Albert Kevin Cedrrick

1.9K 21 5
                                    

Aku menegang ditempat tidurku, masih tetap menatap langit-langit kamarku yang berwarna biru yang dihiasi bintang-bintang.

Aku melirik ke sebelah kananku, aku menyibakan selimutku mengambil mp3 yang ada dinakas tempat tidur, aku memakaikannya kepada Kaylin.

Sungguh ini adalah pertama kalinya aku mendengar ayah dan bunda bertengkar hebat, bahkan ini pertma kalinya aku mendengar bunda yag membantah ayah dengan suara yang tegas dan lantang, walau ada isakan-isakan kecil didalamnya.

Aku ingin sekali mengerti apa yang mereka perdebatkan, otakku berusaha keras mencerna setiap kata-kata yang keluar dari bibir manis bunda.

Sebelumnya aku tak pernah melihat bunda membentak seseorang, bunda selalu berkata yang sopan dan ramah pada semua orang yang sedang bercerita dengan bunda.

Aku sangat kaget bagaimana ayah memarahi bunda dan bunda membalas setiap perkataan dengan suara besar dan lantang bahkan tak ada kata maaf yang kudengar.

Ini kali pertamanya aku melihat sesuatu yang tidak pernah kulihat, kupikir bunda adalah seseorang yang tidak akan berkata kasar atau lain sebagainya.

dan aku tidak mengerti kenapa ayah selalu memarahi bunda, selalu menyalahkan bunda, bahkan aku tidak pernah melihat bunda dan ayah duduk bersama dan tertawa bersama.

Aku sangat takut,

sangat-sangatlah takut,bahkan lebih takut saat ayah memarahi bunda.

Aku selalu mendengar cerita teman-temanku bahwa saat kedua orangtuanya bertengkar besoknyamereka sudah bercerai.

Aku takut,

aku takut jika besok ayah tidak akan kembali.

Aku takut jika aku akan kehilangan ayahku, takut bahkan sangat takut.

Aku masih mendengar tangisan bunda walau samar-samar ditelingaku.

Aku ingin sekali kekamar bunda lalu mendekapnya dengan kehangatan yang aku punya, mungkin aku bisa memberia sedikit kekuatan, entahlah aku tidak mengerti dengan jalan pikiranku sendiri.

Kenapa aku bisa berpikir seperti seseorang yang telah dewasa padahal aku masih sangat kecil.

Entahlah

******


aku masih berada ditempatku, masih belum beranjak dari depan pintu kamarku, aku memluk kedua lututku yang bergetar, membenamkan wajahku didalam sana.

aku menangis dalam diam, tapi tidak, sebenarnya atidak dalam dia, karena isakan-isakan kecil berhasil lolos dari bibirku,.

bagaikan ribuan jarum yang menghujam tubuh dan hatiku, rasanya sangat sakit, ribuan jarum yang menancaptepat direlung hatiku, rasanya sangat sakit, sakit sekali.

aku bahkan tak dapat bergerak, air mataku yang terus menerus mendesak keluar, bahkan untuk mengahapusnya pun taganku tak sanggup, terasa sangat berat.

entahlah mungkin sudah setengah jam aku berada didalam keadaan seperti ini, dengan tiba-tiba seberkas kekhawatiran mengahantuiku.

''bagaimana jika ia pergi meninggalkanku''

entahlah kalimat itu secara tiba-tiba terpikir olehku.

''apakah ia akan meninggalkanku?''

atau

''aku sangat mencintainya''

aku adalah orang terbodoh, saat seharusnya aku pergi meninggalkannya karena sifatnya yang sudah diluar batas.

aku malah takut dia yag akan pergi meniggalkanku, benar-benar bodoh disaat seperti in pun aku masih ingin bertahan disisinya dengan sisa-sisa kekuatanku.

entahlah sudah berapa lama aku bertahan dengan sisa-sisa kekuatanku,tetapi hingga sekarang kekuatanku tak pernah habis.

aku benar-benar bingung, aku ingin sekali pergi dari dirinya memulai kembali hidup baruku dinegara lain, dikota lain, tetapi saat aku merencanakn semuanya dengantiba-tiba hati kecil ku berkata

''jangan tinggalkan dia, bertahanlah sedikit lebih lama dari ini, jika sudah tak kuat pergilah, tetapi coba untuk bertahan sedikit lebih lama''

itu yang selalu ada dipikiranku saat aku berkeinginan pergi dari sisinya, entah sudah ribuan kali aku mengatakan pada diriku bahwa aku sungguh tak kuat ,benar-benar sudah tak kuat.

tapi jika mendengar perkataannya, bahwa ia tidak ingin perpisahan, sekan-akan kata-kata itu hilang dengan sendirinya, seakan-akan kata-kata itu yang menjadi energiku untuk tetap bertahan.

aku merangkak ketempat tidurku, meringkuk didalam selimutku, masih tetap menangis masih tetap mengeluarkan isakan-isakan kecilku, jujur aku sudah tak dapat menahanya walaupun aku telah membekap mulutku sendiri.

aku takut jika anak-anakku mendengar pertengkaran kami.

aku masih meringkuk ditempat tidurku, masih meyelimuti seluruh tubuhku yang mungkin dapat menghantar sedikit kehangatan pada tubuhku. tak ada suara yang kudengar selain dentingan jam yang terus berusuara.

air mataku terus mengalir, hingga aku tak sadar bahwa matahari telah masuk menerobos jendela kamarku, aku sadar bahwa Azriel tidak kembali saat malam itu, kekhawatiranku kini menjadi ketakutan, takut bahwa Azriel tidak akan pernah kembali lagi.

aku menyibakkan selimutku, menuruni tempat tidurku dan langsung pergi kekamar mandi, membasuh wajahku, aku seperti seseorang yang tidak pernah tidur selama sebulan lebih.

mataku yang bengkak dan juga terdapat lingkaran hitam yang besar dibawah mataku, dan hidungku yang sudah memerah.

aku keluar dari kamarku, Kevin dan Kaylin sudah duduk didepan tv sambil memakan cemilan mereka. aku tersenyum melihat mereka yang sangat akur dan saling menyayangi.

aku meyuruh mereka untuk mandi untuk pergi kesekolah hari ini mereka akan menjadi murid baru di sekolah dasar, aku sangat senang tidak menyangka bahwa anak-anakku yang masih berumur lima tahun sudah bisa memasuki SD.

aku pergi kedapur menyiapkan sarapan mereka dan juga bekal untuk mereka.

''Kevin Kaylin sini sayang bunda bantuin pakai seragamnya sayang'' Evelyne memanggil kedua anaknya yang masih dikamar tetapi tidak menyahuti perkataanya.

''Kev-'' perkataan Evelyne terhenti, tenggorakannya terasa tercekat dan kering, jantungnya dengan tiba-tiba berdegup dengan kencang, sedikit kelegahan menghampiri Evelyne.

ia legah karena pada akhirnya Azriel kembali, kembali padanya. ternyata Azriel tidak pernah main-main dengan perkataannya, bahwa ia benci perpisahan.

tetapi seberkas ketakutan menghampirinya, ia takut bahwa Azriel mendatanginya menyuruhnya untuk pergi, ia takut bahwa dengan tiba-tiba Azriel mengusirnya.

''apa kau tetap akan berdiri disitu tanpa membantu mereka pakai seragam? bantu Kevin untuk pakai dasinya, kau tau aku tidak pernah bisa memakai dasikan.'' ucapan Azriel membuyarkan hayalan Evelyne.

dengan cekatan Evelyne memakaikan Kevin dasi, sedikit seyuman terukir di bibirnya walau tak kentara dengan jelas, Azriel tidak pernah bisa memakai dasinya dengan sendiri, maka Evelyne yang akan memakaikannya dasi.

Evelyne berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa, dan mungkin itu juga yang dilakukan Azriel


tbc

di mulmed ada Kevin ya,






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

waiting for youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang