang diam baek tetap di gangguin.

"Ihh kok jadi gua" Ujar Evi tak terima.

"Emang salah lo vi" Sahut  Ara, gadis itu memijit pangkal hidungnya pusing. Sedangkan Pak jono yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kelapanya.

Hening itu yang mereka rasakan, bukan karena kulit kacang tadi, namun ada sesuatu yang Aya dan Ara tahan dari tadi ntah itu urusan alam, atau semacamnya.

"Ayy" Panggil Ara pelan.

"Apa? "

"Lo tadi beli kresek hitam nggak? " Tanya Ara. Seketika wajah Ara berubah menjadi pucat dan jangan lupa keringat yang membasih wajah cantik gadis itu.

"Nggak ada emangnya kenapa" Ujar Aya sambil menahan sesuatu yang ada di dalam dirinya.

"Gua rasa mual, pengen muntah" Ucap rasa setengah berbisik.

"Gua juga"

"Lo pengen muntah juga? " Geleng Aya saat mendengar perkataan Ara.

"Terus apa? "

"Gua pengen beol anjerrr, udah nggak bisa ditahan, takut nya kepecirt"

"Kalian berdua kenapa? " Kata Evi saat melihat wajah kedua sahabat nya yang begitu pucat pasi.

Daycare [On Going]Where stories live. Discover now