BAB VII

31 12 8
                                    

📍Boston,December 17th, 2023

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

📍Boston,
December 17th, 2023

Sudah tiga hari Delilah tidak menemui Jean. Dia sudah mencoba menghubungi atau datang ke rumah pria itu, tapi dia selalu gagal menemuinya. Bahkan dia juga tidak bisa menemui Jean di restorannya. Jean seperti menghindar dari nya. Pesan yang dia kirim bahkan tidak dibaca sama sekali.

Hari ini Delilah mencoba untuk tidak mendatangi pria itu. Mungkin Jean butuh waktu untuk sendiri. Jadi hari ini Delilah memilih untuk merapihkan rumah.

Bangun tidur, dia sudah gesit memasak sarapan, membersihkan kamarnya, dan kemudian mandi. Sekarang dia akan mencuci pakaian kotor. Saat sedang memasukkan pakaian ke mesin cuci, Delilah teringat dengan jaket dan syal milik Jean. Dia langsung menuju ke kamar dan benar saja, syal dan jaket itu ada di gantungan baju. Delilah langsung mengambilnya dan akan mencucinya. Dia akan segera mengembalikannya.

Setelah mencuci dan menjemur pakaian itu, Delilah duduk sejenak di sofa ruang tamu. Baru saja membuka ponselnya, suara bel langsung mengalihkannya.

Setelah Delilah membuka pintu. Senyum terukir di wajahnya. Melihat Sienna yang menggandeng Peter yang terlihat cemberut. Entah apa yang membuat suasana hati anak itu buruk. Sienna tersenyum, dia menunduk. "Aku mengajaknya kesini karena dia merajuk. Papanya pergi ke kantor karena rapat mendadak."

Delilah mengangguk mengerti kemudian berjongkok. "Begitu, ya..." Dia mengusap pipi tembam anak itu. "Peter, mau tidak membuat gingerbread cookies dengan imo?"

Peter menatap Delilah, kemudian menggeleng. Dia terlihat menghisap hidungnya, karena udara dingin sepertinya dia pilek. "Dia sedang pilek?" Tanya Delilah.

Sienna mengangguk. "Iya, dua hari yang lalu dia bermain salju di halaman belakang terlalu lama. Jadi dia belum terlalu sembuh." Jelasnya.

Delilah mengangguk paham. "Kalau begitu ayo masuk,"

:
:

"Kau mau tahu tidak tujuanku kembali ke Boston?" Jocelyn tersenyum miring. Dia dan Jean sedang makan siang bersama saat ini, lebih tepatnya Jocelyn tidak sengaja bertemu Jean duduk sendirian di sebuah restoran, jadi dia menghampirinya dan sekarang mereka duduk satu meja. Menikmati pasta yang sudah disajikan.

Jean menggeleng. Sejujurnya dia sangat malas untuk mengobrol saat ini. Setelah bertengkar dengan Delilah kemarin, dia jadi sedikit kacau. Ada secuil rasa bersalah dalam dirinya tapi dia terlalu gengsi untuk minta maaf saat ini. Bahkan kontak Delilah masih dia arsipkan sampai sekarang dan belum dibuka sama sekali.

Jocelyn hanya menghela napasnya kasar. Keheningan menyelimuti. Wanita itu terus memandang Jean yang juga terlihat sedang merenung sambil menggulung pasta nya di garpu. "Kapan restoranmu akan buka?" Jocelyn mencoba mengalihkan pembicaraan.

Jean menghembuskan napasnya, akhirnya dia mendongak, menatap Jocelyn. "Tanggal dua puluh." Ucapnya. "Tiga hari lagi."

Jocelyn mengangguk mengerti. "Umm... Apa aku bisa datang di grand opening nya?"

DecemberWhere stories live. Discover now