Bab 5

46 5 1
                                    

Selamat Membaca (⁠。⁠♡⁠‿⁠♡⁠。)

"Ini beneran atau alesan aja?" Tutur Naren sambil memicingkan matanya.

Kalau soal Lia, Naren memang seperti itu. Selalu curiga dan minim kepercayaan pada Lia. Pasalnya gadis itu dulu waktu SMP kerap kali banyak akal untuk mencari alasan agar bisa bertemu dengan Naren.

"Ga percayaan amat sih kak, nih liat. Emang ga di bales sama ayahku." Lia menunjukkan room chat ia dengan ayahnya.

Setelah melihat room chat yang ditunjukkan oleh Lia, kini Naren percaya bahwa Lia memang tidak membuat-buat alasan agar bisa pulang bersama Naren.

"Udah si Ren, lu anter aja sana. Gua balik duluan ya. Bye." Jofar pun berpamitan dan langsung menancap gasnya.

"Yaudah ayo cepetan. Terus jangan lupa chat om Jeriandra bilang kalo lu pulang bareng gua."

Karena Naren telah memberikan izin untuk Lia menaiki motornya ia pun langsung bergegas untuk naik  ke belakang motor Naren.

Sudah berada di tengah jalan untuk menuju rumah Lia, tapi Naren tidak membuka obrolan apapun.

"Kak, ajak ngobrol kek. Ini mah diem aja. Emang ga kangen apa sama aku? Udah setahun loh ga ketemu. Mana chat aku ga pernah dibales pula." ucap Lia yang berada di belakangnya.

"Gua yang nyetir, gua juga yang harus ajak ngobrol duluan?" kata Naren.

"Oh... Jadi nungguin aku ajak ngobrol nih? Bilang dong kak." Lia tertawa menggoda Naren.

"Apasih ga jelas."

Setelah sampai, Lia langsung turun dari motor Naren.

"Kak mau mampir dulu? Kali aja mau minum atau makan dulu gitu?" Lia menawarkan pada Naren agar ia tak langsung pulang.

"Ga usah, gua langsung balik aja. Salam buat om Jeriandra ya." Naren memainkan gas motornya untuk bersiap pergi.

"Ayah pulang nanti malem kak, jadi paling aku sampein salamnya pas pagi aja ya? Kalau ga kak Naren mampir dulu aja biar bisa ketemu sama ayah." ucap Lia sambil menahan lengan Naren agar ia tak langsung mengendarai motornya dan pergi.

"Terserah lu mau di sampein kapan. Gua ga mau mampir. Lepas." Naren melepaskan tangan Lia dari lengannya dan langsung menancapkan gasnya.

"KAK NAREN..MAKASIH." Lia berteriak agar ucapan terimakasihnya itu terdengar oleh Naren.

Rumah Naren dan Lia itu searah bahkan hanya perlu waktu 7 menit ke rumah Lia. Kalau pergi dan pulang sekolah tentu pastinya Naren akan melewati gang rumah Lia, tapi dari depan gang tersebut rumah Lia, walaupun jarak rumah Lia dengan gang tersebut masih sedikit jauh didalamnya lagi.

"Eh nona Lia, sudah pulang ya. Ini bibi masakin ikan gurame saus padang. Nona Lia mau makan sekarang atau mau bersih-bersih dulu?" tanya bi Inah pada Lia yang baru saja sampai.

"Aduh bi, aku mau leha-leha dulu ya. Makannya nanti aja setelah bersih-bersih. Tapi bersih-bersihnya juga nanti aja habis leha-leha." Lia menyenderkan kepalanya pada sofa yang ada di ruang tamu.

Lia memilih untuk bermain ponselnya terlebih dulu dibandingkan dengan segera bersih-bersih. Tak lama ponselnya menunjukkan notifikasi masuk.

 Tak lama ponselnya menunjukkan notifikasi masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, pesan yang masuk tersebut dari sang ayah.

Jeriandra selalu tak lupa untuk mengingatkan putri semata wayangnya itu untuk jangan melupakan makan. Karena Jeriandra mengetahui bahwa kalau putrinya sampai telat makan bisa-bisa maagnya itu kambuh.

