| 13 |

763 43 26
                                    

Halo man-temaaannn...
Saya udah lama gak up ya? Hehe...
Sorry yaaa, soalnyaaa yaa begitulah...
Jangan lupa di follow yaa akun nyaa hihi...
Terus jangan lupa vote sama komen nyaaa...
See you~































~JanganLupaFollowAkunSaya~
~HappyReading~

















































Jari telunjuk itu di tampik, Kirana mengkerut tak senang. "Kiran.. Kau cantik," oceh Kaizo membuat Kirana diam. Sesaat mereka berdua saling menatap.

Sampai entah siapa yang memulai wajah mereka berdekatan, bibir keduanya bertemu, dan malam panas mereka pun tercipta.

.
.
.

"Pang!!" Kirana berseru lagi saat masuk kedalam ruang inap, yang dipanggil pun menoleh disertai senyuman.

"Kak Kiran!" entah bagaimana Kirana merasa perasaannya telah membaik, ia memeluk Fang erat. "Kau tidak takut padaku?" Kirana langsung menatap Fang khawatir.

"Kan Abang bilang kalau Kakak ini teman kami, jadi Fang harus baik!" jawabnya membuat Kirana memekik gemas.

"Benar, aku adalah Kakakmu, huhuhu adik manisku!!" seru Kirana lebay, Kaizo berjalan ke arah sofa di mana tab nya di simpan.

Pikiran pria itu penuh oleh berbagai hal, misi, tugas, musuh, Fang, dan ditambah Kirana.

Bagaimana ia mengatakannya pada atasan? Yang pasti Kaizo harus menikahi Kirana secepatnya.

Pandangan Kaizo kini beralih pada dua orang yang sibuk bermain game, Kirana sudah akrab lagi dengan Fang. Jika memang sudah lengket maka susah untuk dilepaskan.

"Ah benar, hari ini Pang mulai konsultasinya," Kaizo baru mengingat jadwal sang adik, ia menatap jam pada dinding. Sudah pukul 11, sebentar lagi jam makan siang.

"Pang," Kaizo berjalan mendekat, ia usak surai adiknya. "Iya Bang, ada apa?"

"Hari ini kau akan bertemu dokter Wila, kau sudah siap kan?" tanya Kaizo dan Fang mengangguk, "iya sudah! Kapan Fang ketemu dokternya?"

"Sebelum makan siang, sekitar setengah dua belas, sebentar lagi."

"Siapa itu?" tanya Kirana bingung, "psikiater, Pang harus memdapatkan konsultasi mental." Jawab Kaizo dan Kirana mengangguk mengerti.

"Aku yang akan menemani Pang!" Kirana berseru semangat, "maaf Kiran, yang masuk ke dalam hanya Pang. Kita menunggu di luar," bibir Kirana maju, kesal.

"Hmm, baiklah!"

Fang menarik tangan Kirana secara mendadak, kemudian ia meremasnya pelan memberikan sebuah dukungan.

"Kak Kiran gak perlu khawatir, Fang cuman bakal bicara doang sama dokter." Kirana menatap Fang dengan mata berkaca. Ia langsung memberikan pelukan.

"Huaaa adik Kakak sudah besar!" pekik Kirana, lagi, Kaizo menghela nafas. Ia merasa Kirana lebih sensitif dan cengeng.

'Ughh.. Aku pengen Es Krim Matcha, cari di bawah ada kali ya?' batin Kirana berseru menggebu.

"Kakak ke bawah dulu, nyari toko serba!" seru Kirana semangat.

"Eh, tiba-tiba?" kaget Fang.

"Tunggu, kau mau kemana?!" panggil Kaizo membuat Kirana menghentikan langkahnya, "toko serba di bawah, kenapa memang?" tanya Kirana.

Just a MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang