kau dan dia 1

118 6 0
                                    

sumpah demi apapun, Sela sangat merindukan Alvin. Sudah berminggu-minggu mereka tidak bertemu.

BAhkan segala cara sudah Sela lakukan. Namun, Alvin sangat susah di temui. Seperti, menghindar.

" Hallo sayang, sedang apa ?" suara Amar terdengar di belakanggnya.

ya semenjak ALvin  jarang datang ke rumahnya, Sela llebih sering menghabiskan waktu dengan Amar. Seperti sekarang ini. Mereka tengah berada di sebuah Fila di kawasan puncak. Fila itu milik keluarga Amar yang memang jarang di pakai dan di tempati.

Amar memeluk Sela dengan erat. MEnghapus jarak dan cellah antar atubuh keduanya. " pemandangan disini sangat indah. kamu gak pernah bawa aku kesini." Sela memanyunkan bibrnya, bermanja dalam pelukan Amar.

" ya, baru terpikir saja. semua tempat yang sering kita kunjungi  membuat ku bosan. Jadi aku beerinisiatif untuk baw akamu kemari. kamu suka ?"

" suka sekali. selain damai, jauh dari lkebisingan. disin juga sejuk. bikin tenang aja."

" syukur llah. aku senang kalau kau suka dan betah disini."

"Andai saja hati mu hanya untuk ku, aku takkan segan-segan memberikan semuanya untuk mu. Apapun itu." Batin Amar berucap lirih.

Amar mencintai Sela, sangat. Dan ingin jika Sela hanya mencintainya, tidak dengan Alvin atau laki-laki lain.

Di dunia ini, tidak ada satu orang pun yang rela jika cinta nya terbagi. Begitu juga dirinya. Amar ingin Sela memandangnya, hanya dirinya. Tidak dengan Alvin. Jika boleh berharap, Amar ingin memohon pada Tuhan agar memisahkan Sela dan Alvin. Bagaimana pun caranya.

Sungguh, Amar teramat mencintai wanita yang kini ada di depan matanya, tengah tersenyum indah menikmati semilir angin di puncak.

"Sayang " Amar menarik tangan Sela dan menggenggamnya." Apapun yang kamu mau, akan aku berikan." Seulas senyum terlihat di wajah cantik nya.

" Aku tahu. Kamu adalah orang yang paling tulus yang pernah aku temui." Sela balas menggenggam tangan Amar.

" Beneran ?"

" Ya"

" Kalau begitu, boleh aku meminta sesuatu sama kamu ?"

" Boleh, aku akan beri apapun. Selama aku bisa memberikan nya sama kamu."

" Kalau begitu. Aku minta kamu hanya untuk aku." Senyum itu memudar. Sela merasakan jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa saat.

" Maksud kamu apa ?"

" Lepasin Alvin. Aku gak mau berbagi cinta dengan dia." Tegas Amar.

Sela melepaskan tangannya dari Amar. Dia menatap horor pada laki-laki didepan nya. " Gak. Aku gak mau." Sela memundurkan langkah. " Aku gak mau lepasin Alvin. Aku gak mau."

Amar tertegun, menatap reaksi Sela ia tau betul jika rasa cinta Sela pada Alvin sangat besar. " Kenapa ?"

" Aku...aku.." sela tidak bisa menjawab nya. Ingin sekali dia menjawab jika dia sangat mencintai Alvin, namun Sela tau betul jika lelaki di depan nya juga sangat mencintainya. Dan Sela bukan lah wanita yang tidak memiliki hati. Dia tidak mungkin menyinggung hati Amar yang sangat mencintai nya.

" Kenapa Sela ? Tidak cukup kah hanya aku yang ada di samping mu ?"

" Amar..."

" Apa yang harus aku lakukan agar kamu memilih ku dari pada Alvin ?"

