Bab 1

126 16 0
                                    

Selamat Membaca (⁠。⁠♡⁠‿⁠♡⁠。⁠)

Lalia Jeriandra adalah salah satu siswi pindahan di SMK Neotzy, sekolah yang terkenal dengan sekolah mahal dan terkenal dengan murid-murid yang berprestasi. Sesuai dengan tingkatnya SMK yaitu Sekolah Menengah Kejuruan tentunya SMK Neotzy ini memiliki beberapa jurusan. Salah satunya ada Akuntansi Keuangan Lembaga.

Akuntansi Keuangan Lembaga sendiri menjadi jurusan favorit di SMK Neotzy. Dibanding dengan jurusan lain, jurusan AKL ini selalu digadang-gadang oleh sekolah menjadi jurusan terbaik dengan banyaknya siswa/i pintar. Bagaimana tidak dikatakan memiliki siswa/i pintar? Karena selalu saja anak murid AKL yang selalu membawa banyak prestasi dari lomba-lomba baik tingkat daerah hingga nasional.

"Lia, apakah sudah rapih? Ayo kita segera berangkat. Ini hari pertamamu, jangan sampai terlambat." ucap laki-laki dewasa dari ruang makan.

"Sabar yah, ini Lia dikit lagi rapih. Tapi Lia mau sarapan dulu ya." Lia yang sudah dipanggil oleh ayahnya itu segera berlari dan menduduki kursi yang kosong serta mengambil satu buah roti dan langsung melahapnya.

Lalia itu termasuk golongan orang-orang yang bisa sarapan. Bahkan ia bisa dikatakan wajib sarapan. Pernah sewaktu-waktu ia mencoba melewati sarapan dan ia berakhir di UKS. Ya, Lia memang punya maag makanya ia tidak boleh sampai telat makan.

"Yasudah, makannya pelan-pelan. Kalau tidak nanti kamu akan tersedak. Setelah itu habiskan dulu susunya." Jeriandra memberikan segelas susu putih di gelas bening agar anak perempuannya itu segera meminumnya.

"Ayo, kita berangkat." Lia berdiri dari meja.

Karena mereka berdua telah selesai sarapan kini mereka berangkat menuju sekolah. Jeriandra walaupun tengah sibuk-sibuknya mengurus pekerjaan kantor tentunya ia menyempatkan diri untuk mengantarkan putri kesayangannya itu.

Mereka bukan orang miskin ataupun sederhana yang mempunyai mobil satu. Walaupun terkesannya keluarga Jeriandra seperti keluarga biasa saja, jangan salah ia termasuk keluarga yang kaya raya.

Lalia bukan tidak memiliki supir pribadi atau tidak mempunyai mobil lain sehingga harus diantar jemput oleh ayahnya. Hanya saja Jeriandra yang kepalang sayang dengan anak perempuannya itu. Jeriandra selalu ingin memastikan bahw anak perempuannya itu pulang dan pergi dengan selamat dan baik-baik saja.

"Nanti ayah yang jemput?" tanya Lalia pada sang ayah.

Dalam kondisi menyetir mobil dengan fokus Jeriandra menyempatkan untuk menjawab pertanyaan putrinya itu. "Iya, nanti kamu jangan pulang kalau memang ayah belum datang."

Setelah kurang lebih 20 menit perjalanan kini mobil yang Jeriandra kemudikan sudah sampai tepat di depan gerbang SMK Neotzy.

"Ayah, Lia sekolah dulu ya." Lia berpamitan dengan sang ayah tak lupa mencium punggung tangan ayahnya itu.

Sudah menjadi kebiasaan Lia kalau sudah turun dan ingin masuk ke sekolah itu menunggu mobil sang ayah pergi dan ia akan melambaikan tangan sambil tersenyum. Senyumnya Lia itu sangat manis hingga matanya membentuk bulan sabit yang sangat indah.

Lia berjalan sambil matanya mengedarkan pandangan untuk melihat papan petunjuk kelas. Karena ini adalah hari pertama Lia sebagai murid pindahan tentu saja ia masih bingung dimana letak kelasnya, terlebih lagi SMK Neotzy itu sangat luas dan hal itulah yang semakin membuat Lia kebingungan.

