🌹Part. 41

1.8K 77 6
                                    

Suara hentakan hak tinggi terdengar begitu nyaring saat mulai memasuki area khusus petinggi perusahaan itu. Gadis dengan rambut ombre abu-abu itu menyugar rambutnya, kemudian mendorong pintu kaca di salah satu ruangan itu. Gadis itu tersenyum lebar saat sorot matanya terhenti pada pria berkaca yang sedang sibuk mengetik.

Gadis itu berlari kecil dengan senyuman yang mengembang. "Kak Zavian."

Zavian menoleh ke arah Celine. "Celine, kenapa kamu ke kantor malam-malam?"

Celine mengerjap dengan tatapan bingung. Kenapa Zavian bertanya seakan Celine tidak pernah datang ke kantornya? Apakah Zavian lupa kalau Celine memang sering mampir ke kantornya? Ini terasa aneh bagi Celine.

“Aku kan–hm … Aku kebetulan lewat daerah sini, terus aku ketemu Rian katanya kamu masih di kantor. Jadi, aku mampir,” balas Celine dengan senyum manis.

Zavian mengangguk kecil, lalu kembali fokus dengan laptopnya. Pria ini benar-benar sibuk dan ini adalah kesempatan Celine untuk kembali mendapatkan perhatian Zavian. Celine melangkah menuju Zavian.

“Kak Zavian mau aku bantu sesuatu nggak?” tawar Celine seraya merendahkan tubuhnya tepat di sebelah Zavian.

Zavian membuka kacamatanya dan memijat batang hidung. Kemudian Zavian menyandarkan punggungnya. Pria itu melirik Celine dan tersenyum. “Nggak perlu, Celine. Tadi sudah dibantu Tara.”

Sontak Celine terdiam dan kembali berdiri tegap. Sial, apakah ini artinya Tara itu mulai mengambil posisinya di sini? Celine tahu ini terdengar jahat, tapi jujur Celine tidak rela melihat Zavian bersama Tara.

“Tara? Dia ada di sini, Kak?”

Zavian tersenyum sambil menunjuk ke arah sofa. Sorot mata Celine langsung menuju seorang gadis berkepang yang terlihat begitu nyenyak tertidur di sofa. Celine cukup terkejut saat mengetahui Tara berada di sini. Pasalnya biasanya hanya Celine yang menemani Zavian saat lembur.

Zavian bangkit berdiri dan melangkah menuju sofa tempat Tara tertidur. Zavian benar-benar gemas saat melihat gadis itu, bahkan hanya melihat Tara membuat Zavian bisa menyelesaikan tugas-tugas itu cukup cepat. Tara seperti definisi semangat bagi Zavian.

Celine mulai geram saat Zavian terus tersenyum melihat Tara. Bukankah itu terkesan berlebihan? Gadis itu terduduk di sofa berhadapan dengan Zavian.

"Tara, tiba-tiba mau temenin saya lembur. Lucu banget Tara."

Celine memutar bola matanya malas. Namun, Celine buru-buru terlihat senang kembali. "Iya, Tara emang imut. Jadi, Kak Zavian ada yang mau aku bantu?"

Zavian mengambil segelas air jahe yang Tara bawakan untuknya tadi. Kemudian dia memberikan minuman jahe itu pada Celine. "Ini punya Tara, tadi dia nggak sempet minum malah keburu tidur."

Celine mengangguk kecil. "Makasih, Kak Zavian."

Siapa peduli dengan minuman? Celine hanya menatap gelas itu. Menyebalkan, satu kata yang mendeskripsikan perasaannya sekarang.

Zavian meneguk sedikit, lalu beralih Celine. "Tadi Tara bilang, kamu ajak makan siang. Kamu ngomong apa aja sama Tara?"

"Oh, aku cuma ajak makan siang biasa aja, Kak. Tenang, aku nggak akan ngomong yang aneh-aneh, kok." Sepertinya setelah ini Celine berencana untuk mengatakan hal itu. Tara, gadis itu menyebalkan.

“Saya senang karna kamu bisa cepat akrab sama Tara. Maaf, jika Tara sedikit kaku.” Zavian tertawa kecil, lalu meneguk kembali minuman itu. "Gimana keadaan Mami kamu, Cel?

Celine menghela napas sejenak dan sedikit menunduk. “Itu yang mau aku omongin sama Kakak. Mami udah mulai membaik, tapi masih belum bisa pulang."

Zavian tersenyum tipis berusaha menenangkan Celine. "Celine, kalo kamu butuh sesuatu, langsung hubungi saya atau Tara. Ingat, jangan pernah merasa sendiri, saya selalu ada disampingmu, oke?”

Contract and LoveWhere stories live. Discover now