Gudang

1.1K 24 1
                                    

Cerita gaje, gabut sama gak bisa tidur.
Udah merem tetep aja gak bisa. Akhirnya nuangin ketikan gak jelas.




"Kak, lepasin. Please..." Rintih seorang pria berseragam putih abu itu dengan sesekali terisak.

Orang yang dipanggil 'kak' itu tetap dengan pendiriannya yang menyeret paksa dengan mencengkram tangan sang adik kelas dengan kasarnya ke arah gudang sekolah yang saat ini nampak sepi. Bel sekolah sudah berbunyi dari setengah jam yang lalu.

Sebelum Bima menyeret paksa Windaru, yang biasa di sapa Winan. Adik kelasnya itu sedang melaksanakan piket dengan ketiga temannya. Ogi, Tian dan Raga.

Bima masih saja mencengkram tangan Winan. Saat keduanya sudah berada di gudang tua sekolah yang saat ini menjadi basecamp Bima dan kedua temannya, Raden dan Andri. Bima membanting Winan ke sofa lusuh di hadapannya lalu menutup pintu gudang dan menguncinya dari dalam.

"Kak,Bima..." Panggil Winan dengan lirih. Dia tahu apa yang saat ini membuat Bima marah padanya.

"Aku..."

"Lo gak usah pembelaan, gue tahu Lo emang kegatelan!" Teriak Bima tepat di depan wajah Winan. Seketika pria manis bergigi kelinci itu memejamkan matanya takut dengan kemarahan sang kakak kelas.

"Buka baju Lo!" Perintahnya lalu duduk di kursi kayu pahatan tangannya sendiri.

"Kak, nggak." Winan menggeleng kan kepala dengan heboh.

"Buka sendiri atau gue yang buka," katanya dengan suara yang pelan namun dengan nada mendominasi.

"I...iya," jawab Winan membuat Bima mengernyitkan dahi.

"Iya apa?"

"A...aku buka sendiri, kak."

Dengan pelan Winan membuka kancing seragamnya perlahan. Menampakkan kulit seputih susunya, seketika membuat Bima menyunggingkan senyum sinisnya.

"Terus"

Seragam putih itu sudah Winan tanggalkan. Satu persatu seragam yang ia kenakan sudah tergeletak apik di sofa lusuh basecamp milik Bima itu.

Kini, Winan sudah tidak peduli pada tubuhnya yang telanjang. Winan sudah tak peduli pada airmata yang sedari tadi mengalir dengan derasnya dan Winan sudah tak peduli saat seorang Bima mendekatinya dengan pandangan yang menyiratkan gairah.

"Ngangkang." Perintahnya lagi dengan Winan yang seketika mengangkat wajahnya. Memandang Bima dengan tatapan memohon.
Memohon untuk menyudahi semuanya ini.

"Ahh... Winan. Tubuh Lo emang secandu ini, sayang." Bima menghirup aroma tubuh Winan dengan sesekali mencium gemas pada leher jenjang adik kelasnya ini.

Tubuh Winan meremang diperlakukan seperti itu, hatinya menolak namun tubuhnya sudah tahu caranya merespon atas rangsangan yang Bima lakukan.

Bima sudah tak tahan, ia menyambar bibir penuh seorang Winan, pria yang saat ini hanya mampu menutup matanya akan reaksi yang Bima lakukan. Ia tak pandai dalam hal sekedar ciuman. Tubuhnya hanya pasrah saat Bima sudah menidurkannya di atas sofa lusuh yang sayangnya adalah tempat ternyaman Bima melampiaskan nafsu bejatnya.

"Euhm..." Lenguh Winan saat bibir sang dominan berpindah pada ceruk leher yang sialnya mampu  membuat Bima menegang di bawah sana.

Tangan Bima tak tinggal diam, dia meraba apa yang saat ini bisa ia gapai. Dengan memilin puting adik kelasnya yang saat ini sudah mengeras misalnya.

Tangan kiri memilin, bibir menghisap dan tangan kanan menggapai bukti gairah Winan di bawah sana.

"Aahh... Aaaahh" lenguh Winan saat Bima menggenggam batang kemaluan Winan yang tidak bisa dibilang mungil juga namun lebih rendah dari kepunyaan Bima. Milik Winan dengan ukuran menegang adalah belum setengah ukuran Bima jika sudah menjulang . Entahlah, yang jelas Bima belum sepenuhnya menegang saat ini.

Short Stories 🔞(BrightWin)Where stories live. Discover now