13. James pemersatu masa lalu

309 51 9
                                    

Rose sore itu pergi diantar temannya menemui Gulf tapi teman-teman Rose lalu pergi lebih dulu. Sekarang Rose kebingungan bagaimana dia pulang karena dia belum sepenuhnya sembuh dari traumanya berada di luar seorang diri tanpa orang yang menemaninya. Rasa ketakutan masih bergelayutan di benaknya. Dia masih kerap merasa tidak aman ketika sendirian di luar. Melihat raut Rose yang kembali pucat Gulf tahu apa yang Rose khawatirkan.

"Rose, aku akan mengantarmu pulang ya?"

"Jangan Dokter. Hari ini aku sudah sangat membuat mu repot," Rose benar-benar sungkan pada Gulf.

"Tidak sama sekali. Kita bertemu di kedai eskrim karena aku yang mengundangmu jadi aku seharusnya bertanggung jawab mengantar mu pulang,"

"T-tapi, Dokter...?"

Gulf mengulurkan tangan meraih pergelangan tangan milik Rose untuk dibawanya pergi. "Ayo, sebelum semakin larut," ajak Gulf.

"Dokter, terimakasih ya?"

"Uhhm," Gulf mengangguk kan kepalanya.

Saat Gulf menggandeng Rose berjalan pergi Rose merasa lebih aman tapi dia juga merasa ada yang mengawasinya. Rose melihat ke sekeliling dengan was-was. Ah mungkin bukan mengawasi, wajar saja orang-orang melihatnya karena pasti mereka berpikir Rose terlalu beruntung memiliki seorang laki-laki tampan seperti Gulf.

"Kenapa Rose? Aku membuatmu gugup?" Tanya Gulf.

"Bukan Dokter, aku merasa seperti ada yang mengawasi kita sejak tadi. Tapi mungkin aku hanya paranoid, mereka hanya melihat kita karena kamu terlalu sempurna," Gulf lantas terkekeh mendengar jawaban Rose.

Gulf membuka pintu mobil untuk Rose lalu mobil milik Gulf melaju meninggalkan area parkir mall. Orang-orang yang berlari berhenti sejenak mengatur nafas yang terengah-engah.

"Mereka pasti sudah pacaran," ujar Kit.

"Tapi sepertinya perempuan itu tidak asing. Aku seperti biasa melihatnya," Tar bermonolog.

"Teman kuliah?" Ben yang paling penasaran.

"Entahlah. Sebentar aku masih mengingatnya." Tar menunjukkan mimik yang konsentrasi.

"Ah itu tidak penting sebenarnya. Yang terpenting adalah dia tidak kembali dengan Mew. Iya kan?" Ujar Kit.

"Jadi dia benar-benar sudah kencan dengan seseorang?" Sepertinya Ben merasa dirinya benar-benar kalah.

"His, jangan terlalu melankolis. Kita akan mencari pengganti Gulf malam ini. Okay?!" Ujar Tar penuh semangat.

Kit mengernyitkan dahinya mendengar bualan Tar. "Dimana?"

"Club tentu saja," Tar memainkan alisnya.

"Katakan saja kamu mau minum!" Satu pukulan mendarat di kepala Tar dari Kit.

"Come come come, berhenti mengikuti Gulf, itu akan membuat Ben semakin sakit hati," ajak Tar sambil merangkul kedua temannya untuk melenggang pergi.

Sementara itu Mew masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Bahkan ia tidak mengerti apa yang membawanya sampai di tempat ini. Pintu gerbang rumah itu masih tertutup jadi Mew menunggu pemilik rumah di dalam mobilnya. Udah hampir dua jam Mew disana sampai ia hampir tertidur namun silau lampu kendaraan yang baru saja tiba membuat Mew tidak kantuk lagi.

Pria yang mengendarai mobil turun dan membuka pintu gerbang. Mew segera turun untuk menghampiri orang itu.

"Kenapa kamu baru pulang?" Tanya Mew sambil mencekal pergelangan tangan Gulf.

"A-aduh! Kaget!" Gulf tersentak. "Kamu? Kenapa kamu disini?! Benar kan! Ini yang membuatku tidak ingin memberi tahumu dimana rumahku!"

Mew menangukup wajah Gulf dengan kedua tangannya lalu mencium bibir Gulf membuat Gulf terkejut. Gulf memukul dada Mew supaya orang itu berhenti dan mundur melepas ciuman tapi Mew memperdalam ciumannya.

BACK TO YOU Where stories live. Discover now