You Messed Up My Life - 36

Zacznij od początku
                                    

Hati kami pilu membiru. Sebagian menunduk, hampir setengah terisak, namun semua orang merasa sakit tak berdarah. Getir.

Ucapan Marsela menjadi penutup yang paling memilukan sepanjang malam yang kami habiskan untuk rapat mingguan. Biasanya kami hanya akan kesal karena amukan Mas Raga, namun saat ini–bahkan Mas Raga lebih banyak diam, kami membisu dengan kekecewaan yang kami rasakan.

Yang aku khawatirkan saat ini adalah Mas Raga. Ia belum membalas pesanku sejak siang. Sebenarnya aku tak ingin terlalu mengganggunya kalau ia ingin sendiri, namun setidaknya dia harus memberitahuku apa yang ingin ia lakukan. Apakah ia ingin ditemani atau justru ingin sendiri.

Mas? You ok?

Aku cuma khawatir sama Mas.

Kalau mas butuh ditemani, aku ada buat mas.

Kalau mas masih mau sendiri. It's oke.

Tapi kasih tahu aku ya.

Aku tak bisa membayangkan seberapa besar rasa penyesalannya saat ini. Seperti yang sudah ia katakan sebelumnya, bahwa ia sendiri yang menunjuk Mandra menjadi menteri. Aku takut ia terlalu menyalahkan dirinya sendiri. Belum lagi, ia tak mengatakan banyak hal selepas ketemu dosen tadi. Dia hanya mengatakan bahwa dekan ingin masalah ini segera berakhir dan gak menimbulkan masalah yang lebih besar. Tapi aku ragu, masa iya dua jam ngomong itu doang?

Mas Raga is calling...

"Halo?" balasku dengan cepat.

"Cepat banget balasnya Ta," ucapnya sambil terkekeh. Disaat seperti ini dia masih bisa tertawa?

"Kebetulan aku pegang hp. Gimana? Keadaan Mas gimana? Mas dimana?" cecarku yang lagi-lagi dibalas dengan kikikan oleh Nuraga.

"Lagi di depan rumah kamu–"

"–Aku turun," ucapku tanpa pikir panjang.

"Gausah. Udah malam. Kamu tidur aja." Nuraga melarangku saat tanganku memegang cardigan yang ia belikan untukku.

Aku berdecak. "Malam apanya. Lebih malam dari ini juga pernah," pungkasku membalikkan ucapannya. Jari-jariku bergerak memoles singkat wajahku agar gak terlalu terlihat pucat. "Tunggu situ. Lima men–dua menit."

Sesuai janjiku, aku menemui Mas Raga secepat yang aku bisa. Ketika aku mendorong pagar rumahku, punggung tegap seseorang dibalut dengan cardigan yang sama namun dengan warna yang berbeda dariku. Mas Raga lantas berbalik, menyinggungkan senyumnya yang terlihat lelah.

"Hai," sapanya dengan suara serak.

Hatiku mencelos. Kubuang nafas yang sempat tercekat karena melihat perawakannya yang cukup kacau. Kakiku berjalan gontai menghampirinya.

"Mau peluk?" tawarku sambil meregangkan kedua tanganku ke samping.

Mas Raga mengangguk dan tersenyum, lebih hangat dari yang tadi. Langkahnya pelan-pelan namun pasti mendekat dan akhirnya tubuhnya memelukku, walau harus sedikit menunduk untuk menyamakan tinggi tubuh kami. Badanku terasa kecil di balik dadanya yang entah kenapa jadi terlihat besar.

Jari-jariku tak tinggal diam menyentuh dan membelai rambutnya yang sedikit basah. "Abis keramas ya? Kok basah?" tanyaku menyadari kulitku terasa dingin.

Mas Raga mengangguk. "Mandi dulu tadi. Biar wangi. Soalnya mau ketemu kamu," terangnya yang sanggup membuatku terkekeh. "Gombal terus," tukasku. Namun jujur saja pipiku jadi terasa panas karena ucapannya yang terdengar manis di telingaku.

You Messed Up My Life [TAMAT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz