Haruto pasrah. Mengikuti dari belakang. Sedangkan Junghwan berjalan ceria. Sedikit meloncat kecil. Berbelok dari lapangan, ia mengintip kantin, tertawa kecil.

"Hartaaa karuuuuuunnn!"

Junghwan bertepuk tangan lirih sebelum membalikkan badan, melihat lapangan sekolah mereka yang lebar. Mata Junghwan bersinar karena memantulkan cahaya menjelang sore.

"Haruto, kau bisa masuk ekstra futsal sesuai keinginanmu dulu."

Haruto yang berdiri agak jauh dari Junghwan menghela nafas.

"Aku.. masih tidak bisa."

"Lagi?" Tanya Junghwan dengan kerutan dahi. Ia yang tadinya berjalan menuju tengah lapangan mendekat pada Haruto.

"Kita sudah besar, Haruto. Kita sudah bisa menentukan pilihan kita. Kau bisa sedikit lebih keras pada Ayahmu."

Haruto membalas tatapan Junghwan sebentar, lalu membalikkan badan untuk berjalan menjauh.

"Aku masih butuh Ayah untuk membayar sekolah, Junghwan."

Junghwan mendecih sembari menatap punggung Haruto agak menjauh. Hatinya tak berhenti mendendang kesal karena "masalah itu" tak pernah ada ujungnya Junghwan lihat.




"Kau ingat dengan percakapan ini, Junghwan?"

Junghwan tersenyum miring. Walaupun raut wajahnya sedih.

"Dia salah satu yang kupunya. Aku hanya ingin melihatnya bahagia. Tapi, sekarang pun sudah."

"Jalannya tidak mudah. Iya kan?"

Junghwan tak membalas ucapan lelaki bersinar itu. Diamnya adalah sebuah jawaban. Entah lelaki itu mengerti atau tidak.

Junghwan mengamati punggung Junghwan masa mudanya berjalan cepat menyusul Haruto.

Sampai,

"SEBENTAR!"







"Kau punya aku disini, Haruto. Jangan bersedih."

Haruto yang terkejut karena rangkulan di pundak beserta ucapan itu memejamkan mata sebentar. Lalu membuka dan menatap lurus ke depan.

"Hei, kau itu tampan! Sekali saja tunjukkan wajah ramahmu, senyummu, atau sesuatu yang menyenangkan begitu."

"Untuk siapa?" Jawab Haruto singkat. Bahkan suara beratnya itu agak mengerikan, jujur.

"Untuk dirimulah. Maksudku biar kau punya banyak teman. Bisa jadi mereka jadi temanku begitu."

"Cih."

Junghwan memasang wajah terkejut demi mendengar decihan menyebalkan dari sahabatnya itu. Ia melepas rangkulan dan menggembungkan pipi sebal. Haruto masih saja betah berjalan menghadap depan.

Mereka akan berjalan menuju kelas Haruto, dimana kedua tas mereka berada disana sedari bel pulang berbunyi. Mereka murid kelas 10 yang baru mencicipi seragam SMA selama seminggu. Jadi wajar saja Junghwan dengan segala upaya (bahkan sejak hari pertama Masa Pengenalan Sekolah seminggu lalu) mengajak Haruto berkeliling sekolah. Dan baru dikabulkan hari ini. Pun karena Haruto akan menginap dirumah Junghwan.

Keduanya telah sampai di depan kelas. Haruto mengambil kedua tas mereka dari rak sepatu yang sebagian sudah kosong. Sembari menggendong satu tali tas pada punggung, ia memundurkan langkah dan mendapati satu pasang sepatu hitam bertali bersih tersimpan di salah satu rak sebelah.

Junghwan yang sedari tadi berdiri dibelakang rak sepatu melihat gerik mencurigakan sahabatnya.

"Kenapa?" Tanya Junghwan lirih.

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Dec 24, 2023 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

See My Point Of View, Love. (WOOHWAN)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum