| 9 |

1K 86 22
                                    

Yoo saya up lagi!
Buat part ini, jujur saya agak sakit hati pas bikinnya huhu...
Hati mungil saya tercubit, kalau ngedalami perasaan si Fang.

Ya begitulah kawan-kawan..
See uu
Jangan lupa buat di vote sama komen yaaa~




















































~JanganLupaFollowAkunSaya~
~HappyReading~











































































"Itu... Menyakitkan," komentar Ken mendengar cerita rumit tersebut.

"Kalau Pang membenciku, semua sangat wajar... Tapi Ken, kenapa semuanya terasa menyakitkan?"

.
.
.

Sreettt...

Satu sosok membuka mata perlahan, ia menatap bingung sekeliling. Hanya ada kegelapan, tidak ada sedikitpun penerangan.

"Seseorang... Apa tidak ada satupun orang?" ia bergumam lirih, tangan kecilnya mencoba memeluk lutut.

"Apa... Aku sendirian? Dalam kegelapan?" bisiknya lirih, takut, sosok kecil tersebut merasakan takut yang mendalam.

"Aku... Ingin pulang..."

Ctak!!!

Tiba-tiba saja sebuah layar putih muncul, menjadi satu-satunya warna dalam kegelapan. Sosok kecil tersebut bangkit, tangan mungilnya berusaha menggapai layar.

Wushhh!!

Angin berhembus bersama dengan munculnya gambar dalam layar, manik Amethyst itu terpana. Bibirnya terbuka lebar.

"Woahh..."

Tanpa sadar tubuh kecilnya mundur ke belakang, lantas ia duduk dengan manis di sana. Seperti orang yang akan menonton televisi, sekali lagi bibirnya menggumamkan kekaguman dikala layar menampilkan sebuah video.

Keningnya terlipat saat mengenali seseorang dalam layar, "itu... Aku kan ya?" ucapnya ragu, ia melihat pantulan dirinya di lantai hitam. Entah bagaimana, ia dapat menemukan pantulan dirinya di sana.

"Iya... Itu aku..." sudut bibirnya terangkat karena di layar sosok kecilnya tertawa bahagia.

'Hehehe, Abang basah!!' seorang bocah tertawa riang, merasa senang telah bisa mendaratkan satu balon air ke tubuh anak yang lebih tua.

'Astaga Pang! Kau membuat baju kesukaanku basah!' keluh anak yang kini berdecak kesal, bocah yang di panggil Pang barusan terkikik.

'Coba Abang tangkap Pang, pasti gak bisa!' tantangnya dan berakhir berlari mengitari halaman, mencoba menghindari tangkapan sang Kakak.

Sosok kecil yang menonton tayangan tersebut tersenyum sendu, ada rongga kosong dibalik dadanya. Dan ia merasa bingung bagaimana cara mengisi rongga itu?

Kali ini tayangan berganti, Netranya bergetar melihat bagaimana sosok dirinya terlempar ke arah dinding.

'Abang... Abang...'

'Pang!!! Jangan sakiti Adikku!'

'Abang huhuhu Abang!!!'

'Maaf... Maaf Pang... Apa yang telah ku lakukan?'

Just a MomentWhere stories live. Discover now