- Interlude

1.4K 125 3
                                    

| Apresiasi penulis dengan vote dan berkomentar, terimakasih.

— × —

Ada sebuah keyakinan bahwa semua manusia bereinkarnasi ketika mereka mati. Dan dalam kasus tertentu beberapa diantaranya masih dapat mengingat kehidupan sebelumnya.

"Menurut anda, apakah mungkin kita saling mengenal di kehidupan sebelumnya, Sunghoon-nim?"

Postur tegap itu hanya diam menerawang langit cerah bertabur bintang malam itu. "Aku lebih percaya bulan dapat terbelah dari pada omong kosong itu."

Pria kecil yang semula tiduran bangkit untuk duduk, menatap ke arah Sunghoon dengan polos.

"Ayah, bicaralah lebih lembut pada papa."

Sunghoon menepuk puncak kepala putranya sebelum mendudukkan anak itu ke pangkuannya.

"Maafkan ayah. Ayah masih belum terbiasa. Terimakasih telah menegur ayahmu yang payah ini," tersenyum tipis pada putranya lantas menoleh ke arah samping tepat di mana sang pendamping hidupnya duduk sambil menatapnya geli. "Kemungkinan besar tidak. Aku tidak terlalu yakin, Jaeyun."

Jaeyun tertawa kecil lalu duduk lebih dekat pada Sunghoon, mengambil alih tubuh si kecil yang langsung di sambut dengan gembira.

"Jungwon semakin besar. Tahun depan papa pasti kesulitan menggendongmu," guraunya kecil dengan tawa.

"Tidak apa, papa. Masih ada ayah. Ayah kan kuat." Si kecil mendusel pada dada Jaeyun dengan tawa kecil akibat Jaeyun yang menggelitik perut Jungwon karena jawabannya.

"Iya, ayah kan kuat. Pasti kuat menggendong Jungwon yang semakin besar," ujar Jaeyun gemas.

Sunghoon mengamati interaksi keduanya dalam diam. Membiarkan keduanya tertawa dalam dunia mereka membiarkan Sunghoon tersisih.

Iris kelamnya kembali menerawang langit malam. Tak ada yang berbeda selain bintang yang terlihat lebih banyak dan indah di tengah padang rumput ini.

Kehidupan tidak lagi sama seperti bulan-bulan sebelumnya. Tidak juga sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Ia tak lagi sendirian karena Jaeyun dan Jungwon akan menemaninya hingga akhir.

Hubungan keluarga kecilnya makin membaik. Ia bersyukur bahwa ia masih belum terlambat untuk memperbaikinya.

Remasan kecil dari tautan tangan mereka menyadarkan Sunghoon dari lamunannya.

"Jungwon sudah tidur?"

Jaeyun tersenyum dan mengangguk kecil, "uhm- anda baik, Sunghoon-nim?"

Sunghoon menatap tidak nyaman sebelum mencubit kecil pipi Jaeyun. "Berbicara lah dengan santai padaku, Jaeyun. Aku ingin kita lebih dekat."

Pria manis itu tersenyum lebih lebar.

"Kamu baik, kekasihku?" Tanya Jaeyun main-main.

Sunghoon mendekatkan wajah mereka lantas berbisik kecil dengan suara yang sengaja direndahkan. "Tidakkah itu terlalu biasa, istriku?"

Jaeyun menggembungkan pipinya kesal meskipun tak dapat menutupi rona kemerahan di pipinya. "Aku laki-laki! Aku suami mu."

Sunghoon terkekeh geli. "Tak ada yang bilang kamu perempuan, Jaeyun. Kamu istriku, laki-laki cantik yang mendampingi ku sejak awal."

Jaeyun luluh mendengar nya, ia menyandarkan kepalanya pada bahu kokoh sang suami dan menyamankan posisi jungwon di pangkuannya.

"Aku tidak cantik. Laki-laki itu tampan."

Sunghoon mengecup pucuk kepala Jaeyun gemas.

"Baiklah, Jaeyun ku yang tampan."

Keduanya kembali diam menikmati euforia kebersamaan mereka. Tangan keduanya saling bertautan, menyalurkan kehangatan.

Banyak hal telah berlalu, berita gembira dan duka silih berganti namun keduanya masih tetap bersama dan bagi Sunghoon itu lebih dari cukup.

"Jadi menurutmu kita tidak pernah bertemu di kehidupan lalu, Sunghoon?"

"Apakah itu penting?" Sunghoon mengambil nafas sebelum menoleh ke arah Jaeyun yang balas menatapnya. "Yang terpenting adalah saat ini kamu ada bersamaku. Kita masih bersama dan akan selalu bersama. Kamu mengerti?"

Jaeyun tersenyum menatap Sunghoon lembut. "Ya. Kamu benar."

Tidak perduli masa lalu ataupun kini, hatiku selalu berada dalam genggaman mu. Kau memang tidak perlu tahu, yang terpenting saat ini aku bersamamu. Dan aku akan terus bersamamu hingga kau tak lagi menginginkan ku.

"Ada apa dengan tatapanmu itu? Kau menakutiku." Sunghoon mengecup kedua kelopak mata Jaeyun bergantian.

Terkikik geli dengan aksi Sunghoon Jaeyun membiarkan pria itu terus mengecup seluruh wajahnya.

"Ayah! Cium Jungwon juga." Dengan mata setengah terpejam Jungwon berdiri dan menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh sang ayah.

"Ayo Jungwon! Kita serang ayahmu sampai tidak bisa bergerak."

Ya, Sunghoon hanya butuh Jaeyun dan Jungwon. Keluarga kecilnya.

|You and Dandelions

©Zorosei 2023

You and Dandelions | sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang