2.3

459 65 6
                                    

Shuya sadar dengan kondisi sakit yang luar biasa, tangannya terikat dan kakinya tak lagi menapaki lantai karena tali ditangannya diikat dengan katrol. Sayu-sayu, Shuya melihat Yunjae yang sedang mengasah pisau-pisaunya dan samar-samar mendengar langkah kaki yang anehnya begitu menggema disini.

Yunjae melirik Shuya. "Kamu udah sadar? Nggak seru abnget harus mengasah semua pisau disini sampai kamu sadar tau."

"Kenapa nggak membunuhku aja?"

"Nggak seru dong kalo langsung kebunuh tapi kamu nggak bereaksi dengan sayatan-sayatan ini," ujar Yunjae yang kemudian menyayat Shuya tanpa berkedip.

Shuya memekik kesakitan dan suara langkah kaki yang awalnya dia dengar dengan samar berhenti sejenak. Namun Yunjae juga menyadarinya dan melirik kearah pintu.

"Apa ini? Tikus-tikus itu sudah menemukanku?" gumam Yunjae sebelum akhirnya tersadar. "Ah, kamu memberikan petunjuk yah tadi? Gadis licik."

Sekali lagi, Yunjae menyayat bagian tubuh Shuya, kali ini berkali-kali dan membuat gadis itu terus memekik kesakitan tanpa ampun.

Setelahnya Yunjae mengambil tongkat besi yang tak jauh darinya, kemudian berada di balik pintu sambil berancang-ancang.

"Jadilah umpan yang baik, gadis kecil," kekeh Yunjae.

Pintu terbuka dan seseorang masuk dengan waspada, karena gelap, dirinya tak mampu melihat Yunjae yang bersembunyi dibalik pintu dan fokus pada Shuya.

Segera saja orang itu menurunkan Shuya dari katrol dan melepaskan ikatan gadis itu, saat dirinya hendak menekan earpiece miliknya untuk melapor, Yunjae memukul kepalanya dengan keras. Bahkan setelah orang itu sudah terkapar di lantai, Yunjae terus memukulnya tanpa henti hingga darah mengalir dari kepala orang tersebut.

"Ah, wanita," kekeh Yunjae saat membuka melihat wajah orang yang dipukulnya tanpa belas kasihan itu. "Untung saja wanita, iya kan? Walau karyaku kali ini jelek, tapi dia wanita."

Yunjae tertawa dengan senang, tanpa menyadari bahwa Shuya sudah mengumpulkan pasir ditangannya dan melemparkannya pada kedua mata Yunjae.

"Akh! Sialan!"

Yunjae kesakitan karena matanya kemasukan pasir, kesempatan itu Shuya lakukan untuk kabur sambil membawa pistol yang diambilnya dari anggota KBI yang sudah tewas itu.

Dengan terpogoh-pogoh, Shuya berlari keluar, tubuhnya sudah sakit tak berkesudahan bahkan sepertinya kesadarannya masih diambang-ambang ada dan tiada, namun dirinya nggak bisa menyerah begitu saja.

Aku harus menemui anggota KBI yang lain.

Di belakangnya, Yunjae sudah berteriak dengan kesal dan mengejar Shuya. Tahu bahwa Shuya tak akan bisa menang dengan fisiknya, Shuya lantas berusaha menembak Yunjae, namun karena pandangannya yang kabur, dia tak mampu menembak dengan benar dan hanya membuang peluru sia-sia.

Shuya yang tergesa-gesa tak berhati-hati hingga dirinya tersungkur di tangga, untungnya dirinya ditangkap oleh seseorang dan membuatnya tak terluka parah.

"Shuya?"

Itu Byungchan yang segera mendekap Shuya dan menghubungi para anggota operasional melalui earpiece miliknya.

"Aku menemukannya. Shuya aman, sekarang fokuskan pencarian terhadap Song Yun--"

Byungchan didorong oleh Shuya, ketika gadis itu melihat bahwa Yunjae hendak memukul Byungchan dengan tongkat besi. Byungchan tersungkur ke samping, sementara Shuya justru tersungkur tepat di depan Yunjae.

"Aku akan memecahkan kepalamu saja, aku benci sekali pada orang yang nggak patuh," ujar Yunjae. "Kamu akan jadi karya pertamaku dengan kepala hancur."

Saat Yunjae sudah mengangkat tongkat besinya tinggi-tinggi, Byungchan menembak pergelangan tangan Yunjae, membuat Yunjae memekik kesakitan dan segera balik menyerang Byungchan. Bersamaan dengan itu, tim snipper menjalankan aksinya dengan berusaha membidik Yunjae, hal itu membuat Yunjae yang sedang saling tarik menarik dengan Byungchan, memaksa pria itu untuk berguling ke bagian gelap dan membuat para snipper tidak bisa membidiknya.

Dracula | Wen Junhui [NEW VERSION]Where stories live. Discover now