" Tidak, Amar.. bukan begitu.." sela sudah ber cucuran air mata. Ia sangat takut jika Amar akan marah pada nya sekarang

"Lalu apa ?" Amarencengkram lengan Sela kuat. Membuat wanita itu ketakutan. Namun Amar tidak ingin memedulikannya. Ia hanya ingin kepastian. " Katakan Sela, apa kurang ku padamu ? Apa belum cukup semua yang aku beri untuk mu agar mau memilih ku ? Apa cukup bukti cinta yang aku beri untuk mu ?" Amar sakit, teramat sakit. Melihat wajah wanita nya menangis ketakutan, namun ia tidak ingin memedulikan nya. Ia ingin Sela membuka mata dan hatinya. Ia ingin Sela menyadarinya jika hanya dia satu-satu nya lelaki yang bisa mencintainya lebih dari siapapun.

" Amar...huhuhu" sela ketakutan. Dia sangat takut. Lengan nya sakit, tapi hati nya lebih sakit melihat Amar yang terus mendesak nya.

" Katakan Sela. Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau memilihku ?" Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Amar. Dan itu membuat hati Sela mencelos. SEumur dia mengenal Amar, seberapa banyak dan besar dia menyakiti hatinya, Amar tidak pernah sekali pun meneteskan air matanya seperti sekarang. Dan ini kali pertama nya Amar menangis di depan Sela.

" A..Amar.." Sela terbata. Tangan nya mencoba meraih wajah Amar , dan menghapus air matanya.

" Jangan menangis Amar." Sela menghapus air mata Amar yang semakin deras mengarungi setiap jengkal wajah tegas itu. Sela menatap iba pada Amar, ada rasa sakit yang berdenyut di hati nya melihat lelaki yang biasa sombong dan angkuh itu menangis. Ada rasa perih yang menyayat ketika mendengar rintihan pilu lelaki itu.

Sela sadar, jika ia sangat menyakiti Amar. Di dunia ini tidak ada seorang pun yang akan mau hati nya terbagi baik itu laki-laki atau pun perempuan. Dan lelaki di depannya masih memohon padanya agar memilih salah satu di antara dua lelaki yang mengisi hatinya.

Sela bimbang, dia ragu untuk memilih salah satu diantara mereka. Karena sudah pasti hatinya memilih Alvin. Namun dia juga tidak ingin kehilangan Amar, lelaki angkuh yang selalu berada didekatnya ketika ia terjatuh dan butuh pertolongan. Amar lah yang selalu ada ketika ia butuh sandaran dikala Alvin tidak ada di samping nya.

" Apa kurang ku pada mu Sela ?" Amar mengelus wajah cantik sela yang juga ikut menangis. Tetes demi tetes air mata itu mengalir di wajah cantiknya. " Apa yang harus aku lakukan agar kamu memilihku ? Haruskah aku melenyapkan Alvin agar kau jadi milikku seutuhnya ?"

" A...Amar , jangan melakukan hal bodoh, aku tidak ingin terjadi apapun padamu."  Sela memohon, menangkup wajah Amar agar tetap melihatnya.

" Kalau begitu tinggalkan Alvin."

" Tidak Amar. Aku tidak bisa ." Sela masih tetap menolak.

Amar bersimpuh, tubuhnya lelah entah harus bagaimana lagi agar sela mau meninggalkan Alvin dan memilih hidup dengannya. Amar bangun, mengusap air matanya. Ia berbalik melangkah pergi.

" Amar. Amar kamu mau kemana ?" Sela meraih lengan Amar, ia takut jika Amar pergi dalam keadaan emosi seperti ini ia akan melakukan hal yang tidak di inginkan.

" Aku mau menenangkan diri dulu. Untuk sementara, kita gak ketemu dulu."

" Amar ?" Sela bengong. Kaget dengan ucapan Amar. " Baiklah." Pada akhirnya sela mengalah, ia membiarkan Amar pergi meski ia sangat ingin menghentikannya. Ia membiarkan tangannya tergantung di udara tanpa menyentuh Amar yang semakin menjauh darinya. " Aku akan menunggu." Sela luluh, tubuhnya ambruk di lantai dingin dengan tangis pilu. " Maaf, maaf kan aku Amar. Aku minta maaf." Sela menangis seorang diri di kamar itu. Tanpa Amar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Turun RanjangWhere stories live. Discover now