25 ending

5.9K 187 20
                                    

Willy Pov

1 tahun kemudian

Willy pov

Hatiku menghangat ketika memandang bidadari mungil dalam pelukanku. Kutelusuri wajahnya yang benar-benar duplikat dariku. Dia hanya menuruni alis tebal dan rambut lurus Naira. Pikiranku melayang setahun yang lalu dimana Naira berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan Shabrina anak pertama kami, dan mungkin anak tunggal kami.

Shabrina Avellia Kusuma , satu-satunya yang Naira titipkan padaku sebelum dia pergi. Padahal tanpa dia pinta aku tentu akan menjaganya sepenuh hatiku.

Kutimang Sha supaya cepat terlelap dalam tidurnya. Kubasuh peluhku, ternyata merawat seorang bayi bukan perkara mudah. Meski kadang di bantu sepupu Naira si Reza , tak membantu sedikitpun. Bahkan kami sering adu mulut untuk menjaga Sha. Benar - benar pribadi kami sangat bertolak belakang, dan tiada kecocokkan setitikpun. Walaupun kami sering bertengkar, namun kita masih bisa menyatukan pribadi kita untuk menjaga Sha.

Sha menggeliat kecil dalam gendonganku. Mungkin dia terlalu kenyang karena ASI. Bunda membantuku dengan cara memberikan ASI pada Sha. Karena kebetulan bunda juga sedang menyusui adikku, Affan. Usia mereka tidak terpaut jauh, mereka lahir ditahun yang sama hanya berbeda beberapa bulan saja.

"sha udah tidur?" tanya lelaki yang baru saja memasuki rumahku. Dia meraih segelas minuman jeruk yang baru saja kubuat untukku, dan meminumnya hingga tandas.

"udah , ngapain lo kesini" lirikku tajam dan nada suaraku yang ketus tak membuatnya gentar malah semakin menjadi-jadi.

"santai dong bro, gue mau lihat keponakan gue. Emang ada masalah gitu? Udah sering dibantu juga. Gatau di untung banget" aku mencibir. Padahal dia yang menawarkan diri, aku tidak pernah menyuruhnya. Mengapa dia mengungkit-ungkit? Kadang aku berfikir makhluk satu ini cepat memiliki keluarga sendiri, hingga kesempatan mengusik keluarga kecilku berkurang.

"gue ga pernah minta lo kok. Lo kenapa ngomong gitu? Gak iklas? Minta dibayar lo ?" aku tidak menggunakan jasa baby sitter, karena aku yakin sanggup menjaganya. Yah sejujurnya dengan sedikit bantuan Reza. Jika aku bekerja aku titipkan kepada Reza begitu juga sebaliknya. Dan jika kami sama-sama sibuk, kutitipkan Naira kepada oma dan opa.

"sensi banget lo, pms ya? Ngalahin macan betina mau beranak" cibirnya, dengan santai dia menghidupkan televisi layaknya ini rumahnya sendiri.

"jangan kenceng-kenceng suaranya, ntar Sha bangun" perintahku. Aku sudah terlalu lelah menidurkannya, benar-benar susah.

"emang mau gue bikin bangun biar bisa main sama gue" jawabnya enteng. Kuberi dia hadiah lemparan bantal dariku. Wajahnya merah padam ingin membalas, namun ketika melihat Sha berada di gendonganku dia mengurungkan niatnya. Mungkin dia khawatir jika salah sasaran, dan melukai Sha. Semenyebalkan apapun Reza, ku akui dia sangat menyayangi Sha seperti anaknya sendiri.

"lo udah pantes jadi bapak, lo nikah sana gih cari bini kek. Nikah itu enak loh, kalau tau nikah itu enak kaya gini , udah dari TK gue nikah" cibirku. Sebenarnya aku tidak mencibir, usianya hampir 28 tahun kenapa masih sendiri? Aku saja hampir 23 tahun sudah menjadi seorang ayah.

"yaudah lo aja sana nikah lagi" jawabnya enteng. Kemudian aku mendengar suara yang akhir-akhir ini kurindukan.

"siapa yang mau nikah lagi? Oh bagus ya Wil baru ditinggal 2 minggu keluar kota mau nikah lagi" hatiku begitu riang mendengar suaranya yang kukira hanya imajinasi saja. Kutaruh dengan perlahan bayiku, aku berlari memeluk Naira. Dia sudah pergi dua minggu dan baru pulang hari ini.

"kamu kemana aja sih sayang, aku kangen tau. Kok gak bilang-bilang kalau mau pulang, aku kan bisa jemput" rengekku manja dan masih memeluknya erat. Sebenarnya aku sudah tau alasan dia pergi. Dia baru saja menerbitkan bukunya, dan 2 minggu terakhir ini dia melakukan launching di beberapa toko buku di kota besar. Beberapa kota yang dia kunjungi adalah Surabaya, Jogjakarta, Solo, Semarang dan beberapa kota di Jawa Barat.

My beloved Cousin (terusan)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن