Regret

649 28 6
                                    

Up lagi si cerita gaje enih, sumpah ya. Ini cuma coretan gak jelas

"Enghh..."
Pria manis itu tak nyaman dalam tidurnya, seperti ada sesuatu basah yang menempel pada wajah, tubuh dan dadanya.

Meta masih memejamkan mata saat benda lunak basah itu masih saja mengganggu tidurnya.
Sekarang seperti telapak tangan yang sedang menggapai bagian dadanya, memilin dari luar piyama merah yang ia kenakan.

Tubuh Meta bergerak lagi tak nyaman, tubuhnya ke kiri kemudian ke kanan dan seperti itu seterusnya.
Meta kini merasakan miliknya di genggam, lalu tak lama miliknya masuk ke dalam kehangatan basah yang membuat miliknya menegang.

"Ahhmmm..."

Seketika Meta terlonjak dengan posisi duduk lalu melihat kepala seseorang sedang menguasai area bawahnya. Meta sangat dibuat terkejut, saat Meta akan menyingkir dan berontak seseorang itu menatap Meta.

Pupil mata pria manis yang terganggu tidurnya itupun membola, tak menyangka dengan apa yang dilakukan orang di hadapannya.

"P-papa." Gagapnya. Orang yang dipanggil papa itu pun menyudahi kegiatannya di area bawah Meta lalu beranjak mendekatkan diri pada wajah Meta yang saat ini memerah menahan marah, takut dan malu secara bersamaan.

"Saya sudah peringatkan kamu untuk selalu mengunci pintu kamar,kan?"
Nafas Meta memburu, takut dengan tatapan intimidasi dari orang di hadapannya.

Bright, orang yang mengganggu tidur Meta kini mendorong tubuh pria di bawahnya sampai kembali berbaring. Ia mencengkram tangan Meta lalu menindih anak manis itu. Meta sekuat tenaga berontak namun ucapan Bright membuat Meta seketika berhenti, "Jangan berontak atau kita ketahuan, dan saya akan bilang pada Nuna bahwa kamu merayu saya."

Tatapan Meta seketika memancarkan api kemarahan, ia akan kalah. Meta tahu betul bahwa Nuna, sang mama akan mempercayai orang yang dinikahinya ini beberapa bulan yang lalu karena sangat mencintainya.

Meta hanya anak yang menumpang hidup di rumah ini, tanpa kuasa. Sedari dulu, ia tak pernah diharapkan kehadirannya oleh sang mama. Nuna tak pernah mau mengakui Meta sebagai anaknya karena sangat membenci suaminya atau ayah Meta kala itu. Entah kenapa, tapi Meta diberitahu oleh sang ayah bahwa 'mama tak pernah bisa mencintai ayah.'

Sudah hancur oleh kebencian sang mama dan tak pernah di anggap selama hidup, Meta selalu harus menerima perlakuan tidak baik dari ayah tirinya, Bright Vachirawit. Pria tampan dan juga mapan siapapun tak akan bisa mengalihkan mata dari seribu pesonanya.

Meta diberi tumpangan hidup dikarena belas kasihan Bright yang memaksa Nuna untuk anak lelakinya tinggal bersama di rumah ini. Walaupun mungkin itu hanyalah akal -akalan seorang Bright agar bisa melihat Meta setiap harinya. Entahlah.

Bagi pria berparas manis itu, hal ini bukan pertama kalinya Meta diperlakukan, ia beberapa kali mendapat perlakuan yang amat sangat tidak baik oleh papa sambungnya itu. Pernah di suatu pagi, mereka sedang sarapan tiba-tiba Bright menelusupkan tangannya pada kaos kebesaran Meta dan memilin putingnya dengan gerakan sehalus mungkin tanpa dicurigai oleh Nuna selaku istri dari Bright.

Kini, sudah kesekian kalinya Bright melakukan ini. Bright seperti tercandu oleh tubuh molek Meta. Ia menyesap leher Meta, mempererat cengkeramannya di tangan Meta yang selalu berontak.

"Tolong lepas,pa," ucap Meta dengan menggelengkan kepala merasakan getaran aneh di kala Bright terus saja menyesap lehernya tanpa henti. Setelah puas di leher mulus semanis gula milik Meta, bibir Bright pindah ke bibir ranum berwarna merah alami itu. Ia melumat habis bibir anak sambungnya lalu menelusupkan lidahnya dengan paksa.

Saat Meta mulai sedikit lelah berontak, Bright melepaskan lumatannya ia tatap Meta dengan pandangan penuh gairah. Pria gagah berumur dua puluh tujuh tahun itu membuka paksa seluruh piyama yang dikenakan pria manis di bawahnya.
Meta terkesiap saat piyama atasnya di buka secara paksa, membuat semua kancing berhamburan lepas dari kainnya.

Short Stories 🔞(BrightWin)Where stories live. Discover now