"Tolong tolak perjodohannya,Pak. Aku masih muda." - Lalisa Eleanor.
"Maksudmu,aku sudah tua bangka begitu?" Vee Arcyan.
Bagaimana jadinya Dosen-Mahasiswi dengan sifat bertolak belakang di paksa menikah? Catet,DI PAKSA.
Pelajaran telah berakhir,Lisa sibuk menyimpan buku-buku miliknya lalu menatap kearah ponselnya yang sudah menunjukkan pukul satu siang,harusnya sih kakaknya sudah berada di cafe seberang,gadis itu harus cepat karena Kakaknya itu bukan tipe orang yang suka menunggu.
"Kau mau kemana?"tanya Rosie bingung.
"Menemui Kakakku,dia sudah menunggu. Apa kau mau ikut?"tanya Lisa.
Rosie menggelengkan kepalanya. "Tidak,aku langsung pulang saja ya. Aku tidak mau mengganggu kebersamaan kalian,sampai jumpa."jawabnya lalu melenggang pergi.
Lisa ikut melangkah keluar dari kelas namun langkahnya langsung terhenti kala melihat Vee berjalan kearahnya,mudah-mudahan saja pria itu bukan untuk menemuinya,Lisa tidak ingin ada gosip apapun mengenai dirinya dan Dosen baru ini di kampus.
Biarkan gadis itu hidup tenang di kampus.
"Lalisa."
Kenapa harus namanya yang di panggil?
Mau tidak mau Lisa menarik sebuah senyuman di wajahnya. "Bapak memanggilku?"tanyanya.
"Apa kau baik-baik saja?"tanya Vee dengan raut wajah khawatir (?).
Gadis itu mengangguk. "Aku baik-baik saja,aku buru-buru Pak Vee. Kakakku sudah menunggu,aku permisi."kata Lisa dan langsung melenggang pergi secepat mungkin biar Vee tak bisa menghentikannya.
Vee menggelengkan kepalanya sembari tersenyum melihat tingkah laku Lisa yang sepertinya tengah menghindarinya,pria itu yakin kalau Lisa sebenarnya malu bertemu dengannya karena kejadian semalam.
Lisa melangkahkan kakinya memasuki cafe dan mencari sosok Suga,setelah menemukan posisi Kakaknya itu Lisa melangkah mendekatinya lalu memeluk pria itu dari belakang.
"Kak Suga."
"Bagaimana kuliahmu?"tanya Suga yang betah di peluk oleh adik semata wayang nya ini.
Gadis itu melepas pelukannya dan beralih duduk dihadapan Suga. "Semuanya baik-baik saja,aku tidak akan mengecewakanmu. Adikmu ini pintar,Suga Linford."ujar Lisa membanggakan diri.
Suga mendengus kesal. "Tch,tidak perlu memuji diri sendiri."sindirnya.
"Jadi kenapa kakak mengajakmu keluar? Rosie bilang kakak mengajakku makan malam bersama,tumben sekali."ujar Lisa sembari mencicipi kue red velvet milik Kakaknya.
Pria itu melipat kedua tangannya didada. "Makan malam bersama yang ku maksud adalah makan malam keluarga, bukan hanya aku dan kau tapi ada Ayah,Aunty Marie dan dua anaknya."ujar Suga.
Gerakan tangan Lisa berhenti di udara,gadis itu langsung meletakkan kembali sendok yang ada di tangannya,kue yang ia makan mendadak terasa tidak enak mendengar ucapan Suga barusan.
"Aku tidak mau ikut."
"Kau harus ikut,Lisa. Kita akan makan malam di rumah Aunty Naomi."ujar Suga sedikit melembutkan suaranya.
Aunty Naomi? Sepertinya nama itu tidak asing.
Lisa mengerutkan keningnya. "Siapa?"tanyanya.
Suga tersenyum tipis. "Sahabat Ibu sedari kecil,kau pasti mengenalnya Lisa. Dulu Ibu sering membawa kita mengunjungi mereka,kau kan dulu bermain bersama putrinya kalau tidak salah namanya Alice,dia seumuran denganmu."jelasnya.
Ah,Lisa ingat sekarang.
Ibunya memang memiliki seorang teman dari dulu,selain perempuan bernama Marie itu tentunya. Aunty Naomi dan Ibunya Lana adalah sahabat sedari kecil,bukan hanya keduanya saja yang bersahabat melainkan keluarga besar sang Ibu juga mengenal dekat keluarga Naomi, dulu Lana sering mengunjungi rumah Naomi membawa anak-anaknya,Suga dan Lisa. Namun tiba-tiba disaat Lisa berusia 7 tahun, Naomi dan keluarganya harus pindah keluar negeri dan alhasil mereka tidak pernah lagi bertemu,mungkin sudah bertahun-tahun lamanya tapi seingat Lisa kalau tidak salah Naomi ada datang saat Ibunya meninggal.
Ah,sudah lama sekali. Lisa mungkin bisa mengingat rupa Aunty Naomi tapi tidak dengan anak-anak wanita itu, Lisa dulu sering bermain bersama anak bungsu Naomi yang bernama Alice namun mereka juga akhirnya mereka juga harus berpisah dan tidak lagi pernah berkomunikasi, Lisa sudah lupa wajah anak-anak dari Naomi.
"Baiklah,aku ikut."jawab Lisa akhirnya,dia harus menghargai sahabat Ibunya.
"Kakak akan menjemputmu."
"Apa masih sakit?"tanya Suga tiba-tiba.
Lisa terdiam lalu menggeleng. "Tidak,aku sudah terbiasa."jawabnya.
Ah,padahalkan dia ingin melupakan kejadian semalam.
Suga menghela nafas panjang. "Bagaimana kalau kita bersenang-senang? Dompetku milikmu."ajaknya.
"Benarkah? Ayo."kata Lisa antusias.
Kapan lagi bisa menikmati uang Kakaknya ini.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.