T I G A

470 59 4
                                    

Part sebelumnya

Raga membalas tersenyum kepada anak itu, 'Gemas sekali,' batin Raga. Mobil itu pun segera melaju menuju mansion keluarga Maxwell.

***

Dalam perjalanan, tak hentinya Ravel memandang kagum pemandangan di luar. Di awal perjalanan memang tampak biasa saja, pemandangan Hutan lebat. Jadi, Ravel tidak tertarik.

Karena bosan, Ravel merasa dirinya mengantuk. Raga yang melihat Ravel mengantuk berucap, "Tidurlah tidak perlu ditahan. Aku tidak akan meninggalkanmu,"

Tak lama setelah Raga berbicara, Ravel pun tertidur. Sungguh gaya tidur Ravel sangat lah lucu, dia tertidur dengan posisi duduk dan kepala menyender ke pintu mobil dengan mulut kecilnya yang terbuka.

Raga terkekeh melihatnya, dia menarik tubuh Ravel untuk tidur berbaring dengan pahanya sebagai bantalan Ravel. Sehingga Ravel bisa dengan nyaman tertidur.

Raga memandangi wajah Ravel yang begitu kecil, bayangkan saja wajahnya hanya setelapak tangan Raga. Raga sempat berpikir apa benar Ravel anak manusia?

Ditengah lamunan Raga yang sangat random, dirimu mendengar suara cecapan. Raga menoleh ke arah Ravel yang tertidur dengan damai.

Disana terlihat bibir kecil Ravel tengah mencecap seperti ada sesuatu yang tengah dihisap. Dengan jahil Raga memasukan telunjuknya kedalam bibir kecil tersebut.

Dan... Taraa!! Bibir kecil itu mengisap kuat telunjuk Ravel. Senyuman Raga terangkat. 'Sepertinya nanti dia harus membeli perlengkapan bayi untuk Ravel,' pikir Raga setelah melihat Ravel begitu kuat menghisap jarinya.

Raga menarik jarinya karena merasa sudah cukup menjahili Ravel. Namun,  Ravel merengek tiap kali dirinya menarik jarinya. Hal itu terjadi berulang kali.

Akhirnya Raga tidak jadi menarik telunjuknya, barulah Ravel kembali tidur dengan nyenyak. Raga tidak punya pilihan, meskipun dia agak menyesal karena jarinya itu kotor tidak baik untuk Ravel.

~~~

Cukup lama Ravel tertidur dan saat dia bangun, pemandangan yang tadinya hanya hutan belantara sudah berubah.

Sekarang di depannya terpampang sebuah rumah mewah dan besar layaknya istana. Ravel menatap kagum rumah tersebut. Mulutnya menganga, membuat dirinya terlihat semakin imut.

Raga tersenyum melihatnya, baru kali ini dia melihat reaksi semenggemaskan ini. Mobil pun berhenti tepat di depan rumah tersebut.

"Ravel, ayo kita turun," ucap Raga kepada Ravel yang masih menempelkan mukanya di jendela mobil.

Ravel menengok, "Kita mau kemana paman?"

"Nanti kau akan tau. Ayo!" Singkat Raga.

'Ck, sok keren,' cibir Ravel dalam hati.

Meskipun begitu Ravel tetap menerima uluran tangan Raga, diapun keluar dari mobil.

Ravel tidak bisa berhenti menatap kagum rumah besar didepannya, ternyata kalau dilihat lebih dekat rumah ini begitu mewah dan besar.

Raga yang melihat itu hanya terkekeh, Alesto dibelakangnya lagi-lagi terkejut. Sepertinya mulai saat ini dia harus terbiasa dengan sikap baru tuannya.

Mereka pun melangkahkan kaki menuju pintu rumah mewah itu. Didepan pintu itu terlihat ada dua penjaga yang sudah standby.

Melihat kedatangan mereka, lebih tepatnya Raga kedua penjaga tersebut menundukkan badan dan membukakan pintu rumah tersebut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jadi Bayi?Where stories live. Discover now