Setelah acara perkenalan singkat selesai, (M/n) berniat kembali tidur di kamarnya. Tetapi gurunya yang satu ini benar benar membuatnya naik darah.
"Apa lagi, Gojo-sensei?" Pemuda bersurai gagak sangat kesal, dia capek dan mengantuk, tidak bisakah dia tidur dengan tenang siang ini?
Satoru memiringkan kepalanya sembari tersenyum menyebalkan, sebenarnya tak ada yang salah dengan senyumnya dimata orang lain tetapi karena ini (M/n), semua senyuman Satoru terlihat sangat menyebalkan.
"Kau jahat sekali (M/n)-chan. Selalu mengusirku setiap kali aku berkunjung." Sang penyihir terkuat mempoutkan bibirnya sedih, (M/n) tahu betul bahwa itu hanyalah tipu muslihat Satoru. Udah kebal dia mah walaupun setampan apapun Satoru.
(M/n) mengabaikannya, sekali menghela nafas dan dia duduk di tepi kasurnya. Tangannya mengusap usap belakang kepalanya, merasakan sendiri kelembutan dari rambut hitamnya. "Cepat gih kalau mau bicara sesuatu, aku mau tidur." Titahnya pada Satoru yang langsung menjadi serius.
Pemuda beriris emas tersentak kecil akan perubahan aura Satoru, namun begitu dia tak kehilangan ketenangannya. Satoru membuka penutup matanya selagi berjalan mendekati (M/n) yang duduk manis ditepi kasur.
"Apa ada yang mengganggu mu? Caramu menggunakan bakat itu sudah mulai pudar, aku takkan percaya jika kau menahan diri saat itu." Satoru berjongkok didepan (M/n), mata biru istimewanya bertabrakan dengan mata emas menawan milik (M/n). Pemuda bermarga (L/n) menggaruk tengkuknya sembari menutup matanya, berfikir hendak menjawab apa.
"Tidak ada. Mungkin memang aku yang mulai tumpul." Satoru mengerutkan keningnya tak suka mendengar alasan yang keluar dari mulut muridnya ini. Selama ini (M/n) yang dia kenal adalah pemuda yang genius, berbakat dalam melakukan segalanya, tetapi kejadian malam itu membuat Satoru curiga dengan keadaannya.
"Iie, aku menolak alasan ini." Sang albino kemudian berdiri dan menatap kebawah, kearah (M/n) yang tak berkutik darinya. "Megumi bilang kendali mu pada energi kutukan mu bagus, tetapi entah mengapa hasil tekniknya menjadi kurang bagus." (M/n) menatap kearah lain, dia sebenarnya tak ingin membahas hal yang dia sendiri tak tau penyebabnya.
"Gojo-sensei, aku juga tidak tahu mengapa-"
"Apa kau kembali melakukannya?"
Hening. Tak ada yang berbicara setelah itu, hanya pertanyaan yang menggantung tanpa jawaban saja bisa membuat suasana menjadi suram. Tak lain juga karena ketegasan Satoru, alisnya dari tadi tak henti henti nya mengerut curiga.
"... Tidak, tentu saja tidak." Akhirnya setelah sekian detik, (M/n) menjawab pertanyaan Satoru. Pemuda itu melirik mata biru indah Satoru, terdapat percikan kekesalan di sana. "Tega sekali kau menuduhku melakukannya lagi."
Mata Satoru memicing sejenak sebelum dia mengeluarkan suara hembusan nafas panjangnya. Dia kemudian duduk disampingnya, senyuman kecil terukir di wajah tampannya. "Aku tidak menuduh, aku hanya bertanya." Satoru menepuk kepala (M/n) lembut, entah kapan terakhir kali dia terakhir kali melakukan ini pada pemuda manis itu, yang pasti ini membuatnya bernostalgia.
"Sebaiknya kau tinggalkan itu selamanya, aku tak mengerti kenapa kau sangat keras kepala sekali." (M/n) hanya diam menatap ke arah kakinya, mata emasnya tak bercahaya. Entah karena dia lelah atau mungkin karena hal yang lain.
"Aku sudah bilang sebelumnya bukan? Aku ada disini." Dilihat dari luar, keduanya memang hanya terlihat memiliki hubungan sebagai murid dan guru. Tetapi pada kenyataannya, mereka berdua memiliki hubungan jauh lebih spesial dari sekedar murid dan guru. Satoru percaya pada (M/n), begitu pula sebaliknya. Mereka saling menganggap satu sama lain sama berharganya di kehidupan mereka.
"Walaupun, aku sedikit terkejut melihatmu babak belur, (M/n)." Satoru terkekeh geli mengingat wajah (M/n) yang dipenuhi darah dan luka. Tangannya turun menyandar ke pundak pemuda bersurai gagak, lalu menarik nya untuk menyandar pada tubuhnya.
YOU ARE READING
•THE MAIN CHARACTERS| JJKxMaleReader
Action"Tidak ada yang namanya pemeran sampingan disini. Kita semua adalah pemeran utama didalam hidup kita masing-masing."
