"Kau tak marah?" Bisik sing ditelinganya.

"Aku tak ingin marah ketika baru saja selesai sholat. Jadi, bolehkah kau saja yang pergi?"

Sing menggeleng-geleng. Mengusak wajahnya di tengkuk zayyan dan membuat lelaki itu menahan untuk tidak memekik geli.

Ada apa lagi dengan bocah ini? Pikir zayyan.



"Apa kau berdo'a untuk meminta Tuhan menghapus dosa-dosa mu?" Tanya sing. Zayyan bergeming lalu mengangguk. Bukankah itu adalah salah satu permohonan paling utama semua orang tiap kali berdo'a?



"Bagaimana caramu agar Tuhanmu bisa menghapus dosa-dosa mu?"

Zayyan mulai bingung dengan pertanyaan-pertanyaan sing yang absurd. Ah tidak, ia sudah bingung sejak sing masuk kamar dan memeluknya dari belakang padahal ia sedang berdo'a.

"Mendekatkan diri padanya mungkin?" Jawab zayyan.

Sing bergeming seakan paham. Ia lalu memindahkan pelukannya ke pinggang ramping lelaki di depannya itu dan membuat si empunya terperanjat ketika pelukan itu menjadi intens "hei... Kau kenapa sih?"

"Diam... Aku sedang menghapus kotoran-kotoran dari tubuhku"

Zayyan mengkerut. Padahal sejak kejadian di hari hujan itu, sing tak pernah berlagak aneh. Ada apa dengan sing hari ini? Bukankah mereka sudah berjanji?

"Jayan-ah... Lelaki Thailand itu memelukku..."

"Ha?"

Pelukan sing semakin erat. "Aku ingin menghapus nodanya dengan memelukmu. Seperti kau mendekatkan diri kepada tuhanmu"

Zayyan menggigit bibirnya. Ia tahu sing paham dengan konsep penghapusan dosa dari Tuhan untuk hambanya tapi, ia terlalu bahagia untuk membantah.

"Dia memelukku. Menyentuhku. Menjijikkan sekali. Andai sejak awal aku tahu siapa-"

"Kau juga menyentuhku. Memelukku. Bahkan menciumku. Padahal aku dan dia sama-sama pria" potong zayyan. Setengah bercanda setengah serius.

"Itu berbeda. Aku suka melakukannya kalau itu kamu"

Zayyan berdecih. Ia harus segera melerai atmosfer yang tak lagi asing di sekitar mereka itu. Ia melepas pelukan sing. Kali ini serius, "kalau kau merasa kotor ya minta ampunan saja sama tuhanmu. Kenapa harus memelukku? Sana, aku mau lipat sajadah"

Sing cemberut. Ia mengamati saja zayyan yang sibuk melipat sajadahnya dan membuka sarungnya, menampakkan boxer dan paha penuh rayuan itu. Sejak kejadian itu zayyan seakan membangun tameng di sekitarnya. Tameng kokoh tak kasat mata tapi sing dapat merasakannya. Padahal ia masih ingin menyesap bibir manis itu lagi dan tak tahu kapan akan berhenti. Andai ia tahu malam itu adalah kesempatan terakhir, sing pasti akan melakukannya dengan lebih lama.

Ah, sudahlah... Memeluk zayyan tadi sudah cukup untuknya. Zayyan tak menolak dan itu adalah Pluit tanda harapannya tak pupus. Ia berhasil memeluk zayyan dan rasanya semua noda bekas lelaki Thailand itu hilang dari tubuhnya. Ia senang sekali. Sampai-sampai zayyan memilih keluar kamar daripada berduaan dengan sing yang senyum-senyum sendiri. Menakutkan....



.








.










.



Hari ini terasa berbeda. Para member tak bekerja seperti semestinya. Hari yang mulai dingin tapi terasa panas. dengan jadwal yang beruntun padat. Lelah, letih... Sudah berjam-jam mereka bekerja.

Hari ini, semua yang mereka lakukan tak berjalan mulus.


"CUT"





Sutradara itu memijat pelipisnya. Kerutan di kening mencerminkan usianya yang sudah melewati madya.

"jayan-ah"|| XodiacWhere stories live. Discover now