15. ZOMBIE AKHIR ZAMAN

913 142 12
                                    

"Kakak, apa kita sudah sampai?" Pemuda tadi dengan cepat sadar lalu melihat kebelakang nya, dia dari tadi mengendong adik kecilnya, dengan perlahan dia menurunkan adik perempuannya kelantai.

Adiknya tahun ini berumur lima tahun, dia sangat baik dan patuh, dia dari tadi menyuruh adiknya untuk tidak bersuara karena takut memancing para zombie, dia awalnya tidak membawa adiknya, tapi saat melihat musuhnya ingin menyakiti adiknya di pangkalan juga tidak aman.

Mau tidak mau dia harus membawa adiknya, adik kecilnya kekurangan gizi, walaupun dia sudah berusaha sekuat tenaga agar adik kecilnya bisa makan dengan cukup, dia tetap kesulitan karena zombie yang semakin kuat.

Ditambah dia juga harus membawa adik kecilnya setiap saat, pendapatannya semakin berkurang, jadi adiknya semaki kekurangan gizi, hal ini sebenarnya sangat wajar ditemukan diakhir zaman, dikarenakan kesulitan mendapatkan makanan.

Anak-anak dari akhir zaman sangat kurus sampai terlihat tulangnya, adiknya sudah lebih baik ketimbang anak-anak diluar sana, tapi melihat adiknya seperti ini dia merasa tertekan, orang tua mereka meninggal lebih awal, dan mereka hanya memiliki satu sama lain, jadi hanya dialah yang bisa menjaga adiknya.

"Kakak?" Riri melihat kakaknya yang termenung lagi, kakaknya akhir akhir ini sangat suka memamun sangat lama sampai dia heran sendiri.

Roya mengelus rambut adik kecilnya, dia merasa adik kecilnya sangat dewasa sebelum waktunya, dia berharap adik kecilnya sama seperti anak-anak lainnya yang tidak memiliki beban pikiran tapi dia bersyukur memiliki adik seperti Riri.

Ren melihat kakak beradik ini sangat akur Ren tersenyum lembut, dia melihat roya mengambil troli belanja lalu mulai berbelanja, dan kadang-kadang dia berbicara bersama adiknya dengan semangat, adiknya juga sangat dewasa, dia tidak banyak meminta apapun, dia juga mengikuti kakaknya dengan langkah kecilnya.

Ren merasa lucu melihatnya, hatinya meleleh, roya melihat toko ini memiliki lantai dua, tapi trolinya sudah penuh, jadi dia meminggirkan trolinya disamping meja kasir.

"Bolehkah aku meletakkannya disini dulu, lalu melihat keatas?," Ren menganggukkan kepalanya tanda setuju, dengan itu roya mengambil troli baru lalu menaiki eskalator menuju lantai dua dengan adiknya digendongnya.

Dilantai dua dia lebih dikejutkan dengan baju yang berjejer dan berbagai macam ukuran dan warna, dia melihat baju adiknya yang sudah kehilangan warna aslinya dan kusam, adiknya perlu baju baru.

Dia melihat harga baju dan sepatu, menurutnya harganya masih terjangkau, tanpa banyak bicara dia membeli dan mencoba baju yang cocok untuk adiknya.

Banyak baju yang dicoba satu persatu lalu memilih dua pasang baju musim dingin dan tiga pasangan baju musim panas, dan dua sepatu ukuran adiknya.

Saat sedang asyik memilih baju untuk adiknya lagi, dia merasakan bajunya ditarik pelan, Roya melihat pelaku yang menarik bajunya, ternyata adiknya Riri yang menarik bajunya, roya bertanya.

"Ada apa Riri?" Awalnya Riri agak ragu-ragu berbicara, lalu dengan berani dia menatap wajah kakaknya.

" Kak jangan memilih baju untukku saja, baju untuk kakak juga harus dipilih, kalau tidak, kakak akan kedinginan saat salju datang seperti tahun lalu"

Melihat adiknya yang selalu memikirkannya merasa terharu, dia tersenyum lebar lalu mengambil baju yang cocok dengannya, lalu mengambil beberapa peralatan dapur dan turun kebawah.

Roya membawa dua troli belanja menuju kasir, Ren menghitung dan menyusun belanjaan mereka satu persatu lalu meletakkannya kedalam box lalu menutup box dengan rapat,

"Totalnya 1560 inti kristal tingkat pertama" Ren mengambil inti kristal yang diberikan oleh roya dan mengembalikan kembalian inti kristalnya

dia takut kedua bersaudara ini tidak bisa membawa box sebesar itu jadi dia ingin bertanya.
Sebelum Ren bisa bertanya, dia melihat box tersebut sudah menghilang entah kemana, melihat roya yang santai saja Ren tidak banyak bertanya.

"Terimakasih, bolehkah kami beristirahat disini sebentar?"

"Tentu saja, mau didalam, atau diluar?, aku akan meletakkan meja disana!"

"Eh tidak perlu...." Sebelum roya selesai mengatakannya, Ren sudah mengeluarkan meja dan kursi, didalam dan diluar, didalam ada satu meja panjang, dan beberapa deret kursi, diluar ada  beberapa meja bulat dengan empat kursinya di setiap meja.

Roya melihat itu terdiam lalu berterimakasih kepada Ren, dia dan adiknya duduk didalam, selain didalam kelihatannya aman itu juga sangat nyaman.

Roya dan Riri segera duduk lalu mengeluarkan makanan yang telah mereka beli, roya menyuapi Riri roti isian selai strawberry, Riri sangat menyukainya, dan juga, roya memanaskan daging kaleng dengan kompor portabel yang dibelinya, juga memasak mie instan agar adiknya bisa makan sampai kenyang.

"Kakak makan juga, jangan menyuapi Riri saja" roya tersenyum sedih, matanya berkaca-kaca, dia bersyukur karena masih bisa hidup sampai sekarang, dan bersyukur bisa makan makanan lezat seperti ini.

Riri yang melihat kakaknya menangis langsung mengelap air mata kakaknya yang masih berada diwajahnya.

"Kak jangan menangis, nanti Riri sedih" roya melihat mata adiknya yang sudah berkaca-kaca langsung tertawa, adiknya adalah segalanya baginya, dia bisa membuat roya sedih sekaligus tertawa.

Ren yang melihat interaksi mereka menopang wajahnya dimeja kasir dan menghela napas iri, dia juga ingin punya adik, tapi dia dulu adalah anak tunggal jadi impiannya harus pupus, belum lagi orang tuanya meninggal saat dia berumur 10 tahun, jadi keinginannya harus disimpan rapat-rapat.

Kembali melihat interaksi kakak beradik ini tanpa sadar Ren tersenyum lembut, saat melihat mereka selesai makan, Ren menghampiri roya lalu memberikan kartu padanya.

"Kartu ini bisa digunakan saat ada barang baru ditoko kami dia akan memberikan notifikasi padamu, anggaplah sebagai kartu anggota toko kami" Ren tersenyum lebar sambil menyerahkan kartunya.

Roya berterima kasih pada Ren lalu kembali menggendong adiknya, saat mereka ingin pergi Riri melambaikan tangan kecilnya pada Ren.

"Dada kakak cantik" lalu mereka keluar.

Ren linglung saat dikatakan cantik oleh anak kecil, apa dia mengira aku seorang wanita?, Ren tak ambil pusing, dia membersihkan meja yang tadi ditempati roya lalu membersihkan beberapa yang kotor.

Saat membersihkan dengan santai dia mendengar suara sistem dibenaknya.

" Ding, tuan rumah, inti kristal anda cukup untuk upgrade ke level selanjutnya, apakah anda ingin upgrade?"

"Ya!, aku penasaran seperti apa nanti tokonya nanti jika sudah upgrade"

Ren dan sistem bersenang-senang memainkan permainan baru sambil menunggu waktu upgrade sistem, sampai waktu tiba untuk tutup.

~~~~~~~

Sean dan timnya telah tiba di pangkalan, langsung menuju rumah satu tim mereka, mereka tinggal di satu rumah yang seukuran villa, sedangkan untuk tuan Albert tinggal ditempat yang berbeda.

"Akhirnya sampai, aku tidak sabar ingin makan mie instan"

"Jangan kebanyakan makan mie"

"Iya iya"

Adam, Cleo, Deon, Leo, dan lainnya berjalan sambil berbincang bincang dengan santai kedalam rumah, sedangkan Liam menoleh kebelakang karena merasa kapten mereka tidak ikut masuk.

"Kapten?" Lian melihat Sean yang memandang kesamping dengan seksama, lalu menoleh melihat Liam.

"Aku pergi"

"Hah?, kemana?"

"Lab"

Liam keheranan, sangat jarang Sean ingin pergi ke laboratorium yang berada dibawah tanah pangkalan, apakah ada sesuatu yang tidak beres?, tapi karena kapten tidak membawa dia itu artinya semua baik-baik saja.

Mengangkat kedua pundaknya, Liam mengikuti anggota yang lain masuk kedalam rumah mereka, malam itu mereka makan BBQ di halaman belakang villa.







membangun toko serba ada diakhir zaman Where stories live. Discover now