Hingga matanya tertuju pada salah satu anak laki-laki yang ada di gerombolan yang berisikan 6 orang laki-laki.

"KAK NAREN!" teriak Lia pada salah satu laki-laki itu.

Bukan hanya yang memiliki nama yang menoleh, tapi ke-6 laki-laki itu menoleh ke arah sumber suara itu berasal.

"Loh, bang Naren. Itu kak Lia." Ucap Jivero sambi menunjuk ke arah Lia.

"Itu siapa? Lo kenal?" ucap salah satu laki-laki yang bernama Rayan.

"Wah gila, dia ngapain disini?" Haidar berkata dengan bingung kepada Naren dan Jivero.

Karena tak kunjung dihampiri oleh Naren, Lia pun berlari kecil menghampiri laki-laki tersebut. Lia memang selalu bersemangat apalagi kalo soal Naren.

"Kok lu ada disini sih? Bukannya lu harus sekolah? Terus kenapa pake seragam sekolah sini?" Serangan pertanyaan itu dilontarkan oleh Naren pada Lia tanpa henti.

"Loh emang om Tio ga bilang apa-apa ke kak Naren?" Lia balik bertanya.

"Kalo gua nanya kaya tadi menurut lu udah bilang atau belum?" Ucap Naren dengan nada yang sangat jutek.

"Woy lu jangan kayak gitulah sama Lia, bicara yang baik-baik kan bisa." Jofar sedikit membela Lia karena sikap Naren yang terlalu berlebihan itu.

"Aku pindah kesini kak, aku ga nyaman di sekolah yang lama. Dan ayah dapet rekomendasi sekolah ini dari om Tio." ucap Lia.

Naren memutar bola matanya setelah mengetahui bahwa Tiowirya yang merupakan ayahnya lah yang memberikan rekomendasi tempat Naren bersekolah.

"Yaudah sana masuk ke kelas lu, ngapain coba disini? Nyari crush baru? Dah ayo guys kita ke kantin." Naren berjalan meninggalkan Lia sembari mengajak teman-temannya tadi.

Tapi baru beberapa langkah yang belum jauh dari Lia, tangannya di tahan oleh perempuan itu.

"Ga ada yang nyari crush baru sih kak. Cause' im still have a crush on you." Lagi dan lagi, Lia mengucapakan itu sambil tersenyum pada Naren dan memunculkan mata sabitnya itu.

Hanya mendengar penuturan Lia dan Naren tetap meninggalkan Lia begitu saja. Tak bereaksi apapun yang Naren keluarkan hanya ekspresi datarnya saja tidak senyum dan tidak marah atau apapun.

Karena semua laki-laki tadi ikut meninggalkan Lia, ia buru-buru mencegat Jivero.

"Jivero, anter gua ke kelas dong atau ke ruang guru. Ini udah mau jam masuk tapi gua belum tau kelas gua dimana. Kalo lu ga mau nanti gua aduin bunda kalo lu cabut ke kantin ya." kata Lia sambil sedikit memberikan ancaman ada Jivero.

"Ih gua sama bang Naren emang mau ke kantin bukan mau cabut jam pertama ya, tapi emang gua belum sarapan. Yaudah ayo gua anter ke ruang guru aja." jelas Jivero.

"Apa iya ga mau cabut jam pertama? Kok mukanya panik sih dik?" Lia terus-terusan menggoda Jivero.

"Ga ada yang panik tuh, emang gua males aja berurusan sama lu. Mulut lu kan lemes banget" Jivero semakin jengkel dengan Lia.

Jivero adalah adik sepupu Lia. Jivero sendiri anak dari adik mendiang ibunya. Setelah kepergian ibunya pada saat Lia berusia 5 tahun, Lia sering merasakan kesepian apalagi ia juga sesekali merasa kurangnya kasih sayang sosok ibu maka dari itu kadang bundanya Jivero yang mengambil beberapa peran ibu untuk seorang Lalia.

Walaupun Jeriandra telah sangat berusaha memenuhi peran ibu tetap saja Lia butuh sosok wanit saat ia masih kecil.

Bersambung...

-22 Januari 2023

You, Me, and Accounting Donde viven las historias. Descúbrelo ahora