2- Hari yang baik

24 7 2
                                    


     "Ee... Kalian kenapa?" Dazai bertanya-tanya tentang kedua sahabatnya yang mendadak menjauhinya setelah keluar dari kantor guru.

     Kini mereka tengah berjalan di lorong kelas, Kunikida menatapnya seolah-olah baru saja melihat makanan basi yang sangat busuk. Jadi dia mengapit hidungnya dengan kedua jadi tangan kiri. Sedangkan Atsushi mengalihkan pandangan ke taman di samping kirinya, sambil berharap bebau harum di taman dapat menusuk hidungnya untuk menutup bau busuk Dazai.

     "Aku bharu sadharl, kalau khau ternyatha bauhk banhet, Zai..." Kunikida mengomentari sambil semakin menjauh perlahan sekitar 5 meter dari Dazai.

     Kejauhan.

      Begitu pula dengan Atsushi yang berada di seberang Kunikida, totalnya 6 meter darinya. Sungguh, lorong mereka cukup lebar untuk bisa dilalui 8-10 orang bersamaan.

     "Lah?" Dazai mengedip berkali-kali dengan bingung. Lalu ia menatap dirinya sendiri, kemeja putih yang bercak kecokelatan dan beberapa sudut mengering dan menjadi warna cream pudar setelah dikebas olehnya sejenak.

     "Sebau itukah aku?" tanyanya, kembali memandang kedua temannya.

     "Sadhar diri ajha duluh sebhelum berthanya!" Kunikida membentak kecil.

       Benar. Dazai lihat orang-orang yang lalu-lalang melewatinya refleks mengapit hidung dan mencari keberadaan bau tak enak tersebut. Yang jelas, datangnya dari Dazai. Kan, dia sendiri yang sudah berpenampilan seburuk itu, dan membuat orang menjadi yakin sekali.

     "Kalian jahat banget," gerutu Dazai, memonyongkan bibir.

     "Bomat," cetus Kunikida.

     "Eheheh... Tapi aku yang disini, disamping kak Kunikida aja tetap kecium baunya lho, Kak Dazai! Soalnya..." Atsushi berkali-kali minta maaf sambil mengatup kedua tangannya.

       Dazai menghela nafasnya melihat komplain Atsushi yang menggunakan bahasa tubuh. Ia berpura-pura sedih, sebelum tiba-tiba ide terlintas dikepalanya.

       "Kunikida, Atsushi!" panggilnya, dan dua orang yang menjadi pemilik nama tersebut pun menoleh, melihat Dazai yang merentangkan tangannya lebar- juga cengiran yang lebar.

      Kunikida menaikkan sebelah alisnya melihat kelakukan temannya satu ini. Ntah kenapa rasanya sangat mencurigakan.

     "Kalian mau pelukan ga-"

     "GAK!" -Adalah jawaban yang sangat singkat dan kompak dari Kunikida dan Atsushi. Mampu membuat Dazai sedikit terkejut dan langsung berhenti.

     Dia menurunkan peregangan itu. "Padahal aku harum, lho-"

     "Bau, kak! Mana ada harum!" Atsushi menyela dengan panik.

       "Udah jelas bau kaya' gini, malah minta pelukan... gila lu, Zai!" Dan dua komentar pedas tersebut berhasil mengejeki Dazai secara halus. Dan Dazai merasa sangat tidak adil.

      "NGGAK! KALAU GAK PERCAYA PELUK SINI!"

     "OGAH! YANG ADA SYIRIK GUE KALAU PERCAYA!"

      "Woooyyy kaleaaannn~~!" Tiba-tiba seseorang -yang dengan GR nya merasa bahwa dia memanggil mereka- beberapa meter disana, berlari susah-payah sambil menimang banyaknya kertas HVS dikedua tangannya.

.
.
.

     "Hahh... Hahh... Ini, aku dititipin angket, katanya disuruh kasih ke Kunikida..." Ini Sigma. Pria dengan Surai tebal dan berponi petak belah tengah bernafas tersengal-sengal dengan lutut yang menekuk bergetar karena tak sanggup membawa beban sebanyak itu. Dia segera memberikannya kepada Kunikida.

『 To My Youth 2 』|| Bungou Stray Dogs Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang