15. Kedatangan Glen

Start from the beginning
                                    

Mereka menyusuri gang rumah Yudha dan menyapa semua orang yang terlihat di depan rumah mereka, Chalize dan Yudha memang berbeda , tapi keduanya sama-sama punya sifat rawah, sama seperti kekasih mereka.

Meskipun tukang ngambeg begitu Glen punya sopan santun yang utuh didikan ibunya yang juga cukup eksentrik.

Bicara tentang Glen, laki-laki itu masih mengomeli Chalize dan Wafa. Dia bahkan membuat sebuah grup wasap berisi mereka bertiga dan sampai jam 3 tadi Glen masih mengetik beberapa kalimat ancaman, namun tak ada yang menyahut.

Pukul 6 pagi terpantau Glen sudah membubarkan grup itu dan mewasap Chalize bahwa dia akan terbang ke Solo akhir pekan ini, Glen masih marah-marah saat mengirim pesan dan berakhir saat Chalize mengiriminya sebuah PAP I wake up like this yang sexy, dengan sebuah teks yang tak layak ditampilkan di tulisan ini.

Semuanya beres, keduanya murahan saat bersama adalah sebuah undang-undang.

"Udah, kita tunggu aja Wafa di sini" Ujar Yudha yang langsung bisa akrab dengan Chalize. Wafa sudah beberapa kali bercerita tentang Glen dan Dae, juga Chalize, tapi dia tak pernah bilang kalau sebulan lebih terakhir, Chalize tinggal bersamanya.

Yudha ingin marah, tapi Chalizelah yang menjelaskan semuanya sebelum gadis itu tidur dan mengorok. Dia bilang dia dan Wafa bahkan jarang bertemu , sebab Chalize sehari-hari ada di pabrik , kadang pulang malam. Bahkan ketika weekend dia memilih ke pabrik atau pulang ke Jepara, menemui orang tuanya, jadi mungkin Wafa lupa.

Yudha menerima penjelasan Chalize, dia tak menaruh kecurigaan apapun pada gadis yang tampaknya sedikit serampangan dan mengingatkannya pada beberapa muridnya yang kaya raya.

Kalau pun Yudha cemburu, dia akan mencemburui nasibnya dan Chalize. Bagaimana orang bisa hidup sesantai itu, hanya membawa ponsel dan memakai pakaian tidurpun masih terlihat superior. Segalanya seolah mudah untuk Chalize.

Tapi kan orang lain-lain, mungkin saja Chalize punya tantangannya sendiri.

Gumam Yudha bijak dalam hati.

"Mbak Yudha, kalau guru, bawaannya banyak ya? Tanya Chalize yang berinisiatif membawakan tas laptop milik Yudha.

"Karena hari Senin aja dih, soalnya tiap Jumat aku bawa beberapa barang pulang"

"OO, seneng ya, jadi guru, sebenarnya aku dulu juga bisa jadi guru, aku anak PBI"

"Oh ya, kenapa nggak jadi guru?" Tanya Yudha serius

"Iya, kenapa ya, mungkin karena aku sibuk mendidik Glen, pacarku!" Jawab Chalize juga serius, tapi Yudha tertawa mendengarnya.

"Mbak, mbak harus ketemu dia deh, kalau udah silakan dididik, asli susah banget ngasih tau dia, kelakuannya absurd! Cogil!" Chalize senang, akhirnya punya teman curhat, sebab sahabatnya Meira sudah terlalu sibuk dengan agenda akan menikahnya dengan anak Om Prab. Kabar terakhir semuanya kacau balau, sebab Om Prab bukannya mengurusi pernikahan anaknya, malah fokus ke pemilu dengan partainya yang sedang geger itu.

Chalize bersyukur dia dan Glen sudah punya pekerjaan yang super sibuk, sebab terakhir mereka bertemu Om Prab terus-terusan mendorong Chalize dan Glen agar mau masuk partai dan menjadi caleg, selain mereka muda dan punya uang, Om Prab juga sangat menginginkan regenaris.

Chalize dan Glen merinding mendengarnya, apakabar dunia kalau mereka jadi caleg dan terpilih, dengan emosi yang tak terkendali dan pikiran kacau balau, Chalize dan Glen merasa mereka tak pantas menjadi Caleg alih alih Celeng saja, seperti babi.

Menolak Om Prab adalah perkara sangat sulit, jadi perkara LDR ini anggaplah sebuah pelarian yang tepat.

"Cogil-cogil, sepertinya kamu juga cegil!"

Thank God, It's YouWhere stories live. Discover now