BAB 1 | Ketemu Lagi

43 4 0
                                    

:)

______________________________

"Sa, lo nyatet kan?",

Chaisa mengerlingkan matanya sambil tersenyum pada perempuan berkacamata di depannya. Tangannya bergerak memberikan buku catatan matematikanya pada perempuan itu.

"Gilaaa, bisa-bisanya gue ketiduran", ucap perempuan itu segera menyalin catatan itu. Chaisa tertawa pelan dan memukul lengan temannya itu.

"Lagian, kamu kalau udah malem itu tidur, Eve. Jangan mantengin oppa-mu itu saja", omel Chaisa seperti ibu-ibu kompleks rumah Evelia, membuat gadis itu memutar bolanya jengah.

"Iyaa ih iyaa, mah", sahut Eve yang kembali mendapat pukulan di lengannya. Cengiran lebarnya terlihat kala mendapati salinannya sudah hampir selesai.

Suasana kelas sedikit riuh. Sepertinya kedatangan seseorang yang kini memasuki ruang kelas mereka menarik sepenuhnya atensi siswa-siswi Ravaryn. Bersama seorang guru, ia mengekor layaknya anak dan induk. Wajahnya dingin tanpa senyum. Beberapa siswi tampak kagum bahkan tak berkedip. Apakah mereka seperti melihat pangeran berkuda putih sekarang?. Pakaiannya rapi namun tak terlihat culun. Rambut hitam legam bak tak pernah dipermak. Sepertinya mereka benar-benah melihat pangeran hingga sebuah suara menginterupsi mereka.

"Kalian mau balik ke kelas masing-masing atau saya seret?",

Suara tenang itu mampu membuat semua murid disana berpencar agar tak terlihat oleh mata sang guru itu. Masih adapun yang bersembunyi untuk tetap mengagumi ketampanan laki-laki itu. Begitu pula dengan seluruh murid di kelas yang kedatangan siswa tersebut. Berbeda dengan Chaisa yang masih sibuk memperhatikan Eve yang menyalin. Eve yang terlalu sibuk pun tidak menyadarinya.

"Perkenalkan diri kamu", titah pak Iron pada siswa laki-laki itu yang juga membuat Evelia berhenti menulis, begitu juga dengan Chaisa yang ikut menatap laki-laki itu. Matanya bergerak menelusuri wajah itu. Keningnya berkerut menandakan keheranan. Sedangkan Evelia disampingnya terperangah seperti siswi-siswi sebelumnya. Matanya berbinar menampilkan ketertarikan.

"Sa, Oppa-oppa gue lagi ke Indonesia, kah? Ganteng banget, Saaa. Ga sia-sia gue ke sekolah hari ini", bisik Eve pelan, mungkin takut pak Iron mendengarnya. Disikut temannya itu kala dia tidak kunjung mendapat jawaban.

"Sa, mata lo aelahh. Kedip, Saaa", ejek Eve memperhatikan Chaisa yang kini juga mungkin sedang mengagumi laki-laki di depan kelas itu.

"Gue Lingga Athariz. Salam kenal",

Seganteng orangnya woii

Bisa ini jadi inceran gue

Akhirnya gue bersyukur bisa sekolah disini

Semalem doa apa ya dapat cogan kek gini pagi-pagi?

Matanya diam menatap satu titik dihadapannya. Chaisa. Perempuan itu ada disana juga menatapnya. Reaksi itu sungguh sudah ia duga. Senyumnya terulas sekilas sebelum pak Iron menyuruhnya untuk memilih tempat duduknya. Ia menganggu patuh. Matanya memutus kontak mata itu dan mengedarkan pandangan mencari kursi kosong, setidaknya ia berpikir untuk duduk di dekat gadis itu. Di belakang Chaisa lah pilihannya jatuh. Sungguh takdir bukan?

Langkahnya tegap membuat teriakan siswi disana tertahan dengan masih adanya guru itu. Chaisa mengikuti setiap langkah itu sampai Lingga berdiri tepat disampingnya. Dia diam disana. Seluruh tatapan masih jatuh padanya. Tak terkecuali Chaisa. Perempuan itu menatapnya kebingungan seperti anak kecil. Matanya memicing kala suara Lingga bertanya.

"Boleh duduk disini?"

"Di belakang saja, nak Lingga. Nanti singa betina itu ngamuk sahabatnya kamu ambil", sahut pak Iron membuat Evelia mengerucutkan bibirnya kesal. Sekelas jadi menertawakan dirinya karena ulah pak tua satu itu. Setelah ini sepertinya ia harus membuat perhitungan dengan gurunya itu di rumah. Lihat saja wajahnya yang tersenyum puas mengejek putri semata wayangnya itu. Sudah bukan rahasia lagi bagi mereka. Kembali lagi pada Lingga, tangannya terangkat mengelus kepala gadis itu membuat siswi di kelas itu memekik. Sedangkan Chaisa, pipinya bersemu merah. Lagi, sikap Lingga kembali membuatnya bingung. Beralih Lingga melangkah menjauh ke tempat duduk di belakang gadis itu.

Mereka saling kenal?

Masa gue belum berjuang udah kalah, sih?

Ya Tuhan, Chaisa gue diambil.

Suara kekecewaan itu mengiringi keluarnya guru itu dari kelas dan menyisakan siswa-siswi disana yang masih memperhatikan keduannya. Panasnya kelas itu membuat wajah Chaisa memerah. Dia tidak tahan lagi. Harus segera keluar dari sini sebelum laki-laki itu menyadarinya.

Deritan kursi beradu dengan lantai. Chaisa berlari mengabaikan suara Evelia yang memanggilnya di belakang sana. Sedangkan Lingga menatap kepergian gadis itu. Salahkah dia?

______________________________

"Haiiii, kangen gue ga?",

Suara diseberang telepon itu menyapa. Tidak siap dengan gerakan Evelia, Chaisa sampai tersedak makanannya. Pasti mau mengadu lagi gadis ini.

"Aslyyyynn. Demi apa?! Lo harus pulang sekarang", teriak Evelia membuat beberapa mata memandang ke arah mereka. Aslyn, salah satu sahabat mereka itu sedang mengikuti Olimpiade yang diadakan di negeri seberang, membuatnya tidak bisa bersama mereka beberapa waktu.

"Kenapa sih, Eve? Heboh banget perasaan",

Tawa pelan terdengar di seberang sana. Membuat Chaisa mengulum senyumnya hangat, sahabatnya itu baik-baik saja. Syukurlah. Dua minggu tidak berkabar membuatnya sedikit mengkhawatirkan keadaan Aslyn. Apalagi disana, Ia sendirian.

"Lo tahu?",

"Enggak, kan lo belum bilang",

"Iya makanya ini, lo harus denger", Evelia memutar bola matanya malas.

"Yaudah iya apaa?",

Senyum sumringah terbit di bibir gadis itu, matanya memicing memperhatikan raut wajah Chaisa sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Ada murid baru, laki-laki", ucap Eve bersemangat.

Kali ini, Aslyn yang menanggapinya malas, "Itu doang?"

Gelengan dari Evelia membuat Aslyn kembali berniat mendengar. Chaisa juga ikut kepalang penasaran dengan lanjutan percakapan mereka berdua.

"Ituuu--", ucapan Evelia terputus ketika melihat Lingga, laki-laki itu berjalan mendekati meja mereka. Chaisa yang membelakanginya tidak menyadari.

"Kenapa diem, Eve?!" tanya Aslyn masih penasaran.

Chaisa menyadari diamnya Evelia, ikut berbalik mencari apa yang gadis itu perhatikan. Tak sadar bila Lingga sudah berada di belakangnya. Minuman hangat itu tergenggam ditangannya. Diraihnya es teh milik Chaisa. "Jangan sering-sering minum es".

Suara itu membuat mata Aslyn memicing penasaran. "Eve- ada siapa sih?".

Lingga melangkah menjauh. Udara sekitar seperti menipis. Chaisa diam tak berkata. Lain dengan Evelia yang tidak bisa menyembunyikan wajah kagetnya. Keheningan itu terpecah ketika eve berkata pada Aslyn.

"Gue ga tahu ini mulainya darimana, As. Tapi Laki-laki itu beneran terang-terangan ngedeketin Chaisa",

Chaisa menghela napasnya pelan, sepertinya ia harus menjelaskan panjang lebar pada Aslyn ketika gadis itu pulang. Matanya melotot garang pada Evelia di depannya. Harusnya tadi ia ikat saja mulut gadis itu.

_____________________________

09/01/2024

Haiii, pada suka ceritanya gaa?

Jangan lupa Like dan Komen yaa. I luv u guysss.

LINGGA ATHARIZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang