58

1.6K 97 9
                                    

Hingga malam hari Frank tidak diijinkan Elena untuk masuk ke ruang perawatan. Mattew yang selalu dipanggil Elena untuk ada di sisinya. Hal ini membuat sedikit kehancuran di hati Frank. Namun ia tidak ingin memaksakan egonya karena Elena butuh istirahat yang nyaman.

Elena baru saja tertidur setelah makan malam dan minum obat. Perlahan Mattew keluar dan melihat ayahnya duduk di bangku khusus untuk penjaga pasien.

"Ibu sudah tidur. Apa ayah sudah makan?".

Mattew duduk di samping ayahnya yang menunduk. Frank mengusap wajahnya.

"Pulanglah bersama Shawn. Ayah akan menemani ibu malam ini".

"Tidak ayah. Ibu membutuhkan aku. Jika ayah mau, ayah bisa kembali ke apartemen. Sepertinya ibu masih marah".

"Kalau begitu, ayah akan duduk di sini saja. Ayah tidak ingin berdebat Mattew. Kau bisa kembali ke dalam".

Mattew menatap Frank sebentar kemudian menarik napas berat.

"Aku harap ayah telah mendapatkan jalan keluar tentang sikap ibu. Kalian harus bicara dan selesaikan ini. Aku punya banyak pertanyaan untuk ayah tapi nanti setelah kita kembali ke apartemen".

Mattew berdiri untuk masuk kembali ke ruang perawatan Elena.

"Matt...".

Mattew menoleh pada Frank.

"Bisakah ayah melihatnya sebentar? Dia sedang tidur dan tidak akan menyadari kehadiran ayah. Hanya...Hanya sampai ia membuka mata lalu ayah akan keluar".

Mattew mengangguk. Ia kembali duduk di samping Frank. Sebenarnya ia juga kasihan pada ayahnya namun perasaan ibunya saat ini harus menjadi prioritas. Elena sedang sakit, lahir dan batin. Mattew bisa merasakan tatapan dingin dan kosong dari mata ibunya.

Ia mengangguk. Lalu Frank berdiri dan berjalan masuk ke kamar perawatan Elena. Matanya langsung melihat tiang infus yang ada di samping tempat tidur. Ia berdiri di samping.

Wajah Elena sedikit pucat dan ada kantung mata yang samar di sana. Ia menatapnya lama dan menelan ludah pahit. Tangannya terulur untuk menyentuh tangan Elena.

"Cepatlah sembuh. Maafkan aku".

Bisiknya pelan. Ia takut Elena akan membuka mata dan mengusirnya keluar. Berbagai hal mulai timbul di benaknya.

"Maaf...".

Frank menguatkan hatinya untuk tidak menangis. Namun air mata itu jatuh juga. Bersamaan dengan itu tubuh Elena bergerak. Dengan cepat ia melepaskan tangannya dan berbalik untuk pergi keluar. Ia merasa seperti pecundang.

"Aku tidak akan menahanmu lagi".

Suara lemah Elena menghentikan langkahnya. Rasanya ia ingin berbalik untuk protes namun ia tidak sanggup melakukannya. Lalu dengan perlahan ia mendorong pintu dan keluar.

Frank memilih untuk bersembunyi di balik pilar. Menyembunyikan wajahnya dari Mattew. Menyembunyikan rasa pahit di hatinya. Meski sebenarnya Mattew sudah melihatnya keluar tadi. Dengan langkah cepat Mattew menghampirinya.

"Ibu sudah bangun?".

Frank hanya mengangguk tanpa berbalik. Mattew merasa ada yang salah, ia segera berlari masuk ke dalam. Ia tertegun melihat wajah Elena penuh dengan air mata. Elena terisak.

"Mom...".

Mattew memeluk ibunya dan mengelus punggungnya. Elena semakin terisak bahkan menjerit.

"Apa ayah menyakiti ibu?".

Tak ada jawaban dari Elena selain tangisnya. Mattew mengurai pelukannya dan menyeka wajah ibunya.

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now