#18

2.7K 275 111
                                    

Zayyan kembali ke Korea dengan mata yang bengkak. Berpisah untuk kedua kalinya dengan teman dan keluarganya di Indonesia rupanya tak kalah berat dari perpisahan pertama masa-masa trainee nya.

Malam hari di langit yang gelap. Di ambang awan dengan bising baling-baling pesawat. Walaupun tenaganya habis akibat tangis di bandara tadi, zayyan tetap tak bisa tidur.

Leo yang duduk di sampingnya, yang sudah berusaha menenangkannya, sudah terlelap beberapa saat yang lalu. Lampu temaram pesawat membawanya pada kantuk.

Zayyan memikirkan betapa dramatis nya pertemuan singkat dirinya dan teman perempuan_friendzone_nya tadi. Tidak, bukan karena ia berpikir tentang rindu yang  mendalam, sehingga mereka luput dalam pelukan yang lama.

Tapi, zayyan sadar, pelukan hangat itu hanya berupa pelukan pertemanan. Ia sadar akan perasaannya.

Itu bukan cinta yang seperti sing katakan.

Mungkin dulu zayyan memang menaruh hati padanya, namun setelah pertemuan itu, merasakan perasaan yang berbeda. Istimewa, namun tak bernilai spesial_membuat zayyan jadi lebih lega.

Ia harus fokus pada karirnya.

Zayyan menyenderkan tubuhnya di senderan kursi. Menoleh, menggeser ke atas sampiran jendela yang ada di sampingnya dengan satu tangan. Ingin melihat awan dan langit yang gelap.

Namun begitu jendela dengan pembatas kaca yang tebal terlihat, menampakkan pemandangan malam yang benar-benar gelap, membuat pantulan samar pemandangan dalam pesawat melalui kaca jendela tersebut_zayyan menautkan alis.

Sing terlihat dari pantulan kaca jendela.

Sing sedang memandangnya di sana, Yang duduk sederet dengannya, dipisahkan oleh beberapa jarak kursi pesawat. Diantara leo lex dan wain.

Zayyan berbalik. Menatap sing dari tempatnya.

Sing tak kaget. Alih-alih mengalihkan pandangan, ia tersenyum kecil.

Mereka bertatapan.

Mengisi momen diantara para member yang sedang tidur pulas.

"Kau baik-baik saja?" Tanya sing tanpa suara. Hanya mulutnya yang bergerak pelan, menjelaskan tiap kata sehingga zayyan dapat memahami nya, seakan mendengarnya.

Zayyan mengangguk.

Sing berkata lagi, tetap tanpa suara, "kau masih sedih?"

Melihat zayyan dengan mata bengkaknya pasti sing akan menanyakan itu.

Zayyan tersenyum, menggeleng-geleng.

Ia masih sedih, tapi tak ingin sing khawatir. Walaupun begitu, sing tahu zayyan masih merasa sedih.

Mereka bertatapan, melewati jembatan panjang berjarak di antara mereka. Tapi perasaan itu tersulur.

"Tidurlah... " Ucap sing lagi.

Zayyan menggeleng pelan kali ini.

"Aku tak bisa tidur"

Sing terdiam, berpikir. Kemudian otak nya bekerja lebih cepat dari biasanya, sing punya ide.

Ia mengeluarkan ipods dari dalam sakunya. Memberikan ipods sebelah kanan kepada zayyan. Jarak mereka yang cukup jauh membuat sing harus setengah berdiri dan memberikan satu ipods itu kepada zayyan dengan tangan yang terulur panjang.

Zayyan yang bingung hanya menerima ipods itu tanpa bertanya, lalu memasang ipods itu di telinga kanannya begitu melihat sing melakukan hal yang sama.

Sing duduk kembali di tempatnya. Memutar music dari handphonenya.

"jayan-ah"|| XodiacWhere stories live. Discover now