DUA PULUH DUA

4.9K 396 7
                                    

Vote, komen, and happy reading 🧡
.
.


Pernikahan.

Apa yang kalian pikirkan tentang kata itu? Pengantin yang tampil dengan memukau, dan menjadi sorotan. Atau acara lempar bunga yang nanti akan jadi rebutan. Atau jamuan yang siap santap menggugah selera. Bagi Millo, pernikahan adalah hal yang sangat sakral. Melibatkan dua orang yang sudah berani bersaksi di hadapan Tuhan dan banyak orang.

Dan hari ini hal itu terjadi. Millo tersenyum memandang pria cantik yang sudah dirias sedemikian rupa. Meskipun sebelumnya juga sudah cantik. Ia tak bisa membayangkan sebelumnya hidupnya berubah dan sampai seperti sekarang. Apa kebahagiaan sudah siap dijemput oleh keluarganya?

"Woi Emil! Gak usah senyam-senyum gitu lo, yang nikah papa sama bubu gue!" Lamunan Millo buyar seketika mendengar suara milik Lijen.  Saudara barunya itu mengganggu khayalan indahnya tentang pernikahan. Ah, Millo jadi membayangkan lagi, bagaimana cantiknya Hages memakai tuxedo itu dan berdiri bersamanya dihadapan pendeta, seperti yang ia lihat saat ini pada bubunya.

Pernikahan Taella dan Jaelan dilaksanakan hari ini. Pesta pernikahan itu sudah diatur sedemikian rupa di rumahnya. Tentunya rumah Hages juga terpengaruh, mengingat jarak rumah mereka tak jauh. Tamu papanya ternyata banyak, maklum saja papanya itu bukan orang sembarangan.

"Ke depan napa bang, banyak tamu nih mau dateng, yang lain juga mau dateng nih." Lijen kembali bersuara.

"Iya ayo!" Dua saudara baru itu menyambut teman-teman mereka dari kelas IPA maupun IPS.

"Anjir ini wedding dream gue nih!" Welly bersuara ketika melihat tatanan dekorasi pelaminan yang menurutnya sangat mewah.

"Berisik lo Welly Gustaw. Yang lain mana?" Lijen bertanya karena memang para perempuan IPS 5 yang baru datang, sedangkan member laki-laki belum ada. Dan juga rombongan IPA juga belum.

"Lagi di rumah Hages, mereka mau tacap lagi, biar ganteng. Padahal mah jelek-jelek aja," cibir Ningsih, dan Millo tertawa karenanya.

Tak selang beberapa lama orang-orang itu datang, mendadak Millo dan Lijen melongo. Bagaimana tidak, mereka membawa kado kondangan bermacam-macam benda. Ada yang dibungkus dengan kertas kado yang tangkainya panjang, dan bawahnya kotak, Millo yakin ini sapu. Ada pula yang membawa satu set panci masakan. Dan masih banyak lagi. Sedangkan Hages hanya membawa badan, berjalan beriringan dengan Henley dan Dejuna setahu Millo, gebetan Henley.

"Buset, lo semua gila ya?" heboh Lijen.

"Lo ngapa bawa kompor gas segala Rendra??" Lijen kembali heboh.

"Dan what? Kipas angin? Si anying, rumah bubu gue pakai AC." Astaga, Lijen benar-benar tak habis pikir dengan teman sekelasnya ini, masalahnya sekarang mereka itu datang bersamaan dengan kelas IPA, terlihat sekali perbandingan tamu milik Lijen dan tamu milik Millo. Kadang teman-temannya ini asu.

"Berisik lo, Jen, ayo masuk!" Reva bersuara dan mereka beriringan masuk, hingga Lijen dan Millo sedikit bergeser membiarkan teman-temannya ini bergabung ke pesta pernikahan Taella dan Jaelan.

Saat Hages melewatinya, Millo menahan lengan pemuda itu. "Bareng gue yang." Hages terkekeh geli, padahal acara ini kan acara keluarganya, dan sekarang Millo seperti sedang pergi kondangan bersamanya.

"Lo di dalam harusnya, Mil. Kan acara keluarga lo."

"Iya nanti gue nyusul lagian--"

"Emil." Dua orang itu kompak menoleh mendengar suara perempuan. Hages tersenyum kecil melihat kedatangan Mina, Yeri, dan juga Arin. Syukurlah Millo mengikuti nasihatnya untuk mengundang ketiga perempuan itu sebagai penerimaan maaf dari mereka.

Backstreet | Markhyuck Au (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang