Sebenernya, mereka ingin aku ada atau tidak sih?

33 8 11
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


"Terkadang aku bingung antara menyendiri, atau ... hanya aku yang sendirian?"
-Asy

Mendengarkan lantunan lagu random, berlarian dari cinta, kehidupan, depresi, insecure, sendiri. Seolah merasa tenang dengan diri sendiri, menikmati setiap perjalanan sepi yang aku lalui.

Terkadang, aku mencoba untuk bisa memahami orang-orang di sekitarku, hingga akhirnya banyak hal yang entah mengapa terubah.

"Sebenarnya, apa mereka sadar bahwa aku ada? "

Sempat terbesit pemikiran seperti itu, seolah jika diri inti tidak ada pun mereka tak menyadarinya. Dan kehadiranku hanya sesaat untuk sapa, sekedar formalitas saja.

Ingin rasanya berteriak bahwa...

"Aku pun tak ingin berada di sini! Aku tak ingin melihat orang-orang yang pura-pura ramah terhadapku! "

Terkadang, menjadi terkucilkan jauh lebih  menyakitkan daripada tidak pernah kenal sama sekali. Pernah aku memikirkan hal tersebut, seolah aku lebih baik tak pernah  bertemu dengan mereka semua.

Bagaikan berbicara dengan tembok. Namun, terkadang aku juga berpikir, apa perlu aku menyapa mereka? Sebenarnya tak masalah jika tidak, bukan? Namun, aku berpikir kembali, apa mungkin memang seharusnya aku merangkul mereka? Untuk bisa akrab sekedar bersosial saja?

Dan nyatanya, pundak itu terlalu jauh jaraknya. Lenganku tak sampai, dan ini memang bukan jangkauanku.

Antara keberhasilan dan sebuah rangkulan, memang beberapa orang akan dengan mudah mengatakan.

"Bagaimana jika menggabungkan keduanya?"

Terkadang, mengatakan mungkin jauh lebih mudah daripada menjalankannya. Banyak orang merasa kesepian dan sendiri ketika ingin memperjuangkan sebuah hal, banyak orang yang merasa bisa merangkul semua orang namun berakhir gagal dengan apa yang diperjuangkan.

Seolah merasa bahwa mungkin aku yang terlalu perasa, padahal mereka dari awal sudah biasa-biasa saja. Kamu hanya ingin perhatian dari mereka.

Kembali ingin aku katakan, bahwa kita punya hak untuk mencoba merangkul atau mencoba ramah terhadap orang di sekitar kita, berusaha untuk keluar dari fase 'sendirian'. Namun, kita juga punya hak untuk membatasi diri agar tidak terlalu dekat dengan orang-orang yang tidak mengharapkan kehadiran kita.

Jujur saja, argumen tadi membuatku lemas. Aku tak tahu apakah aku yang terlalu ingin mendapatkan teman, atau aku yang tidak nyaman dengan banyak orang?

"Aku lelah dengan diriku sendiri, yang selalu merasa sendiri tanpa menyadari siapa yang aku coba dekati."

Banyak hal yang tidak bisa aku simpulkan, masih coba aku cari tau sebenarnya apa masalah pada diriku, apa hal yang membuat aku merasakan hal yang tak perlu aku usahakan.

"Padahal, mereka dengan mudahnya menjadikan aku sendirian. Kenapa aku tidak bisa?"

Aku pernah membaca salah satu buku karya Alvi Syahrin, penulis favoritku. Dirinya menuliskan dalam buku 'Loneliness' bahwa;

"Kenapa teman selalu datang dan pergi, sedangkan aku selalu bertahan?"

Sedikit aku sadar, bahwa keputusan untuk kesepian dan sendiri ada di tanganku sendiri. Tidak perlu menyalahkan orang di sekitarku, karna pada dasarnya;

"Kamu berhak mempertahankan hubunganmu dengan orang lain, namun kamu tidak punya hak untuk bisa menyenangkan dan membuat semua orang berpihak padamu. Jangan jadikan kesepianmu sebagai dalih 'tak diperhatikan' oleh mereka."
_🤍_

Sekian guys untuk bagian kali ini, i'm sorry kalo ngga sesuai dengan kalian yaps🤍
Buat kalian yang mengalami hal2 semacam ini dan ingin dibahas juga di part selanjutnya, bisa DM or cht ke aku yaps
Jangan lupa mampir di instagram aku di

Asy_Thisyourtime

I hope kalian bisa coment tulisan aku ya
Love to all and semangat untuk hari-harinya!!!

Tuhan, Aku Lelah dengan Diriku SendiriDonde viven las historias. Descúbrelo ahora