Rasa Kehilangan

Mulai dari awal
                                    

"Hyung, maafin Ouyin ya. Hiks...kalau tahu begini, dari kemarin Ouyin nggak bakal mau ngambek lagi hiks...Ouyin juga nggak bakal nyuruh Hyung untuk tidur di luar."

Berkali-kali Leo mengusap air matanya, tapi air matanya tak kunjung berhenti mengalir.

"Zayyan Hyung, cepatlah kembali. Ouyin janji bakalan jadi adik yang baik dan manis, yang nggak suka ngambek, dan nggak bakalan nyuruh Hyung buat tidur di luar lagi. Ouyin janji, Hyung. Ouyin janji, beneran! Jadi cepatlah pulang ya, Hyung. Ouyin kangen hiks...," saking sedihnya Leo pun berbicara sendiri.

Leo membuka galeri ponselnya dan melihat-lihat semua foto dan video dirinya saat bersama Zayyan.

"Begitu banyak kenangan bersamamu, Hyung. Bagaimana bisa aku merelakanmu pergi begitu saja. Kau pasti akan kembali kan Hyung? Iya kan, Hyung? Jawab, jangan diam saja!" Ucap Leo pada foto Zayyan di galeri ponselnya.

Leo kini benar-benar menyesal dan sangat merasa kehilangan. Bagaimana tidak, Zayyan pergi di saat hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja, itulah yang membuat Leo kini merasa terpukul dan di penuhi dengan rasa bersalah.

***

Hyunsik menatap barisan ramyeon yang tertata rapi di dalam lemari dapurnya dengan tatapan sendu.

"Stoknya masih banyak, tapi pangeran ramyeonnya sudah pergi...hhh...," gumamnya sedih.

"Hyung, sabar ya...," Gyumin mengusap pundak Hyunsik, berusaha menghiburnya, meski dirinya sendiri juga merasa sedih.

"Zayyan pasti kembali," sambung Gyumin lagi.

"Iya, dia pasti kembali," balas Hyunsik berusaha untuk tetap optimis.

"Semoga saja para penculik itu tidak melukainya," ucap Gyumin.

"Iya, semoga saja."

"Tapi sebenarnya aku heran mereka itu siapa dan untuk apa mereka menculik Zayyan? Apakah mereka akan meminta tebusan uang kepada keluarganya?" Tanya Gyumin.

Hyunsik pun jadi berpikir yang sama dengan Gyumin. "Iya juga ya, maksud mereka apa ya sampai menculik Zayyan segala? Apa jangan-jangan sebenarnya Zayyan itu adalah anak pengusaha minyak yang kaya raya dari Indonesia? Atau jangan-jangan dia adalah anak seorang pejabat yang berpengaruh di Indonesia? Atau jangan-jangan dia memiliki garis keturunan dari Kerajaan? Atau__,"

"Atau...atau...atau mulu! Pikiranmu kejauhan, Hyung! Bukankah Zayyan pernah bercerita bahwa Ibunya itu bekerja di bandara?" Gyumin memotong ucapan Hyunsik yang terlalu banyak mengira-ngira.

"Iya juga ya. Terus ngapain mereka nyulik Zayyan segala?"

"Ya, mana kutahu Hyung."

"Apakah para penculik itu sebenarnya adalah alien yang menyamar untuk menculik manusia di bumi, dan akan di jadikan alat bagi sebuah eksperimen yang sedang mereka lakukan di planet tempat mereka  tinggal? Atau mungkin mereka adalah anggota yakuza dari Jepang?" Hyunsik mulai berspekulasi lagi.

Gyumin menatap jengah.

"Please Hyung, hentikan! Aku sudah tidak tahan mendengar ocehanmu yang terlalu berlebihan. Hhh...mana ada Alien? Kau terlalu banyak menonton film, Hyung! Dan lagi pula untuk apa yakuza jauh-jauh ke Korea Selatan hanya untuk menculik Zayyan? Memangnya sejak kapan Zayyan punya hubungan dengan para Yakuza itu?"

"Ya itu kan bisa saja terjadi," ucap Hyunsik.

"Ah, tau ah! Hidup lagi capek-cepeknya malah ditambahi spekulasi kayak gini!" Gyumin melengos pergi sambil menarik napas lelah.

"Yeee...tuh bocah nggak bisa di ajak diskusi yang lebih intelektual, pikirannya terlalu sempit sih!" Hyunsik mencebikkan bibirnya.

***

Friendship (Xodiac) End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang