Bab 7 : Salah Paham √

6 0 0
                                    

Jangan lupa klik bintang 🌟

•••

Nuca mengikuti langkah Atha hingga ke area parkir. Merasa cemas, cowok itu ingin memastikan Atha baik-baik saja. Begitu Atha berhenti, Nuca ikut menghentikan langkah. Ia memperhatikan Atha dari kejauhan.

Dari balik tembok, gadis berambut panjang yang diikat satu itu terlihat gusar dengan ponsel yang menempel di telinga. Sepertinya tengah bertelepon dengan seseorang entah siapa Nuca tidak tahu.

Dari ekspresi dan gestur tubuh Atha, Nuca menebak jika hal yang tengah mereka bicarakan merupakan hal yang sensitif dan serius. Nuca tidak ingin menggangu dan mencampuri urusan mereka. Berniat untuk tetap menunggu ditempat ia berdiri.

"Tha, gue jeaolus gue bilang. Gue cemburu. Gue kesel. Oke, fine dia cuma temen. Tapi temen bisa jadi demen kan."

Dulu, Atha dan Kaisar juga awalnya cuma teman SMP. Kaisar, Atha dan Chica menjadi teman dekat. Lalu tahun pertama di SMA, Kaisar mengungkapkan perasaannya karena tidak ingin di dahului oleh cowok lain. Beberapa kali Atha menolak sampai akhirnya dirinya menerima Kaisar di pertengahan semester kelas 11.

Tapi situasi sekarang jelas berbeda. Atha dan Nuca baru kenal beberapa jam lalu. Dan yang pasti Atha tidak menaruh perasaan apapun terhadap Nuca. Atha sadar posisi telah memiliki Kaisar.

"Gue ga pernah melarang lo buat berteman dengan siapapun, tapi tolong jaga kepercayaan gue, Tha. Gue minta maaf udah marah-marah sama lo. Gue kaya gini karena gue sayang."

Selama enam bulan berpacaran, Kaisar jarang sekali mengatakan secara gamblang rasa sayangnya. Sangat jarang. Nyaris tidak pernah. Meski begitu Atha paham betul kalau Kaisar sungguh menyayanginya. Setiap orang selalu punya cara tersendiri untuk menunjukkan rasa sayangnya.

Atha menghela nafas panjang. Tidak menduga akan terjadi seperti ini. "Maaf, Kai, aku udah bikin kamu kecewa," ucap Atha setelah sekian menit hanya menyimak perkataan Kai.

"Tapi, Kai, disaat aku bingung karena ga kenal siapapun disini, dia yang udah bantuin aku. Apa salahnya berteman. Aku sudah cukup punya kamu."

Hening. Atha menunggu sahutan dari balik sana. Kaisar terdiam cukup lama. Lalu tanpa mengucap apapun lagi, Kaisar memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Lagi, Atha menarik nafas dalam-dalam kemudian menghempaskan perlahan. Dadanya terasa sesak sekali. Gadis itu sesekali menepuk pelan dada bagian kirinya, berusaha menetralisir rasa tak karuan yang berkecamuk dalam hatinya.

Rasa sesal, takut, heran dan khawatir bercampur aduk memenuhi hatinya.

Atha melirik jam tangan. Sepertinya bel sebentar lagi akan berbunyi. Atha berjalan lemas menjauhi area parkir. Begitu menemukan Nuca dengan tubuh bersandar dinding dan kedua tangan di dalam saku, Atha terkejut.

"Gue tadi ikutin lo karena gue pikir ada sesuatu," jelas Nuca tanpa ditanya saat melihat ekspresi Atha.

Takut Atha berpikiran negatif terhadapnya, Nuca menjelaskan lagi, "tapi jujur gue ga nguping, sama sekali ga kedengaran dari sini." Cowok itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Atha mengangguk paham. Memang benar jarak antara cowok itu berdiri sekarang dengan tempatnya bertelepon barusan agak sedikit jauh. Tidak ada maksud apapun, Atha hanya takut Nuca tersinggung karena diperbincangkan ditelepon tadi.

"Are you okay?"

Sontak gadis itu mengangguk. "Aman, kok." Balasnya seraya menyatukan ujung ibu jari dan telunjuknya membentuk lingkaran.

Thanks Coming Where stories live. Discover now