Terus Merasa Sakit

39 7 4
                                    

Dalam perjalanan pulang Raizel lebih milih untuk meminum obat tidur agar perjalanan tidak memakan waktu lama karna perutnya yang ingin muntah. Oleh sebab itu Raizel tiba di apartnya sesuai waktu perjalanan biasa. Zifan tidak langsung pulang, dia membantu Raizel dalam membicarakan kinerja Zilyn, Zifan menyanggupinya.

"Menurut lo gimana kalo gue alihin properti ke Zilyn dan gue bisa terjun ke jalan lagi?" tanya Raizel setengah bercanda dan setengah serius.

"...."

Zifan tidak menjawab tetapi balik bertanya, "Lalu izinkan gue buat mengadu sama Tuan Dylan?"

Raizel yang mendengar itu memukul pelan punggung Zifan dan tertawa, "Sejak kapan lo jadi pengadu?!"

Zifan yang dipukul seperti itu sebenarnya tidak masalah tetapi entah kenapa pukulan Raizel semakin lama semakin menyakitkan tetapi Zifan tidak berani protes dan malah berbicara, "Gue gak masalah mau lo ada diposisi mana, presiden perusahaan atau ketua blackcostral. Dimanapun itu selagi lo ngerasa nyaman dan aman gue bakal selalu ada dibelakang lo."

Mendengar itu entah kenapa Raizel menjadi gemas tetapi yang dia lakukan adalah mengaitkan lengannya pada leher Zifan sampai Zifan merasa tercekik dan memukul mukul lengannya.

"Gue kayaknya perlu menaikan gaji lo buat kedepannya. Sialan, darimana lo belajar kalimat manis?! Istri lo dimasa depan pasti bakal selalu makan gula dan gak akan pernah minum cuka bahkan untuk setetes pipet!"

Masih di kunci pergerakannya oleh Raizel, wajah Zifan tetap memerah sampai ke telinga tetapi Raizel malah semakin gemas sebelum akhirnya melepaskannya. Detik berikutnya Zifan batuk batuk dan menatap Raizel.

"Gue bahkan bisa hitung berapa banyak dendam lo buat gue," ucap Zifan masih terbatuk, dia merasa tercekik.

Raizel ingin menjawab ucapan itu tetapi tiba tiba saja dia terdiam dan berdiri, pergi ke kamar mandi dan muntah lagi. Seharusnya Zifan yang merasa ingin muntah karna tercekik tetapi itu malah Raizel.

Zifan dengan cepat mengikuti dan membantu Raizel untuk meredakannya. Tidak ada yang keluar tetapi gejolaknya masih ada. Zifan membawa Raizel ke kamar dan menyiapkan teh manis hangat, dia juga bahkan mengambilkan baju ganti untuk Raizel karna basah.

Sebenarnya Zifan selalu sungkan melakukan hal hal yang menjurus ke keperluan pribadi tetapi Raizel selalu mendorongnya untuk menghilangkan rasa tidak nyaman jika melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh diri sendiri.

Zifan membantu Raizel berganti baju lalu menempelkan telapak tangannya pada kening Raizel dan membandingkannya dengan keningnya sendiri, suhunya normal jadi Raizel tidak mungkin mengalami demam.

Raizle mungkin butuh istirahat jadi setelah menyiapkan air hangat tambahan di kamarnya dia membereskan yang ada di ruang tamu dan kembali masuk ke kamar.

"Rai, kalo besok belum mendingan kita bakal kerumah sakit atau panggil Tuan Dylan buat periksa kesehatan, gue bakal kosongkan jadwal dari pagi sampai siang hari," ucap Zifan yang baru saja meletakan vitamin di sebelah tempat tidur.

"Jangan. Gue cuma masuk angin jadi cukup minta obat pereda mual dan meringankan sakit kepala," jawab Raizel menolak dan merebahkan dirinya.

"Lo yakin?" tanya Zifan memastikan lagi.

"Yakin, ini bakal mendingan setelah beberapa hari dan jangan ubah jadwal apapun, kita lagi mengerjakan project besar."

"Oke, kalo gitu selamat beristirahat, obat dan vitamin bakal diantar besok pagi jadi untuk sementara minum vitamin yang disediakan, hubungi gue kalo butuh sesuatu dan gue bakal atur berkas di ruangan lo besok," ucap Zifan dan bersiap untuk menutup pintu tetapi tak jadi, dia kembali berucap.

PSYCHEحيث تعيش القصص. اكتشف الآن