V-Chap7

482 66 10
                                    

Varrel yang melihat itu hanya diam, dia tidak tau harus melakukan apa. Selama hidupnya dia tidak pernah bersosialisasi dengan orang-orang apa lagi anak-anak.

"Hiks-"

Pian mulai menangis, anak itu yang terlihat seumuran anak sekolah dasar. Varrel benar-benar tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia hanya menatap nya saja tanpa berniat menghentikan tangisan Pian.

"Hikss, hiks..."

"Pian!!"

Teriakan itu membuat Pian menoleh keasal suara, "Bang Ryan!!" Teriak Pian.

Varrel tidak menoleh. ia mulai bangkit untuk pergi, namun sebuah tangan menarik bahunya untuk menoleh ke pemuda yang sudah berada disampingnya.

"Apa yang Lo lakuin ke adek gw?!" Ujar pemuda itu, saat melihat Pian menangis di samping Varrel.

Varrel menoleh menatap pemuda itu datar, dirinya menepis tangan pemuda yang berada di bahunya dengan kasar. tanpa membalas ucapannya.

"Lo-?" Pemuda itu terkejut saat melihat Varrel. Dia adalah pemuda yang tadi bertemu dengan Varrel saat dirinya mengalami kecelakaan tadi.

Varrel tidak menggubris nya, ia berjalan melewati pemuda itu, namun sebelum melewatinya tangannya langsung dicekal.

"Lo, tunggu!"

Ryan Kendra Adipratama,

Varrel berhenti ia masih dengan ekspresi yang sama, ia menatap Ryan dengan datar.

"Lepas" suara rendah yang ia keluarkan, membuat Ryan hanya sedikit melonggarkan cekalan nya tanpa mau melepaskan.

"Nanti, Lo harus jelasin kenapa adek gw sampe nangis!" Ujar nya. Varrel tidak menjawab ia menarik lengan nya kencang membuat Ryan melepaskan cekalanya. Ia berbalik lalu berjalan meninggalkan nya tanpa mengatakan apapun.

Ryan ingin mengejarnya, namun sebuah tarikan pada bajunya membuatnya terhenti.

"Bang Ryan, hiks.." suara isakan tangis dari Pian membuat nya terhenti, dirinya menunduk menatap adiknya yang sedang menangis.

"Pian, apa yang terjadi?" Tanya nya khawatir.Ia berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan adiknya,

Pian masih menangis, ia memegang bajunya yang terlihat kotor menunjukannya pada Ryan.

"Hiks, b-baju Ryan kotor abang.." ujarnya dengan penuh isakan "b-bunda pasti marah, hikss"

Ryan yang mendengarnya hanya menghela nafas kecil, ia menatap baju Pian yang memang terlihat kotor.

"Sudah tidak apa, bunda ga akan marah" ucapnya, sembari mengusap air mata Pian.

Ia mulai bangkit dan menunduk menatap Pian yang masih terisak.

"Cowo gaboleh cengeng" ucapnya.

Pian yang mendengar nya mulai menghentikan isakannya, ia mengusap air matanya yang masih mengalir. Mendongak menatap abangnya yang masih setia menatapnya.

"M-mn, maaf Abang" ujarnya pelan.

Ryan tersenyum kecil, ia mengulurkan tangan nya pada Pian yang mana langsung di sambut oleh sang empu.

"Ayo pulang"

"Mn!" Pian mengangguk semangat, mereka mulai berjalan beriringan dengan bergandengan tangan,

Ryan menoleh menatap adiknya yang sudah mulai tersenyum "Pian" panggilnya.

Pian yang dipanggil mendongak "ya Abang?" Balasnya.

"Orang tadi siapa?" Tanya nya,

Pian menatapnya bingung "orang tadi?"

"Ahh! Bang El!?" Ujarnya yang mengingat siapa yang terakhir bersamanya tadi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

VARRELWhere stories live. Discover now