Dokumen 6

7 2 0
                                    

Sejuk. Udara dingin menusuk kulitnya melalui sela pori-pori yang tertutup. Di tengah suatu tempat tanpa arah, seorang gadis meringkuk ketakutan, dia mencoba mengalihkan pikirannya bahwa hanya dia seorang diri di sana. Sepasang matanya berair menahan kegelisahan yang memporak-porandakan hatinya, menatap kosong lantai hitam berpantulkan bayangan dirinya.

"Kau menangis lagi?"

Gema suara berat membuat telinga Jo sedikit bergidik, dia mengangkat perlahan kepalanya untuk memastikan jika ada seseorang di depannya. Namun nihil, sejelas apapun suara tersebut Jo hanya dapat menatap kekosongan di matanya. Demi memastikan dan memuaskan rasa penasaran, Jo pun menyahuti perkataan sosok itu.

"Apakah kau sudah melihat ke seluruh sudut pandangmu?" tanya sosok itu lagi, Jo mengangguk ragu.

"Coba lihat ke bawah." Sosok itu memerintah Jo untuk menoleh ke bawah, ke arah lantai tempatnya terduduk.

Saat Jo menundukkan kepalanya untuk memeriksa lantai di bawahnya, Jo melihat bayangan seorang lelaki tengah menatapnya sembari tersenyum. Jo terlonjak dari duduknya, lelaki itu tertawa melihat reaksi gadis tersebut.

"K-kau ...."

Bayangan itu memotong ucapan Jo dengan berkata, "Tolong, jangan tanyakan kepadaku kalau aku ini sebenarnya makhluk apa."

Lelaki itu bangkit dari duduknya, kemudian menghentakkan satu kaki ke arah lantai yang diduduki Jo sebelumnya lalu entah bagaimana caranya ia kini berdiri di hadapan Jo. Tubuh seorang lelaki jangkung dengan wajah tersenyum menatap Jo dan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana, Jo bahkan tidak tahu kalau lelaki tersebut manusia, arwah, atau sekedar halusinasi Jo karena takut akan gelap.

"Kita sudah bertemu sebelumnya, Joanne, tapi aku akan memperkenalkan diriku lagi meskipun aku sudah mulai bosan." Lelaki itu menaruh tangan kanannya di depan pinggangnya dan tangan kiri di belakang, lalu menundukkan tubuh 90° ke arah Jo.

"Salam kenal, aku adalah sosok dirimu yang lain. Sosok dirimu yang dilahirkan berdasarkan karma dimensi lain, atau kau dapat katakan bahwa aku terlahir mengatasnamakan derita leluhurmu," jelasnya.

"Leluhur?" Jo bergumam.

"Kau tahu cerita penghantar tidur dari kutukan kembar?"

"Haspran?" tebak Jo.

"Bingo! Aku tahu kau anak yang cepat tanggap."

Sosok yang mengaku bernama Haspran itu berjalan menghampiri Jo, kepalanya sedikit menunduk untuk menatap jelas wajah gadis yang ada di hadapannya. Sebaliknya, Jo mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Haspran.

"Jadi kau yang menemuiku lewat jendela di lantai bawah?" tanya Jo memastikan, Haspran mengangguk pelan.

"Apa kau benar-benar melupakan tentangku? Maksudku, ayolah, kita sudah bersama hampir 18 tahun!" ujar Haspran, "aku juga yang disebut dengan kekuatan terbesarmu, Jo," lanjutnya.

Jo memiringkan kepalanya. Benarkah? Pasalnya, Jo tidak mengingat banyak tentang Haspran. Memang dia ingat kalau kekuatan asingnya berasal dari seseorang dan dibantu oleh seseorang, tetapi sejak kejadian besar waktu itu Jo kehilangan banyak ingatan tentangnya, seolah-olah terhapus secara instan.

"Aku kira kau hanya setan pengganggu yang selalu menerorku ke mana pun aku pergi asal terdapat cermin di sekitarku," tutur Jo.

Haspran menepuk keningnya dan mengembuskan napas penuh keputusasaan. "Aku terkadang tidak tahu bagaimana bisa bertahan denganmu selama ini, kurasa efek dari Para Petinggi itu sangat berpengaruh kuat, ya, pada ingatanmu."

Jo memutar matanya. "Jadi apa yang ingin kau lakukan? Membantuku? Atau justru membunuhku?"

"Hey, jaga ucapanmu, Nona Cantik." Haspran menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Jo.

MIRROR [ON GO]Where stories live. Discover now