Pantas saja, aku terlalu terlena.

54 20 46
                                    

"Aku terlalu terlena, sampai aku lupa apa tujuanku sebenarnya?"Asy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku terlalu terlena, sampai aku lupa apa tujuanku sebenarnya?"
Asy


Duduk dengan secangkir kopi dan lantunan musik yang cukup santai, aku sendiri setelah keramaian yang aku alami, menatap sisa dari canda tawa sebelumnya.

Aku melihat tumpukan buku dan slide yang masih kosong di depanku, sekali lagi... Aku terlena. Menikmati bagaimana serunya bercengkrama, meninggalkan rutinitas yang sudah disusun sebelumnya.

"Apa aku terlalu terlena?"

Sebuah pertanyaan muncul di benaku, menatap sebuah perasaan resah, bingung, namun juga merasa lepas.

Terkadang, ada waktu di mana diri kita terlalu terlena dengan keadaan yang menyenangkan, meninggalkan sebuah kewajiban, meninggalkan sebuah hal yang sudah direncanakan. Bahkan, rencana yang sudah disusun sebelumnya bisa dengan mudah terganti dengan agenda lain yang tak masuk dalam rencana yang aku susun.

"Progresnya sampe mana?"

Hingga pertanyaan itu muncul, aku sendiri masih bingung akan menjawab apa. Aku belum melakukan apa pun.

Suatu saat aku ada dalam satu kelas pengembangan diri, membahas tentang cara menggapai impian, bagaimana cara mengatasi sebuah masalah jika dalam mencapai impian itu ada sebuah halangan dan rintangan.

Cukup seru, argumen tentang metode dari masing-masing orang terucap dengan sangat anggun. Saling berdebat, memberikan sebuah tips, walau... Orang yang memberi tips pun belum tentu bisa menjalaninya.

Dan semua tertuju pada sebuah 'planning'

"Lantas, bagaimana jika dalam menjalankan planning itu terdapat kejenuhan?"

Dalam dua kubu tersebut, terdapat penannya dan penjawab pastinya, banyak yang berargumen tentang refresing, memberikan self reward dan... Masih banyak lagi. Ada satu argumen dari seseorang yang membuatku sedikit sadar, bahwa...

"Menurut saya dalam menjalankan planning pastilah ada sebuah kejenuhan. Namun, bisa kita kombinasikan dengan sebuah manajemen dan pembatasan diri."

Hingga pada ucapan terakhir tersebut, ada satu orang yang menanyakan sebuah hal.

"Jika ada batasan dalam menjalankan planning, lantas bagaimana bisa mengeksplor diri? "

Pada titik pertanyaan tersebut, seisi kelas diam, tidak ada yang berargumen apapun, walau biasanya kelas selalu panas dengan argumen yang aku sendiri kadang tak pahami. Dan ya... Orang yang memberikan jawaban sebelumnya mengangkat tangan kembali dan menjawabnya.

"Dalam menjalankan planning adalah metode kita untuk bisa meraih sebuah tujuan, tidak ada salahnya mencoba untuk refresh sejenak. Namun, batasan adalah hal yang perlu diterapkan. Kadang kita terlalu terlena dengan kenyamanan hingga berujung menunda sebuah pekerjaan, setelahnya? Yaa akan abai dengan  planning yang sudah dibuat. Merasa bahwa tanpa planning tersebut dirinya bisa menjalankan sebuah hal. Dirinya lupa akan tujuannya."

Satu kelas tetap diam dan ada satu penannya lagi yang menanyakan

"Lalu bagaimana membatasinya?"

Sungguh! Ini seperti sebuah percakapan yang tertuju pada satu orang, orang tersebut menjawab kembali.

"Pilihan. Itu jawaban dari batasan yang harus diperhatikan. Mengapa? Tanpa kita sadari bahwa sebuah palnning adalah jalan pilihan, di mana ketika kita melanjutkan planning tersebut ada kesempatan sebuah tujuan yang direncanakan akan tercapai. Namun, jika kita membatalkan planning kita, kesempatan untuk mencapai kadang hanya sebatas angan. Pilihan itu ada di tangan penjalan planning. "

Argumen itu terus berjalanjut, hingga tanpa terasa waktu kelas sudah usai. Aku berjalan sendiri, mencoba menenangkan sebuah kegoyahan dalam hati. Sebelum kelas itu ada, aku merasakan sebuah kebimbangan aku masih belum melanjutkan planningku hingga...

"Tuhan, aku lelah dengan diriku sendiri yang selalu mencoba kabur dari rumitnya planning yang aku buat sendiri"

Namun, dari kelas itu aku mencoba mencerna bahwa...

"Lantas, apa aku harus merelakan impianku demi kenyamanan sesaat? Ini bukanlah pilihan yang tepat!"

Dan aku simpulkan dari sedikit kisah tadi, kita adalah manusia yang selalu dihadapkan  dengan pilihan, tak ada pilihan yang tidak memiliki resiko. Semua ada di tangan kita sendiri.

"Tak apa rehat sejenak, mencoba mencermati keadaan. Hingga kamu bisa bangkit dan melanjutkan sebuah perjalanan."

Secangkir kopi di depanku ternyata sudah dingin, sang jemari mulai melanjutkan perjalanannya, melanjutkan sebuah langkah yang tertunda akan keterlenaan.

_🤍_

Sekian guys untuk bagian kali ini, i'm sorry kalo ngga sesuai dengan kalian yaps🤍
Buat kalian yang mengalami hal2 semacam ini dan ingin dibahas juga di part selanjutnya, bisa DM or cht ke aku yaps
Jangan lupa mampir di instagram aku di

Asy_Thisyourtime

I hope kalian bisa coment tulisan aku ya
Love to all and semangat untuk hari-harinya!!!

Tuhan, Aku Lelah dengan Diriku SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang