2. Pertemuan

3 0 0
                                    





"Bun, masa aku beneran harus dateng?"

"Ya, beberan dong. Masa boongaan. Bunda udah nyiapin semuanya. Kamu tinggal dateng aja." Ucap ibunya enteng.

Ingin rasanya Zora berkata kasar.

Bagaimana bisa bundanya merencanakan kencan buta tanpa sepertujuannya---ralat, bahkan tanpa sepengetahuannya.

Zora lagi-lagi merasa dijebak. Dulu dia dipaksa untuk bertemu anak teman bundanya, Si Reno yang ternyata belok.

Manusia model apa lagi yang harus dia temui sekarang?

Rasanya Zora ingin menghilang saja dari muka bumi----hanya sebentar, bukan lenyap selamanya. Walaupun hidupnya cukup merepotkan dan sedikit menyebalkan Zora masih mau hidup.

"Jam 7 kamu harus udah siap ya, mamah tunggu di bawah."

Zora melirik jam yang ada diatas nakas sebelah kasurnya, sekarang masih setengah enam! Bahkan dia belum mandi!

Ayolah, Zora butuh waktu lebih untuk meyakinkan dirinya sendiri, dia jelas butuh persiapan untuk menghadapi laki-laki yang akan dia temui nanti.

Setidaknya Zora harus menyiapkan beberapa strategi untuk misinya kali ini.

"Aishhh! Shiballl sekiyyaaa!" Zora mengacak rambutnya frustasi.

***

Zora menurunkan roknya. Benar-benar tidak nyaman harus berpakaian seperti ini. Dress diatas lutut yang terasa sangat tidak nyaman.

Ayokah, bahkan setiap acara resmi yang harus dia hadiri, bisa dihitung jari berapa kali Zora mengenakan rok. Seringnya dia memakai celana.

Tapi karena paksaan ibu ratu----demi keselamatannya, dia harus rela memakai baju terkutuk ini.

"Sakit hati sih gue kalo udah effort gila-gilaan begini ketemunya yang kek modelan Reno, amit-amit deh. Moga kali ini straight." Doanya sepenuh hati.

"Ribet banget jadi jomblo, coba aja gue punya pacar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ribet banget jadi jomblo, coba aja gue punya pacar. Gak akan perlu gue ikut-ikut rencana bunda...." Zora menghela napas beratnya.

Melirik situasi sekitar, restoran merah dengan tamu-tamu yang terlihat kaya raya. Zora merasa kecil saat melihat tas-tas branded yang mereka bawa.

Tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi.

Duduk gelisah menunggu pria yang akan dia temui. Dalam hati bertanya-tanya, laki-laki seperti apa yang kata bundanya itu ganteng dan mapan.

Lima menit berlalu, Zora bosan.

Ganteng dan mapan, tapi tidak bisa tepat waktu----ah, tidak. Salahkan Zora yang datang 15 menit lebih awal.

Harusnya dia datang terlambat ya? Ini seperti dirinya yang ngebet sekali ketemu.

"Zora Ishwari?" Suara berat itu melewati gendang telinganya dengan mudah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Agreement Where stories live. Discover now