4. Kenekatan Elliyah

47 6 0
                                    


4. Kenekatan Elliyah

YANG dilakukan Patih Gupala kemarin sempat membuat leher Elliyah sedikit tergores. Memang tidak sakit, tetapi tetap membekas. Atas kengerian Patih Gupala, Elliyah akan selalu menciut dan bergidik setiap harus berhadapan dengan Patih Gupala secara langsung, terutama apabila tanpa ditemani siapa pun.

Di dalam kamar, selama duduk menghadap cermin dengan kedua telapak tangan diketemukan bersama daun meja, Elliyah terus-menerus memikirkan strategi untuk dapat terbebas dari tekanan Patih Gupala sehingga diharapkan minimal Elliyah bisa memperoleh keleluasaan, berkenaan dnegan masalah kepulangan, tetapi syukur-syukur Elliyah bisa diberikan modal sekalian, hitung-hitung barter.

"Aku tidak bisa begini terus. Aku harus bisa bermain cantik."

Pada hitungan entah keberapa, kedua tangan Elliyah mendadak berubah mengepal sebelum Elliyah beralih bangun dari tempat duduk Elliyah. Dia akan mencoba mencari informasi untuk bisa menguatkan kedudukan. Agar tidak terus diperlakukan Patih Gupala dengan semena-mena.

Di samping tempat tidur Elliyah, Mayratri masih tertidur sampai sekarang, duduk dengan kedua lengan dilipat dan bertumpu kepada tepian dipan untuk dijadikan bantal dari salah ssyu sisi kepala Mayratri. Tiap malam, Mayratri memang diminta Patih Gupala untuk selalu menemani Elliyah—bahasa halus dari mengawasi. Ketika elliyah terbangun, Mayratri tidak lantas merasaterusik, tetap terlelap dengan nyenyak.

Melihat kepulasan Mayratri, Elliyah memutuskan untuk memanfaatkan kelengahan Mayratri dengan meninggalkan kamar secara mengendap-endap. Jika Elliyah tidak salah memperkirakan, kemungkinan sekarang sudah tengah malam, tetapi Elliyah tetap harus melangkah dengan dipenuhi kehati-hatian karena keamanan dari Keraton Boko masih ketat.

Lalu, sesudah selang beberapa menit, dengan tubuh dibingkai menggunakan kain hitam, Elliyah berusaha untuk menyusuri lingkungan keraton, dimana sebuah tempat bercahaya minim dan berpintu rapat dengan letak memang seperti tidak untuk ditonjolkan, dicurigai Elliyah sebagai ruangan rapat rahasia. Masih dengan tidak meninggalkan aktivitas celingukan, Elliyah beralih mendekat. Pada salah satu dinding dari bangunan tersebut, telinga Elliyah ditempelkan sebelah untuk menguping.

Di dalam dekapan kegelapan angkasa dengan dipadukan beberapa spektrum sinar dari obor, Elliyah berusaha untuk menyimak obrolan Patih Gupala entah bersama siapa dengan saksama. "Di tengah kesusahan kita sekarang, apabila berita tidak mengenakkan tentang Kerajaan Prambanan terdengar sampai Kerajaan Pengging, kemungkinan besar mereka akan memanfaatkan keadaan. Yang terburuk, apabila mereka memutuskan untuk menyerang kita secara besar-besaran, kita bisa langsung dikalahkan mereka dengan mudah."

"Radhea, Bhisma, sementara Gusti Prabu Baka masih harus fokus dengan kesembuhan Gusti Putri Roro Jongggrang, kita tidak boleh kehilangan kepercayaan masyarakat, dan berhubung upacara untuk memanggil hujan sudah semakin dekat, kita sudah harus mulai bersiap-siap dari sekarang, entah dari sarana hingga ... keamanan."

Kerajaan Prambahan sudah menderita krisis ekonomi. Jika ditambah krisis kepercayaan masyarakat, maka Kerajaan Prambanan akan semakin dekat dengan keruntuhan. Masih memedulikan keagungan dari Kerajaan Prambanan bisa dibilang merupakan landasan utama mengapa Patih Gupala diharuskan untuk menyukseskan setiap momentum bersifat krusial.

"Patih Gupala bisa mengandalkan kami, kami sudah mengerti dan akan bergerak sesuai dengan arahan Anda."

"Baiklah," ucap Patih Gupala untuk mengakhiri meeting darurat mereka, "kalau begitu, kalian sudah boleh keluar dari sini."

"Aduh! Aku harus cepat-cepat bersembunyi."

Mengetahui Patih Gupala habis meminta kedua anak buah Patih Gupala untuk meninggalkan ruangan rapat, Elliyah langsung disirami dengan kepanikan. Membuat Elliyah bergerak dengan tidak keruan karena harus bersigegas mencari tempat untuk menyamarkan keberadaan Elliyah. Yang ditemukan Elliyah berupa sebuah mahakarya dari anyaman bambu dengan fungsi untuk wadah sesuatu, bisa barang atau makanan. Lalu, tanpa berlama-lama, Elliyah merapat ke sana untuk berjongkok dengan tubuh langsung ditutup menggunakan tomblok raksasa tersebut.

ELLIYAH: Another Version of Roro Jonggrang || Sekar TadjiWhere stories live. Discover now