BAB IX

49 10 2
                                    

📍Boston,December 22nd, 2023

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

📍Boston,
December 22nd, 2023

Delilah sudah kembali di rumahnya sejak semalam setelah sehari tinggal di apartemen milik mendiang sang ayah. Tidak ada yang mengetahui itu, karena Delilah memang tidak pernah menceritakan tentang apartemen itu pada siapapun termasuk Tamara dan Jean. Untungnya ia sudah mendapatkan libur akhir tahunnya jadi kemarin Delilah hanya menenangkan dirinya disana.

Delilah kerap masih sering menangis di malam hari jika ia teringat kejadian malam itu. Malam dimana dia melihat kekasihnya, bercumbu dengan wanita lain, Jocelyn. Sampai hari ini, mata Delilah masih bengkak karena itu.

Delilah merasa, Jocelyn lah yang sudah membuat Jean menjadi sangat jauh dengannya. Pria itu sudah tidak lagi sama, dia bahkan sudah berani meminum alkohol yang dulu sangat ia hindari.

Hari ini Delilah bahkan bangun kesiangan. Dua hari ini waktu tidurnya jadi berantakan, untungnya dia sudah mendapat libur. Dia segera bangkit untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Baru keluar dari kamar mandi, suara ketukan pintu terdengar dari luar sana. Delilah berjalan gontai dan membukakan pintunya.

"Delilah!" Pekik Tamara. Wanita itu segera memeluk sang sahabat sesaat setelah pintunya dibuka. "Kau terlihat kacau. Apa yang terjadi denganmu? Kemana kau selama dua hari ini?"

Bulir air mata lagi-lagi menetes di pipinya Delilah. "Kau mau bercerita padaku?" Tanya Tamara yang diangguki wanita itu.

Delilah mengajak Tamara ke kamarnya dan menceritakan semuanya. Tamara hanya bisa menganga sepanjang cerita, dia terlihat tidak percaya dengan apa yang Delilah ceritakan. Selama ini yang dia justru takutkan benar-benar terjadi. Jean selingkuh dengan Jocelyn. "Hih! Jean itu ternyata sama saja dengan ibunya, ya. Sama-sama suka selingkuh," Ujar Tamara.

Delilah terdiam. Ya, dia baru ingat hal itu. Selama dua tahun ini Jean memang terlihat seperti kekasih yang baik, tapi darah sang ibu masih mengalir di tubuhnya yang tidak menutup kemungkinan bahwa pria itu juga bisa saja selingkuh darinya. Sama seperti yang dilakukan sang ibu pada ayahnya.

"Sepertinya aku memang harus percaya dengan semua ucapanmu, karena terkadang semua hal yang kau ucapkan benar-benar terjadi." Jelas Delilah sambil terkekeh pelan. Bahkan saat sedang menangis pun ia masih bisa tertawa.

Tamara semakin prihatin melihat Delilah. "Kau boleh menangis. Tapi jangan terlalu sering. Lihat, matamu sudah sangat bengkak. Kau cukup berantakan. Lebih baik kau merapihkan dirimu. Mau pergi denganku nanti siang?"

Delilah menggeleng sambil menyeka air matanya. "Terima kasih sudah datang dan mendengarkan ceritaku."

"Kau seperti dengan siapa saja."

:
:

Saat ini Jean berada di restorannya, membantu beberapa pekerja nya dan setelah itu hanya merenung di satu meja. Dia memandang jendela besar di depannya, salju sudah turun sejak semalam tapi siang ini jadi semakin lebat.

DecemberWhere stories live. Discover now