Karena melihat pesan dari ayahnya itu, Lia langsung membalas pesan tersebut. Dalam balasan pesannya itu Lia mengatakan bahwa dirinya sudah sampai di rumah dan ia pastikan bahwa ia tak akan telat makan. Tentunya agar membuat sang ayah merasa tenang dan khawatir.

Lia itu sudah besar, dia mampu memahami betapa susahnya sang ayah merawat dirinya dan membagi waktu untuk kerjaan dengan waktu untuk bersama Lia. Makanya, Lia sebisa mungkin untuk memastikan ia mampu menjaga dirinya sendiri.

"Nona Lia, sudah ya leha-lehanya. Ayo cepat mandi dan makan. Tadi tuan Jeriandra bilang kalau nona Lia harus segera makan agar maagnya tidak kambuh." ucap bi Inah yang menyusul Lia di ruang tamu.

"Iya siap bibi, aku sudah besar dan tidak perlu dibawelin soal makan. Nanti kalau aku sudah selesai mandi, bi Inah makan bersama denganku ya di ruang tamu." ucap Lia yang langsung mematuhi perintah BI Inah.

Bi Inah itu asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Lia, sudah sekitar 11 tahun bi Inah bekerja di rumah itu.  Kalau sekarang umur Lia itu 16 tahun berarti bi Inah sudah bekerja dari usia Lia 5 tahun.

Lia kini memasuki kamarnya. Ruangan bernuansa pink dan banyak tempelan berbentuk strawberry seperti itulah kamar Lia. Lia itu penggemar atau pencinta strawberry. Buah asam berwarna merah itulah menjadi buah favorit yang tak akan pernah Lia lewatkan setiap minggunya.

Setelah Lia membersihkan tubuhnya, ia memakai beberapa wewangian seperti handbody dan parfum. Dimana wanginya tersebar di kamarnya itu.

"Emmm, enak banget masakan bibi." Lia memuji masakan bi Inah yang sangat lezat itu.

"Ah nona Lia bisa aja. Kalau nona suka ayo dong nambah." Bi Inah tersenyum malu mendengar pujian yang dilontarkan Lia.

"Aku sudah nambah dua kali, yang belum nambah itu bibi. Ayo bibi makan yang banyak." Ucap Lia sambil tersenyum.

"Nona, tadi yang anter nona balik itu siapa? Kelihatannya seperti cowo waktu SMP yang sering nona ajak main." Ucap bi Inah.

"Ya memang itu dia bi. Sekarang aku satu sekolah lagi sama dia."

Lia dan bi Inah ini sudah dapat dikatakan sangat dekat sekali. Mengingat dulu waktu Lia masih sekolah pun ia sering bercerita banyak sama bi Inah. Dan bi Inah ini juga selalu menganggap Lia sebagai anaknya.

"Udahlah nona, kalau memang temennya nona itu ga mau sama nona jangan dipaksa, nona kan cantik." bi Inah mencoba menasehati sedikit, bukan nasihat yang serius melainkan hanya saran-saran kecil saja.

"Pengennya si gitu bi, tapi kayaknya dia pake pelet deh. Jadinya aku susah lepas gitu." Lia tertawa bercanda dengan bi Inah.

"Ih si nona mah bisa aja. Yasudah nona belajar ya, biar bekas piring kotornya ini bibi yang beresin." bi Inah bangkit dari duduknya dan membereskan piring-piring yang kotor agar bisa ia langsung cuci.

"Sini aku bantu bawa ya bi." Lia itu bukan anak pemalas, ia juga kadang suka beres-beres rumah bersama bi Inah, walau hanya sedikit tapi setidaknya ia tidak merasa bahwa dirinya adalah princess yang harus diayani melulu.

"Bi ini sudah aku taro di dapur ya, aku mau ngerjain PR dulu. Nanti kalo bibi butuh bantuan bisa panggil aku ya." Ucap Lia dan ia pun bergegas ke kamarnya.

"Ini soal apan, kenapa susah banget. Ga paham ya tuhan..."

Bersambung...

-26 Januari 2024

You, Me, and Accounting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang