Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat pria paruh baya yang sedang duduk memeriksa lembaran dokumen menghentikan aktivitasnya. Dengan langkah yang tegas dan berwibawa pria tersebut membuka pintu serta menyambut seseorang yang datang berkunjung ke ruangannya.

"Salam, Tuan Thomas Davidson," Sapa Thalia. "Mohon maaf, saya telah mengganggu waktu Tuan,"

Thomas diam sejenak, ia menerka-nerka siapa wanita di depannya itu. "Lady Zeyrav?" Tanyanya setelah ingat. "Maafkan aku. Aku hampir lupa jika kau berkunjung kesini untuk menemuiku," Ujar Thomas dikala ia ingat akan surat dari Raja Liam.

Thalia menggelengkan kepala, "Tidak masalah, Tuan. Apakah saya mengganggu waktu Anda?," Tanya Thalia dengan sopan.

Thomas tersenyum, "Tentu tidak Lady. Mari silahkan masuk!" Thomas mempersilahkan Thalia dan Yasmin masuk ke ruang kerjanya.

"Pasti ada hal penting yang ingin anda sampaikan, Lady?" Kata Thomas membuka obrolan.

Thalia tersenyum tipis, ia meminum sedikit teh dan mencicipi beberapa kudapan yang telah di hidangkan oleh asisten Thomas. "Saya yakin, Tuan Thomas pasti sudah tahu tujuan saya kesini dari Raja Liam,"

Thomas mengangguk, "Apa anda yakin, Lady? Setahu saya Lady Zeyrav bukan lah gadis dengan pendidikan dasar kesehatan?" Tanyanya dengan sarat nada keraguan terhadap Thalia.

Suara tawa renyah keluar dari mulut Thalia, ia terkejut ternyata pria paruh baya di depan matanya ini bisa bermain kata. Thalia paham kalau masa lalu Nathalia memang seburuk itu. "Anda tidak perlu khawatir, Tuan. Saya sebelum ini sudah melakukan tindakan kemanusiaan dengan terjun langsung berhadapan dengan pasien. Dan saya yakin, pengalaman saya jauh lebih banyak daripada para petugas disini!" Jawabnya tegas dan sedikit arogan—tak ada salahnya kan membalas?

"Pengalaman banyak pun akan tetap memiliki sisi kekurangannya, Lady. Kita di sini tidak hanya bergerak secara individu melainkan juga tim,"

"Tentu Tuan, saya bisa keduanya. Saya yakin dengan kemampuan, ilmu dan pengalaman saya bisa bermanfaat, merubah, atau menambah ilmu, serta pengalaman baru untuk para petugas lainnya di sini. Jika Tuan masih belum mempercayai saya, Tuan bisa menguji serta menilai saya selama beberapa hari di sini," Tawar Thalia.

Thomas mengangguk, "Baiklah, saya akan menerima Anda sebagai bagian dari Rumah Sakit ini. Syaratnya, jika Lady lulus masa percobaan dalam kurun waktu satu bulan,"

Thalia tersenyum. "Terimakasih Tuan,"

***___***

Thalia mulai bekerja di Rumah Sakit itu, ia memulainya dari nol. Seperti karyawan baru yang di training selama beberapa bulan untuk melihat kualitas dirinya. Ia di tempatkan di bagian umum yang paling dasar di keperawatan. Sebenarnya, ia ingin langsung terjun sesuai dengan profesinya yang asli. Namun, ia urungkan. Karena Thalia penasaran bagaimana sistem Rumah Sakit ini berjalan saat memberikan pelayanan secara keseluruhan kepada pasiennya.

Yasmin yang dari awal terus mengekori Thalia akhirnya pergi dengan cara di usir secara paksa oleh Thalia. Yasmin berakhir berkeliling Rumah Sakit dan nantinya ia akan menunggu Nonanya di ruang istirahan para Perawat. Thalia amat tegas jika sudah berkecimpung dengan dunia dimana ia bekerja.

Thalia mengecek keadaan pasien yang ada di ruangan tersebut. Semuanya dalam kondisi baik, meskipun abad pertengahan Thalia tetap kagum dengan metode manual yang mereka terapkan hampir sama dengan yang ia terapkan di dunianya. Sesekali Thalia membantu perawat yang memberikan perawatan kepada pasien. Sesekali Thalia menggunakan metode dari dunianya sehingga pasien tampak lebih nyaman dan kesembuhannya lebih cepat.

Thalia melebarkan senyumannya. Dalam hati, dia sudah merusak alur novelnya. Thalia kini sudah bukan tunangan Pangeran Ricard lagi. Dia juga mulai merintis bisnis jualan bajunya, dan berakhir sampai di Rumah Sakit ini. Setidaknya, dalam kehidupan Thalia yang kedua ini, umurnya sedikit lebih panjang dengan tidak berurusan dengan Ricard dan Salsabila.

Akan tetapi, masih ada satu malaikat mautnya. Thalia tetap waspada pada Pangeran kedua kerajaan Orthello. Sang pemilik mata merah Ace Ellenius. Pria itu mudah datang dan menghilang seperti hantu jelangkung, terkadang membuat Thalia sedikit was-was jika berada di dekatnya.

Bugh

Bugh

Bruak

"Kyaaa.. Tolong!!" Jerit panik timbul di dekat pintu keluar Rumah Sakit. Ada beberapa dari mereka yang berlarian. Thalia tertarik untuk melihat dan mengecek keadaan. Ia sedikit berlari menuju ke sumber suara.

Suara gaduh, teriakan, dan barang pecah pun riuh terdengar. Mata Thalia berubah tajam ketika melihat ruangan berantakan dan beberapa orang berpakaian hitam tergeletak. Ia juga menangkap sosok pria yang selama ini membuatnya waspada sedang berdiri memunggunginya—Thalia hapal betul dengan postur tubuh pria itu.

"Ada apa ini?" Tanya Thalia dengan nada tegasnya tanpa ada rasa takut sedikit pun berjalan mendekati sumber masalah.

Netra merah sontak melirik ke belakang setelah ia mendengar suara seseorang yang ia kenal. Bibirnya tersenyum tipis.

"Ace, apa yang sudah kau lakukan disini? Lihat lah, ruangan ini jadi kacau karenamu," Thalia berkacak pinggang dan menatap tajam ke arah Ace dan beberapa orang berjubah hitam yang ada di hadapannya.

"Seharusnya kau berterimakasih kepadaku. Karena aku, Rumah Sakit ini jadi  tidak terlalu kacau balau dan menghindarkan korban tak bersalah berjatuhan," Jawab Ace dengan senyuman tipisnya.

I WANT YOU (END)On viuen les histories. Descobreix ara