1. About jodoh

10 0 0
                                    




"Mau sampai umur berapa kamu melajang, Akash? Mami sudah bosan ditanyai kapan kamu menikah. Umur Mami sudah engga muda lagi, lho."

Akash menghela napasnya berat, tak berniat menimpali ucapan eyangnya.

"Mami pengen lihat kamu menikah sebelum---"

"Mami, Akash lagi usaha. Mencari pendamping yang tepat bukan perihal mudah."

"Mami paham, Akash. Tapi kamu juga harus ingat, mami semakin menua."

Akash tak bisa melihat tatapan sendu dari maminya.

***

Tumpukan dokumen diatas meja sudah lima belas menit dia anggurkan, tak sedikitpun Akash jama. Helaan napas berat yang saling bersahutan dengan udara kosong.

Tok tok tok

"Pak, meeting dengan PT. Dhikamedia setengah jam lagi." Sarah, sekretarisnya.

Akash hanya berdehem, tak selera menyahuti.

"Menikah ya..." Pikirannya berkecamuk, memikirkan ucapan maminya.

Sebenarnya bukan hal sulit bagi akash untuk mencari wanita untuk diajak menikah, hanya saja dia masih enggan untuk membuka hati.

***

"Zoraaa, kerjaan kamu dikamar terus. Gimana mau dapet jodoh?" Ibunya datang sambil membawa berisi kue kering.

"Bun, jodoh itu pasti datang pada waktunya." Zora mengambil kue kering itu dan melahapnya.

"Iya, cuman kalo kamunya sembunyi terus dikamar gimana ketemu jodohnya?"

"Iya juga," Zora mengangguk-anggukkan kepalanya, benar juga jodoh pun harus diperjuangkan. Ikhtiar, sambil di cari.

"Ceritaku belum selesai Bun, nanggung --"

"Nanggung kamu itu hampir tiga Minggu, Zoraa."

Sebagai novelist, Zora harus selalu memiliki stok ide untuk membuat tulisan-tulisan yang bagus. Sekalipun minim pengalaman asmara di kehidupan nyata, sebisa mungkin Zora menciptakan skenario skenario romantis dalam bukunya.

Dengan bantuan dari imaginasinya yang kelewat tinggi, Zora merasa sampai detik ini belum menemui kesulitan berarti.

Namun rutinitasnya yang setiap hari berdiam diri di dalam kamar justru menganggu pikiran ibunya.

Sebagai orang tua, ibunya ingin anak gadis satu-satunya itu segera menikah. Bukan tanpa alasan, Zora sudah dirasa cukup untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Lebih cepat lebih baik, bukan?

"Liat tuh, anak Bu asri udah nikah. Kamu kapan? Pacar aja juga ga ada." Celetukan ibunya membuat Zora tersedak.

Uhuk !

Seperti ada yang menghantam dadanya.

Merasa tertohok, namun Zora tak punya banyak pembelaan tersisa.

"Bun..."

"Itu juga si Adel udah mau punya anak dua, padahal masih muda---."

"Bun, Adel itu tekdung duluan." Zora mencoba mengingatkan ibunya tentang kisah Adel yang membuat heboh satu komplek karena berita kehamilannya dulu.

Yang membuat heboh adalah saat itu Adel masih duduk di bangku sekolah menengah atas, masih di bawah umur.

"Tapi kan, dia aja udah nikah masa kamu belum. "

Zora menahan diri untuk tidak memutar matanya.

Dipikir ibunya, mencari calon suami semudah membeli barang online, tinggal pilih, check out lalu bayar.

Tidak semudah itu Ferguso!!!

"Kamu mau bunda kenalin sama anak teman bunda engga?"

"No!" Tolak Zora cepat.

"Kenapa? Anak temen bunda ganteng-ganteng kok, mapan pula."

"Iya, Bun. Ganteng sih ganteng, cuman demen sama batang lagi mau gimana?"

"Itu kan dulu, bunda juga gak tau kalo anaknya Jeng Ana suka sama cowok lagi."

Zora masih ingat, bagaimana dirinya dicampakkan saat pertemuan pertama. Pria yang dia tahu bernama Reno itu mengakui dengan gamblang bahwa dirinya 🌈, nyaris rahangnya jatuh saking tercengangnya.

"Udah ah Bun, kerjaanku masih belum selesai ini. " Zora mengusir ibunya halus. Dia ingin segera menyudahi perdebatan tentang calon jodohnya.







-TBC-

Agreement Where stories live. Discover now